Inilah Alasan Sebenarnya Mengapa Nenek Moyang Kita Berpuasa!

rasyiqi By rasyiqi - Writer, Digital Marketer
3 Min Read
a person holding a small object

jlk – Bayangkan sebuah ritual yang telah mengakar dalam benak manusia sejak zaman dahulu, sebuah praktik yang menghubungkan jiwa dengan kekuatan yang lebih tinggi. Puasa, sebuah tradisi yang telah ada sejak Nabi Adam, merupakan jembatan antara manusia dan Tuhan, sebuah perjalanan spiritual yang melintasi waktu dan ruang.

Sejarah Awal Puasa

Dalam lipatan sejarah, puasa adalah ritual yang hampir tak pernah dilewatkan oleh kepercayaan umat manusia terhadap Tuhan semesta alam.

Dari Az-Zamakhsyari yang mengupas sisi historis dalam al-Kasyaf, hingga Ali bin Abi Thalib yang menyatakan, “puasa merupakan ritual paling otentik dan kuno,” kita melihat bahwa puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari nikah dan berbicara.

Evolusi Puasa

Namun, seperti segala sesuatu yang bernapas dalam alam semesta ini, puasa juga mengalami evolusi. Dari ritual yang penuh dengan nilai kesakralan, kini di era modern, puasa sering kali direduksi menjadi sekadar menahan lapar dan haus.

- Advertisement -

Namun, apakah kita lupa bahwa dalam bahasa Arab, shaum memiliki konotasi yang lebih dalam? Ibnu al-Manzur mengartikannya sebagai “kata benda yang menggabungkan banyak kata kerja,” sebuah simfoni kegiatan spiritual yang otentik.

Puasa dalam Berbagai Tradisi

Dari Asy-Syura yang diikuti oleh umat Yahudi, Nasrani, dan Muslim, hingga tradisi puasa yang dilakukan ahl al-injil selama 50 hari di bulan Ramadan, kita melihat bahwa puasa adalah sebuah narasi yang terus berkembang.

Bahkan, di Indonesia, puasa telah menjadi ritual ‘elitis’ yang dilakukan para raja dan keluarganya, wali, dan mereka yang ingin memperoleh kedudukan yang lebih tinggi dalam masyarakat.

Modernisasi Puasa

Di era modern, puasa mungkin telah kehilangan sebagian dari nilai kesakralannya. Namun, bukankah masih ada harapan? Dalam keheningan malam, ketika kita menahan diri dari segala kecondongan nafsu, kita menemukan kembali esensi puasa yang sejati.

Kita berkomunikasi dengan Tuhan tanpa kata-kata, sebuah dialog tanpa suara yang menggema dalam kesunyian.

- Advertisement -

Kesimpulan

Puasa adalah lebih dari sekadar tradisi; itu adalah perjalanan batin yang mengajak kita untuk introspeksi dan berkomunikasi dengan kekuatan yang lebih tinggi.

Dari zaman kuno hingga era modern, puasa tetap menjadi bagian dari nilai kebaikan abadi dalam masyarakat Muslim.

Dan meskipun zaman terus berubah, esensi puasa sebagai jembatan spiritual antara manusia dan Tuhan tetap abadi.

- Advertisement -

Mari kita renungkan, apakah kita telah memahami puasa dalam esensinya yang paling murni? Ataukah kita telah terjebak dalam ritual tanpa makna, lupa akan panggilan jiwa yang mendambakan kedekatan dengan sang Pencipta?

Topik:
Share This Article