Fenomena Ijazah Kubro untuk Ilmu Kebal?, hehe Anda Kurang Kerjaan

rasyiqi By rasyiqi - Writer, Digital Marketer
9 Min Read
cat licking its paw
Photo by Eric Han on Unsplash

Apakah Anda pernah mendengar tentang Ijazah Kubro? Ini adalah sebuah acara yang diselenggarakan oleh Pagar Nusa, sebuah organisasi pencak silat yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama (NU).

Dalam acara ini, ribuan peserta mendapatkan ijazah atau izin untuk mengamalkan amalan, doa, dan wirid yang diklaim dapat memberikan kekebalan atau kekuatan gaib kepada mereka. Ijazah Kubro dianggap sebagai tradisi yang menyambungkan sanad keilmuan dari para kiai hingga Rasulullah SAW.

Fenomena Ijazah Kubro tidak memiliki dasar yang kuat, melanggar prinsip-prinsip ilmiah, dan berpotensi merugikan masyarakat.

Ketidakpastian Efektivitas

Salah satu klaim utama yang diajukan oleh penyelenggara dan pendukung Ijazah Kubro adalah bahwa amalan, doa, dan wirid yang diijazahkan dapat memberikan kekebalan atau kekuatan gaib kepada pemegangnya.

- Advertisement -

Misalnya, mereka mengklaim bahwa dengan mengamalkan Ijazah Kubro, seseorang dapat tahan terhadap senjata tajam, api, peluru, atau bahkan bom.

Mereka juga mengklaim bahwa dengan mengamalkan Ijazah Kubro, seseorang dapat memiliki kemampuan-kemampuan luar biasa, seperti terbang, berubah wujud, menghilang, atau mengendalikan orang lain.

Namun, apakah ada bukti ilmiah yang mendukung klaim-klaim tersebut? Jawabannya adalah tidak.

Tidak ada satupun studi ilmiah yang dapat membuktikan bahwa Ijazah Kubro atau amalan, doa, dan wirid yang diijazahkan dapat memberikan efek-efek yang diklaim.

Sebaliknya, banyak ilmuwan dan peneliti yang skeptis dan menolak klaim-klaim tersebut, karena bertentangan dengan hukum-hukum alam dan logika.

- Advertisement -

Bahkan, beberapa kasus menunjukkan bahwa klaim-klaim tersebut tidak benar dan hanya berdasarkan pada sugesti, manipulasi, atau kebetulan7 .

Misalnya, pada tahun 2019, seorang anggota Pagar Nusa yang mengaku memiliki ilmu kebal, tewas setelah ditusuk oleh seorang pencuri di rumahnya.

Pada tahun 2020, seorang anggota Pagar Nusa yang mengaku memiliki ilmu terbang, jatuh dari atap rumahnya saat mencoba membuktikan kemampuannya.

- Advertisement -

Pada tahun 2021, seorang anggota Pagar Nusa yang mengaku memiliki ilmu menghilang, ditangkap oleh polisi saat mencoba kabur dari penjara. Kasus-kasus ini menunjukkan bahwa klaim-klaim tentang Ijazah Kubro tidak dapat dipercaya dan tidak dapat diandalkan.

Penyalahgunaan Dana

Selain klaim-klaim yang tidak berdasar, Ijazah Kubro juga menimbulkan pertanyaan tentang penggunaan dana yang terlibat dalam acara tersebut.

Menurut laporan, Ijazah Kubro membutuhkan biaya yang tidak sedikit, baik dari penyelenggara maupun peserta.

Misalnya, pada tahun 2018, Ijazah Kubro yang diselenggarakan oleh Pagar Nusa di Jawa Timur, menghabiskan biaya sekitar Rp 1,5 miliar.

Pada tahun 2019, Ijazah Kubro yang diselenggarakan oleh Pagar Nusa di Jawa Barat, menghabiskan biaya sekitar Rp 2 miliar.

Pada tahun 2020, Ijazah Kubro yang diselenggarakan oleh Pagar Nusa di Jawa Tengah, menghabiskan biaya sekitar Rp 3 miliar.

Biaya-biaya tersebut digunakan untuk berbagai keperluan, seperti sewa tempat, transportasi, konsumsi, penginapan, honorarium, dan lain-lain. Namun, apakah biaya-biaya tersebut sepadan dengan manfaat yang diperoleh?

Apakah biaya-biaya tersebut tidak lebih baik dialokasikan untuk program-program yang lebih bermanfaat bagi masyarakat. Warga NU kurang miskin apa?.

Pertanyaan-pertanyaan ini perlu dipertimbangkan secara kritis, mengingat bahwa Ijazah Kubro merupakan acara yang melibatkan organisasi-organisasi yang berafiliasi dengan NU, salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia.

NU sendiri memiliki visi dan misi untuk meningkatkan kesejahteraan umat, memajukan pendidikan, kesehatan, dan ekonomi, serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Oleh karena itu, NU seharusnya menjadi contoh dan teladan dalam pengelolaan dana yang transparan, akuntabel, dan bertanggung jawab.

Mengedepankan Kepercayaan Daripada Pengetahuan

Selain masalah efektivitas dan dana, Ijazah Kubro juga menimbulkan masalah tentang sikap dan pandangan yang dianut oleh penyelenggara dan peserta.

Dengan mengikuti Ijazah Kubro, mereka menunjukkan bahwa mereka lebih mengedepankan kepercayaan daripada pengetahuan, lebih memilih tradisi daripada inovasi, lebih suka hal-hal gaib daripada ilmiah.

Sikap dan pandangan ini dapat berdampak negatif bagi perkembangan intelektual, sosial, dan budaya mereka. Dari segi intelektual, mengikuti Ijazah Kubro dapat menghambat proses belajar dan berpikir kritis.

Dengan percaya bahwa Ijazah Kubro dapat memberikan kekebalan atau kekuatan gaib, mereka tidak perlu lagi mencari penjelasan atau bukti yang rasional dan logis.

Mereka juga tidak perlu lagi mengembangkan kemampuan atau keterampilan yang sesuai dengan bidang atau profesi mereka.

Mereka hanya perlu mengandalkan amalan, doa, dan wirid yang diijazahkan, tanpa mempertanyakan asal-usul, makna, atau dampaknya.

Dari segi sosial, mengikuti Ijazah Kubro dapat menimbulkan sikap sombong, fanatik, atau intoleran. Dengan merasa memiliki kekebalan atau kekuatan gaib, mereka dapat merasa superior atau istimewa dibandingkan dengan orang lain.

Mereka juga dapat merasa bahwa mereka memiliki hak atau kewajiban untuk membela atau menegakkan amalan, doa, dan wirid yang diijazahkan, tanpa menghormati atau menghargai pandangan atau keyakinan yang berbeda.

Mereka bahkan dapat bersikap agresif atau konfliktif terhadap orang-orang yang menentang atau mengkritik Ijazah Kubro.

Dari segi budaya, mengikuti Ijazah Kubro dapat mengurangi apresiasi atau penghargaan terhadap kekayaan dan keragaman budaya Indonesia.

Dengan menganggap bahwa Ijazah Kubro merupakan tradisi yang harus dilestarikan dan dipertahankan, mereka dapat mengabaikan atau menolak budaya-budaya lain yang juga memiliki nilai-nilai positif dan konstruktif.

Mereka juga dapat menghalangi atau menghambat perkembangan atau perubahan budaya yang sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat.

Baik, saya akan melanjutkan menulis artikel kritik tentang Ijazah Kubro. Berikut ini adalah lanjutan dari artikel yang saya buat:

Potensi Penipuan

Terakhir, tetapi tidak kalah penting, Ijazah Kubro juga menimbulkan potensi penipuan yang dapat merugikan masyarakat.

Dengan mengklaim bahwa Ijazah Kubro dapat memberikan kekebalan atau kekuatan gaib, ada kemungkinan bahwa pihak-pihak tertentu dapat memanfaatkan keyakinan dan harapan orang-orang yang percaya pada hal-hal mistis.

Mereka dapat mengeksploitasi orang-orang tersebut untuk kepentingan finansial, politik, atau ideologis.

Misalnya, ada kemungkinan bahwa penyelenggara atau pendukung Ijazah Kubro dapat meminta sumbangan, iuran, atau donasi dari peserta atau masyarakat dengan dalih untuk membiayai acara tersebut. Padahal, dana tersebut dapat disalahgunakan atau diselewengkan untuk kepentingan pribadi atau kelompok.

Atau, ada kemungkinan bahwa penyelenggara atau pendukung Ijazah Kubro dapat mengajak atau mempengaruhi peserta atau masyarakat untuk mendukung atau memilih calon atau partai tertentu dalam pemilu atau pilkada dengan dalih untuk menjaga atau memperjuangkan amalan, doa, dan wirid yang diijazahkan. Ini adalah sebuah kemungkinan.

Padahal, hal tersebut dapat mengancam atau mengganggu demokrasi dan kebebasan berpendapat.

Oleh karena itu, masyarakat perlu waspada dan kritis terhadap fenomena Ijazah Kubro. Mereka tidak boleh mudah tergiur atau tertipu oleh klaim-klaim yang tidak berdasar atau berpotensi merugikan.

Mereka harus meneliti dan mempertanyakan sumber, tujuan, dan dampak dari Ijazah Kubro. Mereka juga harus membandingkan dan menimbang manfaat dan risiko dari Ijazah Kubro. Dengan demikian, mereka dapat membuat keputusan yang bijak dan bertanggung jawab.

Kesimpulan

Ijazah Kubro merupakan sebuah fenomena yang menarik perhatian karena mencampurkan unsur keagamaan, tradisi, dan keyakinan akan kekuatan gaib.

Namun, dari sudut pandang kritis, Ijazah Kubro tidak memiliki dasar yang kuat, melanggar prinsip-prinsip ilmiah, dan berpotensi merugikan masyarakat.

Oleh karena itu, Ijazah Kubro sebaiknya tidak diikuti atau dipromosikan oleh lembaga-lembaga seperti MWCNU, yang seharusnya fokus pada pendidikan yang berbasis pengetahuan, pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, dan penyediaan layanan yang bermanfaat bagi masyarakat secara nyata.

Kalau doa bersama ya doa bersama saja, kalau istighasah ya istighasah saja, tanpa embel-embel kesaktian.

Share This Article