Di sebuah negeri yang tak pernah kehabisan drama, hadirlah sebuah momen pencerahan teknologi dari institusi yang paling kita andalkan untuk menjaga kedaulatan: Kementerian Pertahanan. Pertengahan Februari 2025 akan selamanya terukir dalam sejarah sebagai hari di mana kita semua disuguhi sebuah pertunjukan mahakarya digital.
Sang protagonis? Tentu saja, Letnan Kolonel Tituler Deddy Corbuzier, duta komunikasi bangsa yang tatapan tajamnya kini ditugaskan untuk mengawasi garda terdepan narasi pertahanan kita.
Bayangkan adegannya: Sang maestro podcast berdiri gagah di hadapan sebuah layar interaktif raksasa. Aura kecanggihan memenuhi ruangan. Inilah dia, puncak inovasi, dasbor masa depan di mana data-data krusial negara ditampilkan dengan elegan.
Jari-jari netizen sudah gatal ingin memuji, “Lihat, beginilah seharusnya pertahanan kita, modern dan berbasis data!” Foto resmi diunggah, dan publik pun menahan napas.
Apa yang dilihat oleh Sang Staf Khusus? Peta kekuatan militer global? Analisis ancaman siber real-time? Atau mungkin, daftar menu katering rapat yang super rahasia?
Ternyata, kita semua salah. Yang terpampang di layar canggih itu adalah sebuah mantra sakral, sebuah kode kuno yang hanya bisa diuraikan oleh para filsuf desain grafis: “Lorem Ipsum Dolor Sit Amet.”
Seketika, jagat maya gempar. Tapi bukan karena kaget, lebih karena sebuah dejà vu kolektif. “Ah, ini lagi,” mungkin begitu batin para warganet yang budiman. Tentu saja, kaum awam seperti kita, yang otaknya belum di-upgrade ke versi 5.0, akan menganggap ini sebuah keteledoran.
Sebuah blunder memalukan di mana staf lupa mengganti teks placeholder dari template yang mungkin diunduh gratisan dari iStock. Sungguh sebuah pemikiran yang dangkal.
Kita harus berpikir lebih dalam, lebih strategis, seperti para petinggi di Kemenhan. Ini bukanlah sebuah kesalahan. Ini adalah sebuah pernyataan.
Mari kita sambut penjelasan resmi dari Kepala Biro Informasi Pertahanan.
Beliau dengan sabar menerangkan bahwa itu adalah “template lama” untuk “transisi tampilan.” Tentu saja! Ini adalah manuver komunikasi tingkat tinggi. Dengan menampilkan “Lorem Ipsum,” Kemenhan secara brilian melindungi kita dari data-data sensitif.
Bayangkan betapa berbahayanya jika di layar itu terpampang tulisan “Jumlah jet tempur kita yang siap terbang hari ini: 7,5 unit” atau “Stok Indomie di gudang logistik: Kritis.” Informasi seperti itu bisa jatuh ke tangan yang salah!
“Lorem Ipsum” adalah benteng pertahanan digital kita. Manifesto Lorem Ipsum: Sebuah Ode untuk Kekosongan di Pucuk Pertahanan NegaraIa adalah tabir asap yang membingungkan musuh sekaligus menenangkan rakyat.
Rakyat jadi tidak perlu pusing memikirkan data pertahanan yang rumit. Cukup nikmati saja estetika tata letaknya. Rapi, bukan? Kolomnya pas, paragrafnya seimbang. Ini bukan soal isi, ini soal seni.
Seni kekosongan yang penuh makna.
Deddy Corbuzier tidak sedang melihat layar kosong. Beliau sedang berkontemplasi. Di hadapan “Lorem Ipsum,” ia mungkin sedang merenungkan sifat fana dari informasi, kekosongan eksistensial dalam dunia yang penuh data, atau mungkin hanya berpikir, “Ini kalau di-podcast jadi konten bagus.”
Perannya sebagai Staf Khusus Komunikasi kini mencapai puncaknya. Komunikasi terbaik adalah komunikasi yang tidak mengatakan apa-apa, membiarkan audiens mengisi kekosongan dengan interpretasi mereka sendiri. Sebuah masterclass.
Fenomena ini, tentu saja, bukan yang pertama. Beberapa waktu sebelumnya, sebuah tugu di Ibu Kota Nusantara (IKN) juga dengan bangga memamerkan prasasti “Lorem Ipsum.” Lihat polanya? Ini bukan kebetulan, ini adalah filosofi desain nasional yang baru.
Sebuah estetika “sedang-dikerjakan-tapi-sudah-diresmikan.” Ini adalah cerminan jujur dari semangat bangsa: yang penting kelihatan dulu, isinya bisa menyusul.
Para netizen yang usil dengan keahlian investigasi setingkat detektif Shutterstock dan iStock gagal memahami gambaran besarnya. Mereka mengolok-olok, mempertanyakan profesionalisme.
Mereka tidak sadar bahwa mereka sedang menyaksikan sebuah revolusi. Revolusi di mana proses lebih penting daripada hasil. Di mana template adalah pesan itu sendiri.
Maka dari itu, marilah kita berhenti mencibir. Mari kita dukung “Gerakan Lorem Ipsum Nasional” ini. Bayangkan betapa efisiennya negara kita. Konferensi pers cukup menampilkan slide bertuliskan “Lorem ipsum dolor sit amet.”
Debat anggaran di DPR bisa diganti dengan para anggota dewan yang terhormat saling membacakan paragraf-paragraf dummy text dengan penuh semangat. Tidak akan ada lagi perdebatan sengit, tidak ada lagi janji palsu. Hanya ada keindahan tipografi Latin yang menenangkan.
Terima kasih, Kemenhan. Terima kasih telah menunjukkan kepada kami jalan menuju pencerahan. Di tengah dunia yang bising oleh informasi, kalian memberikan kami ketenangan “Lorem Ipsum.”
Sebuah pengingat bahwa terkadang, hal terbaik untuk ditampilkan adalah tidak menampilkan apa-apa sama sekali. Bravo. Sungguh sebuah pertahanan yang tak tertembus.