Kisah Suap BPSPS dan Pengkhianatan Para Elang

Oleh
Baca 4 Mnt
Kisah Suap BPSPS dan Pengkhianatan Para Elang (Ilustrasi)
Kisah Suap BPSPS dan Pengkhianatan Para Elang (Ilustrasi)

Untuk membaca tulisan di Jailangkung, berpikirlah seperti mesin tanpa melibatkan perasaan. Anda bisa kirim tulisanmu kesini, bebas tanpa sortir dan editing!

Di sebuah rimba bernama Rimba Keadilan, hiduplah berbagai macam hewan dengan watak dan perilakunya masing-masing. Di sana, tegak berdiri sebuah bangunan megah bernama Markas Penjaga Rimba, tempat para Elang Penjaga, hewan-hewan perkasa dan bermata tajam, bertugas menjaga ketertiban dan keadilan. Markas ini memiliki cabang di berbagai wilayah, salah satunya di wilayah yang makmur bernama Lembah Sumenep.

Suatu hari, kesedihan melanda para Tupai Kecil yang hidup di kaki pohon Lembah Sumenep. Program Bantuan Sarang Permanen Swadaya (BSPS) yang seharusnya menjadi harapan mereka untuk membangun sarang yang kokoh, tiba-tiba menjadi mimpi buruk. Banyak dari mereka hanya menerima sedikit kacang-kacangan, jauh dari jumlah yang dijanjikan.

Berita tak sedap ini menyebar cepat. Seekor Rubah Cerdik bernama Ruben, salah satu Elang Penjaga yang bertugas di Lembah Sumenep dan dikenal di Unit Tindak Pidana Kacang-kacangan Korup (Tipikor), konon katanya menerima setumpuk besar daun emas dari seekor Kelelawar Berdasi bernama Kiki, sang pengelola bantuan. Daun emas itu, menurut desas-desus para burung pipit, berasal dari potongan jatah kacang-kacangan para Tupai Kecil yang seharusnya mereka gunakan untuk membangun sarang.

Kisah ini sontak membuat para hewan lain di Rimba Keadilan marah dan kecewa. Seekor Beruang Bijak bernama Bubu, yang dikenal sebagai aktivis di bidang keadilan, langsung berteriak lantang. “Ini tindakan tercela! Sangat memalukan dan mencoreng nama baik seluruh Elang Penjaga, khususnya di Lembah Sumenep!” serunya. “Mereka seharusnya menjadi pelindung, bukan justru menjadi parasit yang mengisap darah hewan-hewan lemah!”

Kabar tentang daun emas ini kembali membuat para penghuni Rimba Keadilan bertanya-tanya tentang integritas para Elang Penjaga. Seolah-olah, kasus ini hanyalah pengulangan dari cerita lama. Sudah berkali-kali Markas Penjaga Rimba diguncang isu serupa. Ada kisah tentang kasus jamur beracun yang sengaja dibiarkan tumbuh subur, pungutan liar di jalur penyeberangan sungai yang dibuat-buat, hingga dugaan melindungi para Serigala licik yang sering membuat onar di malam hari.

Semua kasus ini seolah memiliki benang merah yang sama: para “oknum” Elang Penjaga yang tega mengkhianati kepercayaan para hewan lain. Jika kabar tentang Rubah Ruben ini benar, maka kasus Tipikor di Lembah Sumenep hanyalah ujung dari persoalan besar yang membutuhkan pembenahan menyeluruh di tubuh para Elang Penjaga.

Beruang Bubu pun tak tinggal diam. Ia segera mendesak para Elang Penjaga dari Divisi Pengawas Perilaku untuk segera turun tangan dan memeriksa Rubah Ruben. “Divisi Pengawas Perilaku harus mengusut kasus ini dengan adil dan tanpa pandang bulu,” tegasnya.

“Jika terbukti benar, Rubah Ruben dan siapa pun yang terlibat harus dihukum sesuai dengan aturan Rimba yang berlaku. Jika tidak, maka kepercayaan hewan-hewan di rimba ini akan hancur selamanya.”

Para penghuni Rimba Keadilan kini hanya bisa menunggu dan berharap, semoga keadilan masih bisa ditegakkan di hutan mereka. Harapan itu kini bertumpu pada tindakan para Elang Penjaga itu sendiri, apakah mereka akan membersihkan sarang mereka dari Rubah-rubah serakah, atau justru membiarkan kegelapan menguasai Rimba Keadilan.

- Advertisement -
Topik:
Share This Article