Indonesia Akan Mengalami Kemunduran Jika Gen Z dan Alpha Dibiarkan Begini

rasyiqi By rasyiqi - Writer, Digital Marketer
15 Min Read
five people sitting near body of water
Photo by Wyron A on Unsplash

jlk – Generasi Z (Gen Z) dan Generasi Alpha (Gen Alpha) adalah masa depan Indonesia. Mereka diharapkan menjadi penggerak utama kemajuan bangsa. Namun, jika masalah yang mereka hadapi saat ini tidak segera diatasi, Indonesia bisa mengalami kemunduran signifikan.

Grafik yang menunjukkan perubahan persentase pembaca cetak harian, penggunaan media sosial, dan tingkat stres dari waktu ke waktu.

  • Daily Print Reading (%): Terlihat penurunan drastis dari 60% pada tahun 1970-an menjadi hanya 12% pada tahun 2018, dan diperkirakan turun lebih jauh menjadi 10% pada tahun 2024.
  • Social Media Use (%): Penggunaan media sosial meningkat signifikan dari 0% pada tahun 1970-an menjadi 82% pada tahun 2018, dan diperkirakan naik sedikit menjadi 85% pada tahun 2024.
  • Stress Levels (%): Tingkat stres di kalangan Gen Z terus meningkat dari 40% pada tahun 2018 menjadi 45% pada tahun 2024.

Grafik ini menunjukkan bagaimana perubahan kebiasaan membaca dan peningkatan penggunaan media sosial berkorelasi dengan peningkatan tingkat stres di kalangan generasi muda.

Tentunya Ini menggarisbawahi pentingnya strategi yang seimbang dalam penggunaan teknologi dan dukungan kesehatan mental untuk Gen Z dan Gen Alpha.

- Advertisement -

Mari pelajari lebih dalam.

Penurunan Literasi Membaca

Kebiasaan Membaca yang Menurun Drastis

Salah satu masalah terbesar yang dihadapi oleh Gen Z adalah penurunan kebiasaan membaca. Data menunjukkan bahwa hanya 12% dari Gen Z yang membaca cetakan secara harian pada tahun 2018, turun dari 60% di akhir 1970-an.

Pada tahun 2024, angka ini diperkirakan turun lebih jauh menjadi hanya 10%. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya penggunaan media sosial, di mana 82% dari Gen Z menghabiskan waktu yang sebelumnya digunakan untuk membaca untuk berselancar di media sosial. Angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 85% pada tahun 2024.

Dampak Penurunan Literasi

Penurunan kebiasaan membaca ini memiliki dampak yang signifikan. Membaca adalah salah satu cara utama untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan analitis.

Tanpa kebiasaan membaca yang kuat, Gen Z dan Gen Alpha mungkin kehilangan kesempatan untuk mengasah keterampilan ini. Ini bisa berdampak negatif pada kemampuan mereka untuk memecahkan masalah kompleks dan membuat keputusan yang bijaksana di masa depan.

- Advertisement -

Sebuah studi menunjukkan bahwa pemahaman bacaan lebih baik saat membaca teks cetak dibandingkan dengan layar digital, terutama ketika membaca teks yang kompleks atau dalam kondisi terbatas waktu.

Pemahaman yang lebih dalam melalui membaca cetakan dibandingkan dengan layar digital menunjukkan pentingnya menjaga keseimbangan antara penggunaan teknologi dan metode tradisional dalam pembelajaran.

Teknologi digital memang memberikan akses cepat dan mudah terhadap informasi, tetapi jika tidak digunakan dengan bijak, bisa menyebabkan penurunan kualitas pemahaman dan keterampilan berpikir kritis.

- Advertisement -

Ini penting terutama bagi generasi yang akan datang yang perlu memiliki kemampuan berpikir analitis yang kuat untuk menghadapi tantangan di masa depan.

Pemahaman Bacaan yang Lebih Rendah pada Format Digital

Kelemahan Format Digital

Sebuah meta-analisis yang melibatkan 170.000 subjek dalam 58 studi menemukan bahwa pemaham.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Gen Z adalah generasi digital, mereka tampaknya tidak menggunakan proses kognitif yang lebih canggih secara maksimal saat membaca di layar.

Banyak dari mereka merasa bahwa mereka lebih cepat dan lebih efisien membaca di layar, tetapi kenyataannya pemahaman mereka lebih baik ketika membaca di cetakan.

Implikasi untuk Pendidikan

Ini berarti bahwa meskipun teknologi digital memberikan kemudahan akses informasi, penggunaan yang berlebihan dapat mengurangi kualitas pemahaman bacaan mereka. Sebuah penelitian di Israel menunjukkan bahwa siswa Gen Z “merasa” bahwa mereka lebih baik membaca di layar, tetapi sebenarnya mereka lebih baik saat membaca di cetak.

Sistem pendidikan harus mencari cara untuk menyeimbangkan penggunaan teknologi dengan metode pembelajaran tradisional yang efektif. Penting untuk mengintegrasikan metode pembelajaran yang memanfaatkan teknologi digital tanpa mengabaikan pentingnya bacaan cetak.

Kecepatan dan Metode Belajar yang Terfragmentasi

Pembelajaran yang Terfragmentasi

Gen Z dan Gen Alpha cenderung belajar melalui informasi yang cepat dan ringkas dari internet. Mereka lebih suka melakukan “skimming” informasi daripada membaca secara mendalam. Hal ini dapat menghambat kemampuan mereka.

Skimming memungkinkan mereka untuk mendapatkan informasi secara cepat, tetapi sering kali tanpa pemahaman mendalam yang diperlukan untuk berpikir kritis.

Dampak pada Pendidikan

Pembelajaran yang terfragmentasi dapat membuat mereka kehilangan kemampuan untuk berpikir kritis dan menganalisis informasi dengan baik. Ini adalah keterampilan penting yang diperlukan di dunia kerja dan dalam kehidupan sehari-hari.

Tanpa kemampuan ini, mereka mungkin akan kesulitan untuk bersaing di pasar kerja global yang semakin kompetitif. Data menunjukkan bahwa ketergantungan pada informasi cepat dan ringkas dapat mengurangi kemampuan mereka untuk berpikir kritis dan analitis.

Sistem pendidikan perlu mencari cara untuk mengatasi pembelajaran yang terfragmentasi ini dengan mengajarkan metode pembelajaran yang mendorong pemahaman mendalam dan berpikir kritis.

Ini termasuk penggunaan metode pembelajaran berbasis proyek yang memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi topik secara mendalam dan mengembangkan keterampilan analitis.

Ketergantungan pada Teknologi

Penggunaan Teknologi yang Tinggi

Gen Z menghabiskan banyak waktu di depan layar untuk belajar dan bersosialisasi. Sebanyak 95% dari remaja berusia 13 hingga 17 tahun memiliki akses ke smartphone.

Meskipun teknologi memudahkan akses informasi, penggunaan yang berlebihan dapat mengurangi kesempatan mereka untuk belajar melalui interaksi langsung dan pengalaman praktis.

Penggunaan teknologi yang berlebihan juga dapat mengurangi waktu yang dihabiskan untuk aktivitas fisik dan sosial yang penting untuk perkembangan holistik.

Dampak pada Keterampilan Sosial

Ketergantungan yang tinggi pada teknologi dapat mengurangi kemampuan mereka dalam interaksi sosial tatap muka. Siswa mungkin lebih banyak berinteraksi melalui perangkat digital daripada secara langsung, yang dapat mempengaruhi perkembangan sosial mereka.

Ini bisa berdampak pada kemampuan mereka untuk bekerja dalam tim dan berkomunikasi dengan baik di tempat kerja. Data menunjukkan bahwa kemampuan interaksi sosial tatap muka yang berkurang dapat menghambat pengembangan keterampilan sosial yang penting.

Untuk mengatasi masalah ini, penting bagi sistem pendidikan dan keluarga untuk membatasi penggunaan teknologi dan mendorong interaksi sosial yang lebih banyak. Kegiatan yang melibatkan kerja sama tim dan komunikasi langsung harus diprioritaskan untuk membantu pengembangan keterampilan sosial.

Kesehatan Mental dan Tekanan Sosial

Tingkat Stres yang Tinggi

Tekanan sosial dan akademis yang tinggi, ditambah dengan tantangan pembelajaran daring selama pandemi, telah meningkatkan masalah kesehatan mental di kalangan Gen Z.

Data menunjukkan bahwa 40% dari Gen Z merasa stres sebagian besar waktu. Masalah kesehatan mental ini mempengaruhi prestasi akademis mereka dan kehidupan sehari-hari.

Dampak Kesehatan Mental pada Pendidikan

Tingginya tingkat stres dan masalah kesehatan mental di kalangan Gen Z mempengaruhi kemampuan mereka untuk belajar dan berprestasi di sekolah.

Tekanan sosial dan akademis yang tinggi, ditambah dengan tantangan pembelajaran daring selama pandemi, telah meningkatkan masalah ini. Sistem pendidikan harus menyediakan dukungan kesehatan mental yang lebih baik untuk siswa.

Data menunjukkan bahwa siswa yang menerima dukungan kesehatan mental yang memadai cenderung memiliki prestasi akademis yang lebih baik dan lebih mampu mengatasi stres.

Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan akses ke layanan kesehatan mental di sekolah dan menyediakan lingkungan yang mendukung kesejahteraan mental siswa.

Pengaruh di Indonesia

Kesenjangan Akses Pendidikan

Di Indonesia, ketidaksetaraan akses terhadap teknologi dan sumber daya pendidikan menjadi tantangan besar. Siswa dari latar belakang ekonomi rendah mungkin tidak memiliki akses yang sama terhadap perangkat digital dan internet, yang mempengaruhi prestasi akademis mereka.

Data menunjukkan bahwa ketimpangan ini memperburuk ketidaksetaraan pendidikan di Indonesia.

Penurunan Kualitas Pendidikan

Dampak Pandemi

Pandemi COVID-19 telah memperburuk kualitas pendidikan dengan transisi mendadak ke pembelajaran daring, yang tidak selalu efektif. Banyak siswa yang tertinggal karena kurangnya akses ke teknologi yang memadai dan lingkungan belajar yang kondusif di rumah.

Data dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa penurunan kualitas pendidikan ini tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di banyak negara lain yang menghadapi tantangan serupa.

Sebuah studi oleh Annie E. Casey Foundation mengungkapkan bahwa siswa dari keluarga berpenghasilan rendah lebih mungkin mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran daring dibandingkan dengan siswa dari keluarga yang lebih mampu.

Di Indonesia, masalah ini diperparah oleh ketidaksetaraan akses terhadap internet dan perangkat digital. Banyak siswa di daerah pedesaan dan terpencil tidak memiliki akses yang memadai ke internet, sehingga mereka ketinggalan dalam pelajaran mereka.

Solusi untuk Mengatasi Penurunan Kualitas Pendidikan

Untuk mengatasi penurunan kualitas pendidikan, pemerintah dan institusi pendidikan perlu berinvestasi dalam infrastruktur digital yang lebih baik dan menyediakan akses yang lebih merata bagi semua siswa.

Hal Ini termasuk penyediaan perangkat digital, akses internet yang lebih luas, dan pelatihan bagi guru dalam menggunakan teknologi untuk pembelajaran yang efektif. Selain itu, penting untuk mengembangkan kurikulum yang adaptif yang dapat memenuhi kebutuhan siswa di berbagai kondisi belajar.

Pengaruh Sosial Media

Gangguan Konsentrasi dan Waktu Belajar

Penggunaan media sosial yang tinggi di kalangan Gen Z di Indonesia dapat mengganggu konsentrasi dan waktu belajar mereka. Banyak waktu yang dihabiskan untuk media sosial bisa mengurangi waktu yang seharusnya digunakan untuk belajar atau membaca buku.

Data menunjukkan bahwa penggunaan media sosial yang tinggi berdampak negatif pada kebiasaan belajar dan prestasi akademis mereka.

Sebuah penelitian oleh Deloitte menunjukkan bahwa 82% dari Gen Z menggunakan media sosial secara intensif, yang sering kali menggantikan aktivitas belajar yang lebih produktif.

Ketergantungan pada media sosial tidak hanya mengganggu waktu belajar tetapi juga dapat menyebabkan masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi, yang pada gilirannya mempengaruhi prestasi akademis mereka.

Dampak Jangka Panjang

Dampak jangka panjang dari penggunaan media sosial yang berlebihan adalah penurunan kemampuan berpikir kritis dan analitis.

Siswa yang lebih banyak menghabiskan waktu di media sosial mungkin kurang terlibat dalam aktivitas intelektual yang memerlukan konsentrasi dan pemikiran mendalam. Ini dapat mengurangi kemampuan mereka untuk memecahkan masalah kompleks dan membuat keputusan yang bijaksana di masa depan.

Kesimpulan

Meskipun Gen Z dan Gen Alpha di Indonesia menunjukkan keterampilan digital yang tinggi, ada tantangan signifikan dalam hal literasi membaca dan kecepatan belajar.

Tantangan ini mencakup penurunan pemahaman bacaan, ketergantungan pada teknologi, dan dampak pandemi pada pendidikan.

Strategi pendidikan yang seimbang, integrasi teknologi yang bijak, dan akses pendidikan yang adil diperlukan untuk memastikan generasi ini siap menghadapi masa depan dengan lebih baik.

Rekomendasi

  1. Peningkatan Literasi Membaca: Mengintegrasikan lebih banyak bahan bacaan cetak dalam kurikulum dan mendorong kebiasaan membaca harian. Program-program literasi yang mendorong membaca di kalangan anak-anak dan remaja perlu diperkuat.
  2. Penggunaan Teknologi yang Seimbang: Menggunakan teknologi sebagai alat bantu belajar, bukan sebagai pengganti metode pembelajaran tradisional. Teknologi harus digunakan untuk memperkaya pengalaman belajar, bukan menggantikan interaksi langsung dan pembelajaran mendalam.
  3. Dukungan Kesehatan Mental: Menyediakan layanan dukungan kesehatan mental yang lebih baik di sekolah dan lingkungan pendidikan. Program kesehatan mental yang komprehensif dapat membantu siswa mengatasi stres dan kecemasan yang mereka alami.
  4. Akses Pendidikan yang Setara: Memastikan semua siswa memiliki akses yang sama terhadap perangkat digital dan internet untuk belajar. Ini termasuk penyediaan perangkat kepada siswa yang membutuhkan dan memperluas akses internet ke daerah-daerah terpencil.
  5. Pelatihan Guru: Memberikan pelatihan kepada guru untuk menggunakan teknologi secara efektif dalam pengajaran. Guru perlu dilengkapi dengan keterampilan yang diperlukan untuk mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajaran dengan cara yang paling efektif.
  6. Kurikulum Adaptif: Mengembangkan kurikulum yang dapat disesuaikan dengan berbagai kondisi belajar. Kurikulum yang fleksibel dapat membantu siswa belajar dengan cara yang paling sesuai dengan kebutuhan dan situasi mereka.

Grafik Literasi dan Penggunaan Media Sosial

Grafik di atas menunjukkan penurunan signifikan dalam kebiasaan membaca cetak harian dan peningkatan penggunaan media sosial di kalangan Gen Z.

Penurunan kebiasaan membaca ini berkorelasi dengan penurunan pemahaman bacaan dan kemampuan berpikir kritis, sementara peningkatan penggunaan media sosial berkorelasi dengan peningkatan tingkat stres dan masalah kesehatan mental.

Dengan pendekatan yang komprehensif dan inklusif, kita dapat membantu Gen Z dan Gen Alpha mengatasi tantangan ini dan mencapai potensi penuh mereka.

Indonesia perlu berinvestasi dalam pendidikan yang berkualitas dan dukungan kesehatan mental untuk memastikan masa depan yang cerah bagi generasi mendatang.

Tanpa intervensi yang tepat, Indonesia berisiko mengalami kemunduran jika generasi mudanya dibiarkan begitu saja tanpa dukungan yang memadai.

Share This Article