Anakmu Mungkin 75% Lebih Bodoh dari Yang Anda Kira

Oleh
rasyiqi
Writer, Digital Marketer
- Writer, Digital Marketer
Baca 7 Mnt
Anakmu Mungkin 75% Lebih Bodoh dari Yang Anda Kira (Ilustrasi)
Anakmu Mungkin 75% Lebih Bodoh dari Yang Anda Kira (Ilustrasi)

Kamu sadar nggak sih kalau anakmu mungkin termasuk dalam 75% anak Indonesia yang kemampuan membacanya masih jauh di bawah standar internasional? Ini bukan hal yang bisa dianggap sepele.

Ketika PISA (Programme for International Student Assessment) 2022 mengatakan bahwa hampir tiga dari empat siswa Indonesia usia 15 tahun nggak mampu memenuhi standar literasi yang sudah ditetapkan dunia, itu artinya ada masalah besar yang harus kamu perhatikan.

Anak-anakmu, meskipun mereka bisa membaca kata-kata, tapi apakah mereka bisa benar-benar memahami apa yang mereka baca? Ini pertanyaan yang perlu kamu jawab, karena kemampuan baca yang baik jauh lebih dari sekedar bisa mengeja kata-kata.

Pernah nggak kamu ngalamin situasi di mana anakmu bisa membaca, tapi kalau disuruh menceritakan isi bacaan, dia nggak bisa menjelaskan dengan jelas? Bahkan, dia cuma bisa ngomong kalau itu tentang apa, tapi nggak bisa menghubungkan satu bagian dengan bagian lain dari teks yang dibaca.

Nah, inilah yang terjadi di banyak anak Indonesia. Mereka mungkin bisa membaca kata-kata seperti “kucing”, “mobil”, atau “sekolah”, tapi ketika diminta untuk memahami atau menjelaskan bacaan lebih panjang, mereka kesulitan.

Ini bukan cuma soal kemampuan membaca, tapi lebih ke bagaimana mereka memahami informasi yang ada dalam teks itu. Apakah mereka benar-benar paham, atau mereka cuma bisa membaca tanpa tahu apa yang sebenarnya mereka baca?

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah kita, Abdul Mu’ti, udah menjelaskan hal ini dengan sangat jelas. Dia mengatakan bahwa memang anak-anak kita bisa membaca kata-kata dengan baik, tapi mereka masih kesulitan ketika diminta untuk menangkap inti dari bacaan.

Mereka lebih cepat paham angka-angka, tapi ketika disuruh memahami teks yang lebih naratif atau deskriptif, mereka nggak paham. Nah, kamu sebagai orang tua, harus paham betul dengan kenyataan ini.

Kalau anakmu cuma bisa membaca tanpa memahami, apa yang bisa mereka dapatkan dari pendidikan yang mereka jalani? Hanya sekadar hafalan tanpa pemahaman yang dalam.

- Advertisement -

Bayangkan ini, ada seorang kurir bernama Fata yang punya pengalaman menarik. Fata ini sudah mengirim pesan yang sangat jelas kepada pelanggan melalui broadcast, memberi tahu bahwa pengiriman tidak bisa dilakukan hari itu dan memberikan opsi jika ingin cepat, bisa mengambil barang di kantor JNT. Tapi tetap saja, pelanggan itu menelepon berulang kali, bertanya kapan barang akan sampai, meski sudah jelas dalam pesan broadcast sebelumnya.

Akhirnya, Fata pun menjawab dengan tegas, “Budayakan baca.” Dan apa yang terjadi? Pelanggan itu marah besar dan mengancam akan memukul Fata.

Bukankah ini ironis? Seharusnya, pelanggan itu bisa membaca dengan teliti dan paham tanpa harus menanyakan hal yang sudah jelas, kan? Ini sebenarnya masalah yang sama dengan yang dihadapi anak-anakmu. Kalau mereka nggak terbiasa membaca dengan teliti dan memahami, ya hasilnya seperti itu, marah-marah tanpa alasan yang jelas.

- Advertisement -

Sekarang, mari kita lihat data PISA lagi. Hasilnya mengatakan bahwa 75% siswa Indonesia masih berada di bawah standar literasi internasional. Itu artinya, hampir tiga dari empat anakmu belum bisa membaca dengan baik, tidak bisa mencerna teks yang lebih panjang dengan benar.

Apakah kamu merasa khawatir? Seharusnya begitu. Karena tanpa kemampuan baca yang baik, anakmu akan kesulitan dalam banyak aspek kehidupan. Mereka akan kesulitan untuk memahami pelajaran lain, mulai dari matematika hingga sains, karena semua itu membutuhkan keterampilan membaca dan memahami teks.

Dan bukan hanya soal membaca, kemampuan matematika juga jadi masalah besar. Hasil PISA menyebutkan bahwa 82% siswa Indonesia usia 15 tahun belum mencapai standar minimum dalam matematika.

Mereka nggak tahu cara menerapkan konsep-konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Bayangkan anakmu, yang mungkin kesulitan menghitung potongan harga atau membaca grafik. Apa yang akan terjadi pada masa depan mereka kalau kemampuan dasar ini saja belum tercapai?

Pemerintah sudah mulai mencoba memperbaiki keadaan dengan kebijakan wajib belajar 13 tahun dan perubahan kurikulum yang lebih kontekstual. Tapi jujur aja, itu nggak cukup. Kalau kamu cuma ganti kurikulum tanpa benar-benar mengubah cara anak-anakmu belajar, ya percuma.

Kamu butuh perubahan yang lebih mendalam. Kamu butuh perubahan di cara kamu mendidik anakmu sejak mereka kecil. Dan itu bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau sekolah, tapi juga tanggung jawabmu sebagai orang tua.

Kamu pasti pernah merasa bahwa kualitas pendidikan di daerah-daerah itu sangat berbeda, kan? Di kota besar, mungkin anakmu mendapatkan pendidikan yang lebih baik, tapi bagaimana dengan daerah-daerah terpencil? Apakah anak-anak di sana bisa mendapatkan akses yang sama? Jangan harap. Itu sebabnya, kesenjangan pendidikan antar daerah menjadi masalah besar.

Anak-anak yang tinggal di daerah-daerah terpencil, di mana akses terhadap fasilitas pendidikan terbatas, tentu saja lebih sulit untuk mengembangkan kemampuan membaca mereka. Kalau mereka nggak punya akses ke buku-buku yang berkualitas atau fasilitas yang mendukung, bagaimana mungkin mereka bisa membaca dan memahami teks dengan baik?

Lalu, apa yang bisa kamu lakukan sebagai orang tua? Pertama, kamu harus mulai peduli dengan kemampuan baca anakmu. Jangan hanya mengandalkan sekolah atau pemerintah untuk mengubah keadaan. Kamu bisa memulai dengan hal yang sederhana: biasakan anakmu untuk membaca dengan teliti.

Jangan biarkan mereka hanya membaca tanpa memahami apa yang mereka baca. Buatlah kebiasaan membaca di rumah. Pilih buku yang sesuai dengan usia mereka dan buat waktu khusus untuk membaca bersama. Kalau kamu bisa menunjukkan bahwa membaca itu penting, anakmu pun akan terbiasa dengan kebiasaan itu.

Jadi, mari kamu mulai dari sekarang. Jangan tunggu lagi. Anakmu mungkin masih kesulitan membaca dengan baik sekarang, tapi dengan sedikit usaha dan perhatian dari kamu, semuanya bisa berubah. Jika kamu ingin mereka bisa menghadapi tantangan global dan menjadi generasi yang cerdas dan kompeten, kamu harus mulai dengan membangun kebiasaan membaca yang baik.

Kamu bisa melakukannya, kok. Jadi, yuk, ajarkan anakmu untuk membaca dengan teliti, supaya mereka bisa memahami dunia dengan lebih baik!

Share This Article