jfid – Pada Kamis, 25 April 2024, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken memulai kunjungan ke China. Kunjungan ini digelar di tengah banyak masalah yang belum selesai dan mengancam stabilitas hubungan dua perekonomian terbesar di dunia.
Upaya Memperkuat Hubungan
Blinken tiba di Shanghai dengan misi untuk memperkuat hubungan AS-China. Dia akan bertemu dengan pemimpin-pemimpin bisnis sebelum menuju Beijing pada Jumat (26/4/2024) untuk bertemu Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi dan kemungkinan bertemu Presiden Xi Jinping.
Kunjungan ini merupakan kontak tingkat tinggi terbaru antara dua negara yang sedang berusaha menyelesaikan berbagai isu, mulai dari perdagangan global sampai komunikasi militer. Namun, upaya dua pemerintah meningkatkan hubungan hanya menghasilkan sedikit kemajuan.
Isu-isu yang Membayangi
Isu-isu yang mendorong hubungan Washington-Beijing ke titik terendah tahun lalu masih ada. Salah satunya adalah penahanan pasokan bahan kimia dari Cina yang digunakan untuk memproduksi fentanyl. Taiwan dan dukungan Cina pada Rusia dalam perangnya di Ukraina juga masih menjadi titik perselisihan.
Blinken akan menekan Cina agar perusahaan-perusahaannya berhenti mengirimkan pasokan dan alat ke industri pertahanan Rusia. Moskow menginvasi Ukraina pada Februari 2022 beberapa hari setelah menyepakati kemitraan “tanpa batas” dengan Beijing.
Implikasi Ekonomi dan Politik
AS sempat membahas sanksi-sanksi yang akan dijatuhkan pada bank-bank Cina yang mendukung Rusia.
Namun, pejabat AS mengatakan pemerintah belum berencana melakukannya. Sejauh ini Washington tidak memberikan sanksi pada bank-bank besar Cina karena dapat berdampak pada perekonomian dunia dan hubungan AS-Cina.
Kesimpulan
Meski rumit, kunjungan ini penting untuk menjaga jalur komunikasi yang terbuka dan menghindari skenario yang canggung. Dalam konteks global yang semakin kompleks, hubungan AS-China memainkan peran kunci dalam menentukan arah masa depan dunia.