Pada suatu hari yang cerah di Indonesia, Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW) mengangkat suaranya untuk mengkritik rencana Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas.
Rencana tersebut adalah menjadikan Kantor Urusan Agama (KUA) sebagai tempat pencatatan nikah bagi semua agama.
Rencana ini, meski mungkin bermaksud baik, telah menimbulkan keributan di kalangan masyarakat.
HNW berpendapat bahwa rencana tersebut tidak sesuai dengan filosofi sejarah KUA di Indonesia, aturan yang berlaku, termasuk amanat UUD 1945.
Lebih jauh, HNW menegaskan bahwa rencana ini bisa menimbulkan masalah sosial dan psikologis di kalangan non-muslim, dan bisa menimbulkan inefisiensi prosedural.
Bayangkan Anda adalah seorang vegetarian yang ingin makan di restoran. Anda memilih restoran yang dikenal sebagai restoran vegetarian.
Namun, ketika Anda sampai di sana, Anda menemukan bahwa restoran tersebut juga menyajikan daging.
Meski mungkin ada beberapa vegetarian yang tidak keberatan, namun bagi sebagian besar, ini bisa menjadi masalah.
Demikian pula dengan rencana Menag Yaqut. Meski mungkin ada beberapa non-muslim yang tidak keberatan menikah di KUA, namun bagi sebagian besar, ini bisa menjadi masalah.
KUA identik dengan Islam, dan bagi non-muslim, menikah di sana bisa menimbulkan perasaan tidak nyaman.
Seperti yang dikatakan oleh Albert Einstein, “Segala sesuatu harus dibuat semudah mungkin, tetapi tidak lebih mudah.” Mungkin ini adalah waktu yang tepat bagi Menag Yaqut untuk merenungkan kutipan ini.
Pada suatu hari, seekor kura-kura dan seekor kelinci berlomba dalam perlombaan lari. Kelinci, dengan kecepatannya, yakin bahwa dia akan menang.
Namun, dia menjadi overconfident dan memutuskan untuk tidur sebentar. Sementara itu, kura-kura terus berjalan dengan lambat tetapi pasti, dan akhirnya menang.
Demikian pula dengan rencana Menag Yaqut. Mungkin dia merasa bahwa dengan menjadikan KUA sebagai tempat pencatatan nikah bagi semua agama, dia bisa mempercepat proses dan membuat segalanya lebih efisien.
Namun, seperti kisah kura-kura dan kelinci, terkadang yang lambat dan pasti bisa menang. Mungkin ini adalah waktu yang tepat bagi Menag Yaqut untuk berjalan dengan lambat tetapi pasti, dan mempertimbangkan semua aspek sebelum membuat keputusan.
Dalam dunia yang semakin kompleks ini, penting bagi kita untuk membuat keputusan yang bijaksana dan berdasarkan pada pemahaman yang mendalam tentang isu-isu yang kita hadapi.
Seperti yang ditunjukkan oleh kritik HNW terhadap rencana Menag Yaqut, penting bagi kita untuk mempertimbangkan semua aspek sebelum membuat keputusan. Dan mungkin, dalam prosesnya, kita bisa menemukan solusi yang lebih baik dan lebih adil untuk semua.