Analisis Narasi ‘Teror’ Israel: Antara Kondemnasi dan Taktik ‘Playing Victim’

rasyiqi By rasyiqi - Writer, Digital Marketer
3 Min Read
blue and white flag on pole

jlk – Dalam labirin geopolitik yang rumit, narasi memainkan peran kunci dalam membentuk persepsi dan kebijakan internasional.

Baru-baru ini, Gilad Erdan, Duta Besar Israel untuk PBB, mengecam Iran atas serangan yang dianggapnya sebagai tindakan teror.

Tindakan ini memicu pertanyaan yang lebih luas: mengapa Israel sering menggunakan narasi ‘teror’ dalam konfliknya?

Kondemnasi sebagai Alat Diplomasi

Kondemnasi Erdan terhadap Iran bukanlah insiden terisolasi, melainkan bagian dari pola yang lebih besar di mana Israel sering kali menggambarkan lawan-lawannya sebagai ‘teroris’.

- Advertisement -

Ini adalah strategi yang digunakan untuk memobilisasi dukungan internasional dan legitimasi.

Dengan menandai lawan sebagai teroris, Israel menciptakan dikotomi moral yang jelas, memposisikan dirinya sebagai pembela nilai-nilai demokratis dan keamanan global.

Narasi ‘Teror’ dan Implikasinya

Penggunaan narasi ‘teror’ oleh Israel dapat dilihat sebagai upaya untuk mengontrol cerita konflik.

Dengan menggambarkan lawan sebagai teroris, Israel berusaha untuk mendapatkan simpati dan dukungan internasional, sambil mengalihkan perhatian dari tindakan kontroversialnya sendiri.

Ini juga merupakan cara untuk menghindari kritik atas kebijakan yang mungkin dianggap agresif atau tidak proporsional.

- Advertisement -

‘Playing Victim’ dan Dinamika Kekuasaan

Strategi ‘playing victim’ adalah taktik yang digunakan oleh negara-negara dalam konflik untuk menarik simpati dan dukungan.

Dalam kasus Israel, ini sering kali terkait dengan sejarah panjang konflik dan pengalaman kolektif sebagai korban.

Dengan memposisikan dirinya sebagai korban, Israel mencari untuk membenarkan tindakan defensifnya dan memperoleh dukungan internasional.

- Advertisement -

Kesimpulan

Narasi ‘teror’ dan taktik ‘playing victim’ adalah bagian dari lanskap konflik Israel yang kompleks. Kedua strategi ini digunakan untuk mempengaruhi opini publik dan kebijakan internasional.

Sementara Israel berhak untuk membela diri, penting untuk mempertimbangkan konteks yang lebih luas di mana narasi ini digunakan dan dampaknya terhadap resolusi konflik yang adil dan berkelanjutan.

Dalam menganalisis narasi ini, kita harus berhati-hati untuk tidak terjebak dalam permainan saling menyalahkan, tetapi sebaliknya, mencari pemahaman yang lebih mendalam tentang dinamika konflik dan cara-cara untuk mendukung perdamaian dan keamanan bagi semua pihak yang terlibat.

Share This Article