Kisanak, Ada sebuah kisah yang mengatakan bahwa seorang raja yang bijaksana pernah memerintahkan para menterinya untuk mencari sebuah cincin yang bisa membuatnya bahagia saat sedih, dan sedih saat bahagia.
Para menteri berusaha keras mencari cincin tersebut di seluruh penjuru kerajaan, namun tidak ada yang berhasil menemukannya.
Hingga akhirnya, seorang menteri yang cerdik menemukan seorang tukang emas yang membuatkan sebuah cincin sederhana dengan ukiran kata-kata: “Ini juga akan berlalu”.
Cincin itu lalu diberikan kepada sang raja, dan ia merasa puas dengan hadiah itu. Setiap kali ia menghadapi kesulitan atau kesedihan, ia akan melihat cincin itu dan mengingat bahwa semua itu hanya sementara dan akan berlalu. Begitu pula saat ia merasakan kebahagiaan atau kesuksesan, ia akan melihat cincin itu dan mengingat bahwa semua itu juga tidak kekal dan akan berlalu. Dengan demikian, ia bisa menjaga keseimbangan emosinya dan tidak terlalu terbawa oleh situasi.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa segala sesuatu di dunia ini bersifat dinamis dan berubah-ubah. Tidak ada yang abadi dan tetap. Hal ini juga berlaku untuk sektor saham properti di Indonesia, yang mengalami pasang surut sepanjang tahun 2023. Sektor ini sempat terpuruk akibat pandemi Covid-19 yang berdampak pada penurunan daya beli masyarakat, penundaan pembangunan proyek, dan ketidakpastian ekonomi. Namun, sektor ini juga mulai bangkit kembali seiring dengan pemulihan ekonomi, vaksinasi massal, dan stimulus pemerintah.
di tahun 2024 ini, sektor saham properti di Indonesia kemungkinan akan terpengaruh secara signifikan oleh beberapa faktor positif yang mendorong peningkatan profitabilitas. Faktor utama di antaranya adalah proyek pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Kota baru tersebut dinilai akan membutuhkan pembangunan infrastruktur, perumahan, dan fasilitas publik yang besar dan cepat. Hal ini tentu akan memberikan peluang bagi para pengembang properti untuk berpartisipasi dalam proyek tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Selain itu, faktor lain yang menjadi katalis positif adalah insentif PPN terbaru dari pemerintah yang akan membuat konsumen membeli properti menjadi lebih terjangkau. Insentif ini berupa pembebasan PPN untuk pembelian rumah tapak dan rumah susun dengan harga di bawah Rp 2 miliar. Insentif ini diharapkan bisa meningkatkan permintaan properti, khususnya dari segmen menengah ke bawah, yang merupakan pasar terbesar di Indonesia.
Faktor ketiga yang menjadi katalis positif adalah prospek penurunan suku bunga The Fed dan Bank Indonesia. Suku bunga yang rendah akan membuat biaya pinjaman menjadi lebih murah, sehingga mendorong konsumen untuk mengambil kredit pemilikan rumah (KPR). Selain itu, suku bunga yang rendah juga akan membuat investasi di saham properti menjadi lebih menarik, karena memberikan imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan instrumen investasi lainnya.