Dengan adanya faktor-faktor positif tersebut, sektor saham properti di Indonesia memiliki potensi untuk tumbuh dan menguat pada tahun 2024.
Namun, tentu saja, sektor ini juga tidak lepas dari tantangan dan risiko yang bisa menghambat kinerjanya. Beberapa tantangan dan risiko yang perlu diwaspadai adalah:
- Ketidakpastian politik menjelang Pemilihan Umum 2024, yang bisa menimbulkan gejolak sosial dan ekonomi.
- Ketidakpastian pandemi Covid-19, yang bisa kembali memburuk dan mengganggu aktivitas bisnis dan masyarakat.
- Ketidakpastian regulasi dan perizinan, yang bisa menghambat proses pembangunan dan penjualan properti.
- Persaingan ketat antara pengembang properti, yang bisa menekan margin dan pangsa pasar.
Oleh karena itu, para investor yang ingin berinvestasi di sektor saham properti di Indonesia harus selektif dan berhati-hati dalam memilih saham-saham yang memiliki kualitas dan prospek yang baik. Beberapa kriteria yang bisa digunakan untuk menilai saham-saham properti adalah:
- Kinerja keuangan yang solid, dengan pertumbuhan pendapatan, laba, dan aset yang konsisten dan positif.
- Likuiditas yang tinggi, dengan rasio lancar dan rasio utang terhadap ekuitas yang rendah.
- Efisiensi operasional yang baik, dengan rasio biaya terhadap pendapatan dan rasio beban bunga yang rendah.
- Strategi bisnis yang jelas, dengan fokus pada segmen pasar yang potensial dan diversifikasi portofolio produk.
- Reputasi dan track record yang baik, dengan pengalaman dan kompetensi yang terbukti dalam mengembangkan dan menjual properti.
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut, beberapa saham properti yang bisa dicermati oleh investor adalah:
- PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), yang merupakan salah satu pengembang properti terbesar dan terintegrasi di Indonesia, dengan fokus pada pengembangan kota mandiri di Serpong, Bekasi, dan Karawang. SMRA juga memiliki bisnis lain seperti mal, hotel, dan rekreasi, yang memberikan sumber pendapatan yang beragam dan stabil. SMRA memiliki kinerja keuangan yang solid, dengan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih yang mencapai 15,8% dan 24,4% secara tahunan pada kuartal III/2023. SMRA juga memiliki likuiditas yang tinggi, dengan rasio lancar sebesar 2,1 dan rasio utang terhadap ekuitas sebesar 0,6. SMRA juga memiliki efisiensi operasional yang baik, dengan rasio biaya terhadap pendapatan sebesar 25,9% dan rasio beban bunga sebesar 1,7. SMRA juga memiliki strategi bisnis yang jelas, dengan fokus pada pengembangan proyek-proyek baru di Serpong, Bogor, dan IKN Nusantara. SMRA juga memiliki reputasi dan track record yang baik, dengan pengalaman lebih dari 40 tahun dalam industri properti dan penghargaan bergengsi seperti Indonesia Property Award dan Indonesia Sustainable Business Award.
- PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), yang merupakan salah satu pengembang properti terbesar dan terintegrasi di Indonesia, dengan fokus pada pengembangan kota mandiri BSD City di Tangerang Selatan. BSDE juga memiliki bisnis lain seperti mal, hotel, dan kesehatan, yang memberikan sumber pendapatan yang beragam dan stabil. BSDE memiliki kinerja keuangan yang solid, dengan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih yang mencapai 12,7% dan 15,5% secara tahunan pada kuartal III/2023. BSDE juga memiliki likuiditas yang tinggi, dengan rasio lancar sebesar 2,4 dan rasio utang terhadap ekuitas sebesar 0,5. BSDE juga memiliki efisiensi operasional yang baik, dengan rasio biaya terhadap pendapatan sebesar 23,7% dan rasio beban bunga sebesar 1,5. BSDE juga memiliki strategi bisnis yang jelas, dengan fokus pada pengembangan proyek-proyek baru di BSD City, seperti The Zora, The Element, dan Foresta Business Loft. BSDE juga memiliki reputasi dan track record yang baik, dengan pengalaman lebih dari 30 tahun dalam industri properti dan penghargaan bergengsi seperti Indonesia Property Award dan Indonesia Green Building Award.
- PT Ciputra Development Tbk (CTRA), yang merupakan salah satu pengembang properti terbesar dan terintegrasi di Indonesia, dengan fokus pada pengembangan kota mandiri di berbagai daerah di Indonesia, seperti CitraLand, CitraGarden, dan CitraRaya. CTRA juga memiliki bisnis lain seperti mal, hotel, dan pendidikan, yang memberikan sumber pendapatan yang beragam dan stabil. CTRA memiliki kinerjaSektor properti di Indonesia diprediksi memiliki prospek yang cerah pada tahun 2024.
Ada beberapa katalis positif yang akan mendukung pertumbuhan sektor ini:
- Insentif PPN terbaru dari Pemerintah: Insentif ini akan membuat konsumen membeli properti menjadi lebih terjangkau.
- Prospek pemangkasan suku bunga oleh The Fed dan Bank Indonesia: Mayoritas pembelian properti di Indonesia menggunakan kredit, jadi penurunan suku bunga akan mendorong penjualan.
Selain itu, saham emiten properti seperti SMRA juga bisa dicermati oleh investor. Harga sahamnya masih relatif cukup murah, dan mereka memiliki banyak proyek pengembangan menarik, terutama di Serpong, Bogor, dan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Namun, perlu diingat bahwa investasi selalu memiliki risiko. Oleh karena itu, penting untuk melakukan penelitian dan pertimbangan yang matang sebelum membuat keputusan investasi.
Demikian Kisanak.