Mempertanyakan Klaim Abdul Manan Embong (alm) soal Artefak Rasulullah yang di Dijadikan ‘Hujjah’

By
rasyiqi
Writer, Digital Marketer
- Writer, Digital Marketer
10 Min Read
Mempertanyakan Klaim Abdul Manan Embong (alm) soal Artefak Rasulullah yang (Ilustrasi)
Mempertanyakan Klaim Abdul Manan Embong (alm) soal Artefak Rasulullah yang (Ilustrasi)

Artefak yang dikaitkan dengan Rasulullah SAW selalu memiliki daya tarik besar bagi umat Islam. Namun, narasi seputar benda-benda ini sering kali diwarnai klaim besar yang tidak didukung bukti konkret, hingga menciptakan celah bagi manipulasi dan eksploitasi.

Maraknya pasar replika dan klaim dari pihak-pihak tertentu tentang kepemilikan artefak asli menambah kerancuan. Ketika keaslian artefak ini tidak diverifikasi secara ilmiah dan historis, klaim semacam itu tidak hanya merugikan umat Islam secara spiritual, tetapi juga berisiko mencoreng warisan sejarah Islam.

Lokasi-Lokasi Artefak yang Dianggap Asli

Artefak Rasulullah yang dianggap asli hanya ditemukan di beberapa tempat tertentu yang memiliki reputasi sejarah yang lebih baik dibandingkan klaim individual atau pasar replika.

Di Madinah, Arab Saudi, makam Rasulullah di Masjid Nabawi menjadi pusat ziarah jutaan umat Islam setiap tahunnya. Meskipun banyak benda di sekitar Masjid Nabawi memiliki nilai sejarah, tempat ini tidak memamerkan artefak fisik Rasulullah. Fokusnya adalah pada ibadah dan ziarah, bukan eksploitasi benda yang diklaim sebagai peninggalan beliau.

Di Mesir, Masjid Sayyidina Husein menyimpan klaim yang lebih spesifik. Tempat ini disebut-sebut menyimpan rambut, jenggot, pedang, dan pakaian Rasulullah. Setiap hari, ratusan ribu umat berkunjung untuk berziarah. Klaim ini menarik, terutama karena masjid ini dihormati baik oleh Sunni maupun Syiah. Namun, tidak ada data ilmiah yang dipublikasikan untuk mendukung keaslian artefak-artefak tersebut.

Yordania memiliki klaim yang berbeda, yaitu surat Rasulullah kepada Kaisar Romawi yang disimpan di Istana Raja Abdullah, serta pohon di Syam yang diyakini menjadi tempat berteduh Rasulullah saat menemani pamannya berdagang. Surat tersebut sering dijadikan bukti fisik hubungan Rasulullah dengan dunia luar pada masanya. Namun, keasliannya juga belum sepenuhnya diverifikasi dengan uji karbon atau penelitian mendalam.

Di Istanbul, Turki, Istana Topkapi menjadi pusat penyimpanan berbagai koleksi artefak yang dikaitkan dengan Rasulullah, seperti pedang, jubah, dan barang-barang milik keluarga beliau. Koleksi di Istana Topkapi memiliki kredibilitas lebih baik karena berasal dari era Ottoman, yang secara historis memiliki hubungan langsung dengan banyak peninggalan dunia Islam. Namun, meskipun diakui sebagai tempat penyimpanan utama artefak Islam, keaslian barang-barang ini tetap menjadi perdebatan, bahkan di kalangan akademisi.

Di Chechnya, mangkuk Nabi Muhammad SAW diklaim berada di Masjid Jami’ Grozny. Pemimpin Chechnya, Ramzan Kadyrov, menyatakan bahwa mangkuk ini akan disimpan di masjid tersebut secara permanen. Barang ini hanya dikeluarkan untuk acara khusus, seperti peringatan kelahiran Rasulullah. Tetapi, lagi-lagi, klaim ini tidak disertai dengan dokumentasi ilmiah yang memadai.

Maraknya Pasar Replika

Di luar tempat-tempat yang disebutkan, pasar replika artefak Rasulullah telah menjadi industri tersendiri. Platform seperti Etsy, eBay, dan situs lainnya dipenuhi dengan berbagai barang sebagai replika artefak Rasulullah.

- Advertisement -

Platform seperti Etsy, eBay, dan situs-situs khusus lainnya menjadi ladang subur bagi bisnis replika artefak ini. Di Etsy, misalnya, replika pedang Rasulullah dijual dengan harga Rp 4,584,041, dari harga awal Rp 7,640,068, lengkap dengan deskripsi sebagai “pedang custom handmade” dari baja stainless. Dengan nama seperti “Islamic Sword Al Qadib”, replika ini dipasarkan sebagai barang yang mendekati pedang Rasulullah, meskipun tidak ada upaya serius untuk menjelaskan bagaimana desainnya bisa diasosiasikan dengan artefak asli.

Di eBay, situasinya tidak kalah mencurigakan. Jejak kaki Rasulullah, yang diklaim sebagai “Footprint Of Prophet Muhammad SAW Original Museum Piece Ottoman,” dijual seharga Rp 45 juta. Barang ini dipromosikan dengan deskripsi ambigu, mengklaim bahwa itu adalah replika dari jejak kaki Nabi Muhammad SAW. Ada pula “Replika Mangkok Rasulullah”, yang dijual seharga $3.000 (sekitar Rp 45 juta), dengan klaim bahwa desainnya berasal dari koleksi Topkapi Museum di Istanbul.

Selain itu, eBay juga menawarkan item lain seperti “Kunci Kamar Nabi Muhammad SAW” yang dijual dengan harga $2.000 (sekitar Rp 32,7 juta). Narasi seputar kunci ini menciptakan kesan bahwa barang ini terkait erat dengan sejarah Islam, tetapi seperti banyak barang lain di pasar ini, tidak ada bukti sejarah atau ilmiah yang mendukung klaim tersebut, yaa.. toko ini jujur bilang replika, so no problem.

- Advertisement -

Bahkan replika artefak yang lebih kecil, seperti cincin bertuliskan “Seal of Muhammad” dari perak sterling 925, dijual dengan harga Rp 828,157. Kiswah replika dari Masjid Nabawi juga tidak luput dari komersialisasi, dengan harga mencapai Rp 31,8 juta di salah satu toko online, menggunakan narasi emosional untuk menjelaskan keistimewaannya.

Pasar replika ini menciptakan masalah serius. Tidak ada verifikasi ilmiah untuk mendukung klaim bahwa barang-barang ini memiliki keterkaitan historis dengan Rasulullah. Bahkan barang-barang yang dijual sering kali dipromosikan dengan klaim “bersertifikat,” meskipun sertifikat tersebut dibuat oleh pihak penjual itu sendiri, tanpa otoritas akademis atau independen yang mengawasi.

Klaim Abdul Manan Embong

Diskusi tentang artefak Rasulullah juga melibatkan nama Prof. Dr. H. Abdul Manan Embong, yang mengklaim memiliki akses dan kepemilikan artefak Rasulullah. Namun, klaim-klaim yang dibuat oleh Abdul Manan Embong justru menimbulkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.

Abdul Manan Embong menyatakan bahwa rambut Rasulullah telah melalui berbagai pengujian, termasuk uji karbon dan DNA. Namun, tidak ada hasil penelitian atau bukti laboratorium yang dipublikasikan secara resmi. Bahkan narasi bahwa rambut tersebut mengandung “partikel cahaya” adalah klaim yang tidak berdasar. Dalam ilmu pengetahuan modern, tidak ada konsep yang dapat mendukung keberadaan partikel cahaya dalam rambut manusia.

Lebih jauh lagi, Abdul Manan Embong mengakui bahwa rantai transmisi artefak ini terputus. Dari 184 nama pemegang yang seharusnya ada dalam rantai kepemilikan, hanya 40 yang dapat diidentifikasi. Ini adalah masalah serius. Dalam tradisi Islam, sanad atau rantai transmisi adalah fondasi dalam membuktikan keaslian suatu benda atau informasi. Tanpa rantai transmisi yang lengkap, klaim ini otomatis kehilangan validitasnya.

Ketika klaim ini ditinjau lebih lanjut, tidak ditemukan informasi resmi tentang Abdul Manan Embong dari sumber-sumber akademik di Malaysia. Fakta bahwa klaim ini dibuat atas nama pribadi, tanpa dukungan lembaga independen, semakin memperbesar keraguan terhadap keasliannya. Terlebih lagi, Abdul Manan Embong telah meninggal dunia, yang membuat verifikasi lebih lanjut menjadi sangat sulit.

Mengapa Verifikasi Sangat Penting?

Masalah besar dalam klaim artefak Rasulullah adalah kurangnya verifikasi ilmiah yang transparan. Uji karbon, dokumentasi rantai transmisi, dan publikasi hasil penelitian harus menjadi langkah wajib untuk membuktikan keaslian sebuah artefak. Namun, sebagian besar klaim tidak memenuhi standar ini.

Bahkan artefak yang disimpan di lembaga besar seperti Istana Topkapi saja belum sepenuhnya divalidasi, apalagi klaim artefak yang dibuat oleh kolektor pribadi. Tanpa pengawasan dari lembaga independen yang memiliki otoritas, klaim ini menjadi rentan terhadap manipulasi dan bahkan penipuan.

Jika Dikembalikan Pada Keyakinan Masin-Masing, Maka..

Sebagian orang masih ngotot percaya, sebagian ragu-ragu berpikir kritis karena diliputi ketakutan akan ketidaktabarrukan karena ada kemungkinan memang asli. Comeone.. ini ranah ilmiah, bukan ranah akidah.

Akidah kita tak akan goyah, justru dengan semakin menuntu bukti keaslian, menuntu riset transparan, maka agama ini tidak tercemar. Malah makin besinar di panggung dunia dan dunia sedang menantang dengan ilmu pengetahuan dan sains bukan takhayul.

Pasar replika artefak Rasulullah dan klaim-klaim palsu tentang benda-benda peninggalan beliau harus dihadapi dengan skeptisisme yang sehat. Cinta kepada Rasulullah tidak berarti menerima klaim tanpa bukti. Sebaliknya, cinta itu diwujudkan dengan mempraktikkan ajaran beliau dan menjaga warisan sejarah Islam dari eksploitasi.

Sebagai umat Islam, kita tidak hanya berhak, tetapi juga wajib mempertanyakan keaslian artefak, kompetensi individu yang mendukungnya, dan validitas narasi yang mereka bangun. Jika klaim artefak yang disampaikan tidak didukung oleh bukti ilmiah yang jelas, maka klaim tersebut tidak boleh diterima begitu saja. Hanya dengan menjaga sikap kritis, kita dapat melindungi nama Rasulullah dari manipulasi atas nama agama.

Share This Article