jlk – Kuntilanak, siapa yang tidak kenal dengan hantu perempuan berambut panjang dan berbaju putih yang sering muncul di film-film horor Indonesia?
Menurut cerita rakyat, kuntilanak adalah arwah perempuan yang meninggal saat hamil atau melahirkan, dan terus menghantui orang-orang yang melewati tempat kejadiannya. Namun, apakah kuntilanak benar-benar ada, atau hanya merupakan hasil dari imajinasi dan halusinasi manusia?
Para ilmuwan, khususnya antropolog dan psikolog, mencoba untuk menjawab pertanyaan ini dengan melakukan penelitian tentang kuntilanak. Salah satu peneliti yang terkenal adalah Timo Duile, seorang antropolog asal Jerman yang tinggal di Pontianak, Kalimantan Barat. Kota Pontianak sendiri konon mendapat namanya karena didirikan di atas tanah yang dulunya dihuni oleh kuntilanak.
Dalam jurnalnya yang berjudul “Kuntilanak: Ghost Narratives and Malay Modernity in Pontianak, Indonesia”, Timo mengungkap sejarah dan makna kuntilanak dalam konteks sosial dan budaya masyarakat Melayu. Ia berpendapat bahwa kuntilanak adalah simbol dari modernitas, identitas, dan perlawanan.
Kuntilanak merepresentasikan sisi liar, gelap, dan menakutkan dari alam yang harus dikendalikan oleh manusia. Kuntilanak juga merefleksikan ketakutan dan ketertarikan terhadap perempuan, terutama yang memiliki kekuatan dan otoritas.
Kuntilanak juga menjadi bentuk dari kritik dan protes terhadap ketidakadilan dan kekerasan yang dialami oleh masyarakat, khususnya perempuan.
Namun, apakah kuntilanak hanya sekadar konstruksi sosial dan budaya, atau ada dasar ilmiah yang mendukung keberadaannya? Beberapa psikolog mencoba untuk menjelaskan fenomena kuntilanak dari sudut pandang medis.
Mereka mengemukakan bahwa kuntilanak bisa merupakan akibat dari gangguan mental, seperti skizofrenia, psikosis, atau depresi. Gangguan-gangguan ini bisa menyebabkan seseorang mengalami halusinasi, yaitu persepsi yang tidak sesuai dengan realitas.
Halusinasi bisa berupa suara, gambar, bau, rasa, atau sentuhan yang tidak ada sumbernya.
Halusinasi bisa dipicu oleh berbagai faktor, seperti stres, trauma, kelelahan, obat-obatan, penyakit, atau faktor lingkungan.
Misalnya, seseorang yang mengalami stres berat karena pekerjaan atau masalah pribadi bisa mengalami halusinasi suara yang menghina atau mengancamnya. Seseorang yang mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti LSD atau ganja, bisa mengalami halusinasi visual yang aneh atau menakutkan.
Seseorang yang menderita penyakit tertentu, seperti tumor otak atau epilepsi, bisa mengalami halusinasi yang berkaitan dengan bagian otak yang terganggu. Seseorang yang berada di lingkungan yang gelap, sepi, atau menyeramkan, bisa mengalami halusinasi yang disebabkan oleh sugesti atau imajinasi.
Salah satu contoh kasus yang menarik adalah kasus yang dialami oleh seorang wanita berusia 28 tahun di Jakarta, yang mengaku sering diganggu oleh kuntilanak.
Wanita ini mengatakan bahwa ia sering mendengar suara kuntilanak yang menangis atau tertawa di malam hari, dan melihat bayangan kuntilanak yang melayang-layang di dekat jendela atau pintu kamarnya.
Wanita ini merasa sangat ketakutan dan tidak bisa tidur nyenyak. Ia juga mengalami gangguan konsentrasi, kehilangan nafsu makan, dan mudah marah.
Ketika dibawa ke psikiater, wanita ini didiagnosis menderita depresi mayor, yaitu gangguan mood yang ditandai oleh perasaan sedih, putus asa, tidak berharga, atau bersalah yang berlangsung selama lebih dari dua minggu.
Depresi mayor bisa menyebabkan gangguan tidur, nafsu makan, energi, konsentrasi, dan fungsi seksual. Depresi mayor juga bisa menyebabkan halusinasi, terutama jika disertai dengan rasa bersalah yang berlebihan atau pikiran bunuh diri.
Psikiater menyarankan wanita ini untuk mengonsumsi obat antidepresan dan antipsikotik, serta melakukan psikoterapi. Setelah beberapa bulan menjalani pengobatan, wanita ini mengatakan bahwa halusinasi kuntilanaknya berkurang dan akhirnya hilang sama sekali. Ia juga merasa lebih bahagia, percaya diri, dan produktif.
Dari kasus ini, kita bisa melihat bahwa kuntilanak bisa merupakan manifestasi dari gangguan mental yang dialami oleh seseorang. Tentu saja, ini bukan berarti bahwa semua orang yang mengaku melihat atau mendengar kuntilanak adalah orang gila.
Mungkin ada faktor-faktor lain yang berperan, seperti kepercayaan, budaya, atau pengalaman. Namun, jika seseorang merasa terganggu atau menderita karena kuntilanak, maka ada baiknya ia mencari bantuan profesional.
Kuntilanak, hantu atau halusinasi? Jawabannya mungkin tidak bisa disimpulkan secara pasti. Yang pasti, kuntilanak adalah fenomena yang menarik untuk diteliti dan dipelajari, baik dari sisi ilmiah maupun humaniora. Kuntilanak adalah bagian dari kekayaan budaya dan khazanah pengetahuan Indonesia, yang patut kita hargai dan lestarikan.