Istana Garuda IKN: Kritik, Kontroversi, dan Kelelawar

4 Min Read
Istana Garuda IKN: Kritik, Kontroversi, dan Kelelawar (Ilustrasi)
Istana Garuda IKN: Kritik, Kontroversi, dan Kelelawar (Ilustrasi)

jlk – Desain Istana Garuda di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara telah menciptakan banyak kebisingan di kalangan warganet, mencampurkan kritikan, kekaguman, dan sedikit kebingungan.

Seperti biasa, internet selalu menjadi panggung untuk reaksi spontan dan tajam dari publik, yang kali ini menganggap bangunan megah itu lebih mirip kelelawar raksasa daripada lambang kemegahan negara.

Bagaimana tidak, bangunan ini memang memiliki desain yang bisa dibilang futuristik dan cukup berani dan tentu saja, tidak semua orang punya selera seni yang sama.

Desain Kontroversial

Ketika pertama kali diumumkan, Istana Garuda didesain untuk menjadi pusat perhatian IKN baru dengan bentuk burung garuda yang megah.

Namun, bagi sebagian besar warganet, desain ini malah terlihat “suram” dan “gelap,” bak kelelawar yang siap mengudara di malam hari.

Mungkin ini adalah bentuk protes kreatif dari publik yang merasa desain tersebut jauh dari harapan tradisional mereka tentang kemegahan sebuah istana.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono, dengan tenang menanggapi reaksi publik ini. Menurutnya, desain yang menggunakan material perunggu ini memang membutuhkan waktu untuk mencapai keindahan maksimalnya.

Oksidasi alami akan mengubah warna perunggu menjadi hijau yang lebih cerah proses alami yang memerlukan waktu dan kesabaran. Jadi, untuk para kritikus seni dadakan di media sosial, mungkin inilah saatnya untuk mempelajari sedikit tentang kimia!

Roy Suryo

Tidak mau ketinggalan, Roy Suryo, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga yang juga pengamat media sosial, memberikan komentar tajamnya.

- Advertisement -

Dalam pandangannya, proyek ini layak untuk dikritik karena melibatkan penggunaan dana besar dari anggaran negara.

Ia menegaskan pentingnya kontrol sosial terhadap proyek-proyek besar pemerintah, dan bahwa suara warganet harus dianggap sebagai masukan penting, bukan sekadar lelucon.

Menurutnya, desain garuda yang “gagah” ini mungkin butuh sedikit penyesuaian agar tidak terbang terlalu jauh dari harapan rakyat.

- Advertisement -

Humor Warganet

Di era digital ini, kreativitas warganet tidak pernah gagal untuk menghibur dan menyuarakan pendapat mereka dengan cara yang unik. Komentar lucu, meme, dan sebutan kreatif seperti “kelelawar” menunjukkan bagaimana masyarakat memanfaatkan humor sebagai alat kritik.

Ini adalah bentuk lain dari demokrasi, di mana setiap orang bebas mengekspresikan opini mereka, meskipun kadang terbungkus dalam balutan sindiran yang menggelitik.

Fenomena ini tidak hanya mencerminkan selera estetika yang berbeda, tetapi juga harapan yang tinggi dari masyarakat terhadap proyek besar pemerintah.

Proyek seperti IKN tidak hanya sekadar pembangunan fisik, tetapi juga simbol harapan dan ambisi negara menuju masa depan yang lebih baik.

Masa Depan IKN

IKN Nusantara, dengan segala kontroversi dan tantangannya, adalah proyek ambisius yang bertujuan menciptakan kota yang lebih modern dan inklusif.

Pemerintah harus lebih peka terhadap kritik dan masukan dari publik agar proyek ini tidak hanya menjadi simbol kemegahan, tetapi juga keberhasilan kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat.

Sebagai bangsa yang beragam, Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk menciptakan ibu kota yang mencerminkan identitas nasional.

Dengan dialog terbuka dan inklusif, serta pendekatan yang lebih adaptif, kita dapat berharap bahwa IKN benar-benar akan menjadi lambang kebanggaan bangsa. Jadi, mari kita lihat bagaimana kelelawar ini terbang menjadi garuda yang gagah di masa depan.

Share This Article