Pak Prabowo, Anda Terlalu Banyak Bicara!

rasyiqi By rasyiqi - Writer, Digital Marketer
8 Min Read
Pak Prabowo, Anda Terlalu Banyak Bicara! (Ilustrasi)
Pak Prabowo, Anda Terlalu Banyak Bicara! (Ilustrasi)

Hai Pak Prabowo Subianto, pada mulanya Anda adalah salah satu politisi paling berpengaruh di Indonesia. Dengan latar belakang militer, citra kuat, dan dukungan luas, Anda adalah figur yang berpotensi membawa perubahan besar bagi bangsa ini. Tapi mari kita berbicara terus terang: Anda terlalu banyak bicara. Jika Anda benar-benar ingin menjadi pemimpin yang diingat dalam sejarah, jadilah presiden jahat. Tidak perlu basa-basi, tidak perlu bicara soal pengampunan koruptor. Bertindaklah dengan keras, tegas, dan tanpa kompromi demi rakyat.

Saat Anda berbicara di Mesir, pernyataan Anda tentang memberi kesempatan kepada koruptor untuk bertobat, asalkan mereka mengembalikan uang negara, adalah sebuah pukulan telak bagi logika dan rasa keadilan. Menawarkan opsi pengembalian harta secara diam-diam? Ini serius? Pernyataan itu seperti memberi sinyal bahwa korupsi adalah transaksi yang bisa dinegosiasikan.

Klarifikasi Anda setelahnya hanya menambah kekacauan. Anda mengatakan tidak bermaksud memaafkan koruptor, hanya ingin mereka sadar dan mengembalikan uang negara. Tapi, apakah Anda benar-benar berpikir koruptor, yang rata-rata licik dan egois, akan tiba-tiba tersadar hanya karena diberi kesempatan? Mereka tidak butuh kesadaran; mereka butuh hukuman yang membuat mereka jera.

Mari kita bahas inti dari persoalan ini: ide Anda bahwa koruptor bisa bertobat. Ya, manusia memang bisa berubah, tetapi Anda tidak sedang berbicara tentang seorang remaja nakal yang mencuri permen. Anda berbicara tentang orang-orang yang secara sadar dan sistematis merugikan negara, negara yang kakek-nenek moyang Anda berjuang untuk negara ini, yang merampas hak pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan jutaan orang.

- Advertisement -

Apakah Anda anak yang berbakti, setidaknya untuk pendahulu Anda?

Lihat menteri Anda, Pak, si Yusril, simbol intelektual hukum di Indonesia. Tapi kali ini, pernyataannya memalukan. Tahi anjing! Daripada memberikan ide-ide seperti amnesti dan abolisi, kenapa Anda tidak mendorong reformasi hukum yang lebih tegas dan efektif? Rakyat tidak butuh teori konstitusi yang melindungi maling berdasi. Rakyat butuh keadilan.

Hentikan retorika yang merendahkan akal sehat rakyat. Jangan menjadikan hukum sebagai alat perlindungan bagi para pencuri kekayaan negara. Anda bisa lebih baik dari ini. Jangan nodai reputasi Anda dengan mendukung kebijakan yang hanya menguntungkan para koruptor.

Memaafkan koruptor adalah penghinaan terhadap korban-korban mereka. Uang yang mereka kembalikan tidak akan menghapus penderitaan yang sudah terjadi. Korupsi adalah kejahatan terhadap kemanusiaan, bukan sekadar kesalahan administratif. Aduh, otak jenis apa yang tidak tahu tentang hal ini?

Dan tawaran Anda agar pengembalian dilakukan secara diam-diam? Itu hanya memperparah keadaan. Di mana transparansi? Di mana keadilan? Apakah Anda ingin membuka pintu belakang bagi negosiasi gelap yang justru memperkuat lingkaran setan korupsi?

- Advertisement -

Korupsi tidak hanya merugikan negara secara finansial. Ini adalah penghancuran kepercayaan publik terhadap pemerintah dan sistem hukum. Pengembalian uang tidak cukup; efek jera harus ditekankan. Tanpa hukuman berat, pejabat akan terus berpikir bahwa korupsi hanyalah risiko pekerjaan, sesuatu yang bisa “ditebus” jika tertangkap.

Pasal 4 UU Tipikor sudah jelas bahwa pengembalian kerugian negara tidak menghapus pidana. Dan itu logis. Jika koruptor bisa lolos hanya dengan mengembalikan uang, maka apa bedanya mereka dengan pencuri yang mengembalikan barang curiannya? Hukuman berat adalah cara untuk memastikan bahwa tidak ada yang berani mencoba.

Pak Prabowo, jadilah pemimpin yang jahat untuk kebaikan, ya seorang pemimpin yang “jahat” tapi baik pada rakyat. Ini berarti menjadi “jahat” kepada para perusak bangsa: koruptor, pelanggar hukum, dan parasit-parasit ekonomi. Pemimpin yang jahat adalah pemimpin yang tidak kenal belas kasihan kepada mereka yang mengkhianati negara.

- Advertisement -

Jika Anda ingin memaafkan koruptor, pastikan itu hanya terjadi setelah mereka, dikurung seumur hidup, dimiskinkan sampai keturunan mereka tidak bisa menikmati hasil korupsi, dicabut hak politik dan sosialnya secara permanen.

Pengampunan bukanlah kebaikan apalagi kebijakan; itu adalah hak istimewa yang harus diperoleh dengan penderitaan setimpal. Tanpa hukuman keras, korupsi hanya akan menjadi permainan, bukan kejahatan. Jadi siapa yang Anda lindungi, Pak? Jangan bilang ini demi “persatuan” atau “kemaslahatan bangsa”. Itu omong kosong. Rakyat sudah muak dengan pemimpin yang bicara manis tapi melindungi tahi kroni-kroni dan rekanannya sendiri.

Tidak apa-apa jika Anda mengeruk sumber daya alam demi keuntungan Anda dan koloni Anda. Tapi pastikan rakyat mendapatkan bagian yang layak.

Maka pastikan:

  1. Infrastruktur berjalan dengan baik.
  2. Jalanan mulus, bersih, dan bebas macet.
  3. Pendidikan dan kesehatan gratis bagi semua rakyat.
  4. Lapangan kerja melimpah dengan pendapatan lebih dari layak.

Rakyat tidak peduli siapa yang mendapatkan keuntungan, selama mereka juga mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Anda boleh kaya, tapi pastikan rakyat ikut kaya. Anda boleh kuat, tapi gunakan kekuatan itu untuk melindungi rakyat dari kesewenang-wenangan.

Presidenku, jangan labil, ya. Satu pelajaran penting dari pemimpin besar dunia: pemimpin yang kuat tidak banyak bicara. Lihat Lee Kuan Yew, Vladimir Putin, atau bahkan Xi Jinping. Mereka tidak menghabiskan waktu dengan retorika yang membingungkan. Mereka bertindak. Jika Anda ingin menjadi presiden yang dikenang, berhentilah terlalu banyak bicara tentang niat baik. Tunjukkan keberanian dalam mengambil keputusan.

Klarifikasi yang Anda berikan tentang koruptor hanya memperlihatkan kelemahan, ketidakjelasan visi, dan ketidaktegasan sikap. Berikan kebijakan yang jelas, lugas, dan tidak bisa dinegosiasikan. Koruptor tidak butuh motivasi atau kesempatan kedua. Mereka butuh hukuman yang membuat mereka menyesali setiap detik kejahatan mereka. Saya yakin Anda, meski tua, juga tidak pikun, kan? Kadang-kadang Tuhan membutuhkan persembahan dosa terbaik dengan membunuh seorang penjahat seperti koruptor.

Pak Prabowo, Anda punya pilihan: menjadi presiden yang biasa-biasa saja dengan retorika memaafkan, atau menjadi presiden “jahat” yang dihormati karena keberaniannya membela rakyat. Jika Anda memilih yang pertama, Anda akan menjadi satu lagi nama dalam daftar panjang pemimpin yang dilupakan. Tapi jika Anda memilih yang kedua, sejarah akan mengenang Anda sebagai pemimpin yang membawa perubahan nyata.

Jadi hentikan bicara soal pengampunan. Bertindaklah. Hancurkan korupsi, bangun negara ini, dan jadilah presiden yang kuat dan tegas. Rakyat tidak butuh kata-kata; mereka butuh tindakan. Kami tunggu langkah jahatmu!

Share This Article