Di depan Balai Desa Gapura Timur yang sunyi dan tak terurus, Ibu Titik, seorang janda tunawisma, akhirnya memiliki kamar mandi berkat bantuan warga setempat.
Kisah ini menjadi ironi pedih ketika gedung pemerintahan yang seharusnya melayani rakyat itu sendiri ternyata sudah lama mati – dihuni rayap, tidak dikunci, dan menurut kabar warga, mungkin sudah menjadi tempat tinggal hantu.
Fakta bahwa seorang warga miskin harus tinggal tanpa sanitasi layak tepat di depan kantor pemerintah desa selama berbulan-bulan sudah cukup memilukan.
Namun yang lebih menyakitkan adalah ketika warga biasa yang bukan orang kaya akhirnya turun tangan membangunkan kamar mandi, sementara pemerintah desa yang memiliki gedung lengkap dengan toilet itu sendiri justru diam membisu.
Marzuki, tokoh masyarakat yang mempelopori aksi ini, mengungkapkan kekecewaannya. “Kami bukan orang mampu, tapi tidak tega melihat kondisi Ibu Titik.
Sedangkan pemerintah yang seharusnya bertanggung jawab malah tutup mata,” katanya. Pernyataannya semakin menusuk ketika menyebut bahwa berharap pada Pemdes Gapura Timur sama dengan “sering diberi harapan palsu”.
Yang lebih tragis, Balai Desa yang seharusnya menjadi simbol pelayanan publik itu kini justru menjadi monumen pengabaian.
Gedungnya terbengkalai, toiletnya tidak terurus, dan fungsinya sebagai pusat pemerintahan desa seolah lenyap ditelan waktu.
Sementara di halamannya sendiri, seorang janda dan anak SD terpaksa hidup dalam keterbatasan.
Kisah ini meninggalkan pertanyaan besar: Ketika warga biasa sudah turun tangan menyelesaikan masalah dasar tetangganya, lalu apa sebenarnya fungsi pemerintah desa?
Apakah Balai Desa itu hanya menjadi bangunan kosong yang menunggu rayap dan hantu untuk menghuninya sepenuhnya?
Dan sampai kapan warga harus menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah?
Hingga saat ini, Pemdes Gapura Timur tetap bungkam. Sementara kamar mandi sederhana untuk Ibu Titik sudah berdiri, pertanyaan tentang keberpihakan pemerintah desa kepada warganya yang paling lemah masih menggantung – sama menggantungnya dengan nasib Balai Desa yang sudah lama kehilangan nyawa pelayanannya.