jlk – Pada tanggal 9 Agustus 2024, sebuah kejadian mengejutkan terjadi di Solo Paragon Mall, Jawa Tengah. Seorang pelajar SMA, sebut saja ASH (17), memutuskan untuk melompat dari lantai tiga gedung tersebut.
Dalam sebuah kebetulan yang hampir mistis, ia mendarat di atas spring bed yang sedang dipamerkan, sehingga nyawanya selamat. Kejadian ini bukan hanya membuat heboh, tetapi juga memicu diskusi tentang kesehatan mental di kalangan remaja.
Kesehatan Mental di Kalangan Remaja:
Gangguan bipolar yang dialami ASH menyoroti isu yang kerap tersembunyi di balik senyum para remaja: kesehatan mental.
Bipolar adalah gangguan kejiwaan yang ditandai dengan perubahan suasana hati ekstrem, mulai dari depresi hingga mania. Menurut data WHO, sekitar 1% populasi dunia mengalami bipolar, dan kasus pada remaja terus meningkat.
Di Indonesia, kesehatan mental sering kali dianggap tabu. Banyak remaja yang menderita dalam diam, takut akan stigma dan penilaian negatif dari lingkungan sekitar. Tanpa dukungan yang memadai, mereka terjebak dalam lingkaran setan yang bisa berujung pada tindakan ekstrem.
Peran Lingkungan dalam Mencegah Tindakan Berbahaya:
Fasilitas umum seperti mal memiliki tanggung jawab moral dan praktis untuk menciptakan lingkungan yang aman.
Kejadian di Solo ini mengundang tanya: sudah sejauh mana keamanan diperhatikan? Apakah ada protokol yang mencegah atau menangani kejadian serupa?
Security Breach atau Miracle? Tentu saja, spring bed yang “menyelamatkan” ASH bisa dilihat sebagai keajaiban, namun seharusnya kita tidak bergantung pada keberuntungan.
Beberapa langkah preventif seperti pagar pengaman yang lebih tinggi, pengawasan CCTV yang lebih ketat, dan pelatihan karyawan untuk menghadapi situasi darurat bisa diterapkan.
Respons Sosial dan Media:
Media sosial berperan besar dalam menyebarkan informasi kejadian ini. Video ASH yang masih bergerak setelah terjatuh langsung menjadi viral.
Sayangnya, sering kali respons publik lebih berfokus pada sensasi dari pada esensi. Komentar bernada mengejek atau tak berperasaan kerap menghiasi kolom komentar, mengabaikan kenyataan bahwa di balik video viral tersebut, ada individu yang sedang berjuang dengan masalah serius.
Dampak Viralitas bisa sangat membebani keluarga dan korban. Tekanan dari perhatian publik yang masif bisa memperburuk kondisi mental korban. Di sisi lain, viralitas ini bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kesehatan mental.
Peran Pendidikan dalam Kesadaran Kesehatan Mental:
Sekolah memiliki peran penting dalam membentuk pemahaman siswa tentang kesehatan mental. Program edukasi kesehatan mental harus menjadi bagian integral dari kurikulum sekolah.
Guru dan staf perlu dilatih untuk mengenali tanda-tanda awal gangguan mental dan menawarkan dukungan kepada siswa yang membutuhkannya.
Apa yang Bisa Dilakukan? Melibatkan psikolog sekolah, mengadakan seminar kesehatan mental, dan menciptakan lingkungan yang inklusif adalah langkah awal yang bisa diambil.
Membangun kesadaran dan menghapus stigma adalah kunci agar remaja seperti ASH merasa didengar dan mendapatkan bantuan yang mereka butuhkan.
Kesimpulan:
Kejadian di Solo Paragon Mall seharusnya menjadi pengingat bahwa kesehatan mental adalah isu serius yang membutuhkan perhatian kita.
ASH adalah simbol dari banyak remaja lain yang berjuang dalam diam. Kita semua, mulai dari individu, komunitas, hingga institusi, memiliki peran dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental.
Sebagai penutup, mungkin kita perlu ingat bahwa hidup ini bukanlah sekadar urusan naik-turun tangga kehidupan, tetapi bagaimana kita tetap waras meski ada di tengah pusaran dunia yang kadang bikin lupa diri.
Dan semoga, setiap loncatan baik harfiah maupun kiasan bisa berakhir dengan lembut, seperti jatuh di atas spring bed yang menyelamatkan.