Bahasa Indonesia, Bahasa Paling Santuy Sedunia

Oleh
rasyiqi
Writer, Digital Marketer
- Writer, Digital Marketer
Baca 9 Mnt
a red and white flag

Untuk membaca tulisan di Jailangkung, berpikirlah seperti mesin tanpa melibatkan perasaan. Anda bisa kirim tulisanmu kesini, bebas tanpa sortir dan editing!

Dalam panggung percakapan global, di mana bahasa-bahasa besar saling bersaing dengan kompleksitas tata bahasa dan kosakata yang rumit, Bahasa Indonesia hadir dengan pendekatan yang sama sekali berbeda.

Bayangkan sebuah bahasa tanpa perubahan kata kerja yang membingungkan, tanpa artikel yang memusingkan, dan dengan ejaan yang hampir sempurna mengikuti cara bacanya.

Inilah Bahasa Indonesia—bahasa yang justru menjadi kuat karena kesederhanaannya, dan baru-baru ini mendapatkan pengakuan internasional sebagai bahasa resmi ke-10 UNESCO.

Kesederhanaan yang Disengaja

Bahasa Indonesia dalam tipologi linguistik dikenal sebagai bahasa analitis atau isolatif. Apa artinya? Bahasa kita bekerja seperti blok-blok Lego yang sederhana—setiap kata tetap mempertahankan bentuk dasarnya, dan untuk mengungkapkan makna yang lebih kompleks, kita cukup menambahkan kata bantu atau partikel, bukan mengubah bentuk kata itu sendiri.

Mari kita bandingkan dengan bahasa Inggris yang harus berurusan dengan:

  • I eat (sekarang)
  • I ate (lampau)
  • I have eaten (telah makan)
  • I will eat (akan makan)

Dalam Bahasa Indonesia, kita cukup mengatakan:

  • Saya makan
  • Saya sudah makan
  • Saya telah makan
  • Saya akan makan

Kata “makan” tetap sama, tidak berubah-ubah. Bagi pembelajar bahasa asing, ini adalah berkah yang luar biasa karena mereka bisa fokus pada penguasaan kosakata dan pola kalimat, bukan menghafal tabel konjugasi yang memusingkan.

Mengurai Keunggulan Struktural Bahasa Indonesia

- Advertisement -

1. Pembebasan dari Perangkap Tata Bahasa

Bahasa Indonesia membebaskan penuturnya dari beberapa perangkap tata bahasa yang paling umum dijumpai dalam bahasa lain:

  • Tidak ada konjugasi kata kerja: Tidak perlu khawatir tentang perbedaan bentuk untuk subjek yang berbeda atau waktu yang berbeda.
  • Tidak ada artikel gender: Tidak ada der/die/das seperti dalam bahasa Jerman, atau le/la seperti dalam bahasa Prancis.
  • Tidak ada kasus gramatikal: Tidak ada perubahan kata berdasarkan fungsi dalam kalimat (subjek, objek, kepemilikan).

Data dari program BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) menunjukkan bahwa pembelajar dapat mencapai tingkat kemahiran komunikasi dasar dalam waktu 120-150 jam pembelajaran, jauh lebih cepat dibandingkan bahasa Eropa yang membutuhkan 200-300 jam untuk tingkat yang setara.

- Advertisement -

2. Sistem Ejaan yang Logis dan Konsisten

Salah satu keunggulan tersembunyi Bahasa Indonesia adalah konsistensi antara tulisan dan ucapan. Bahasa kita mengikuti prinsip satu bunyi-satu huruf dengan sangat konsisten. Bandingkan dengan bahasa Inggris di mana kombinasi huruf “ough” bisa diucapkan berbeda dalam kata-kata seperti through, though, thought, thorough, dan trough.

Dalam Bahasa Indonesia, jika Anda melihat tulisan “makan”, Anda tahu persis cara membacanya. Tidak ada huruf bisu, tidak ada pengecualian yang tidak terduga. Keteraturan ini membuat proses melek huruf menjadi lebih mudah dan cepat.

3. Fleksibilitas Sintaksis yang Cerdas

Meskipun Bahasa Indonesia mengikuti pola dasar Subjek-Predikat-Objek (SPO), bahasa ini memberikan fleksibilitas yang cukup besar. Kalimat “Saya membaca buku” bisa diubah menjadi “Buku saya baca” tanpa kehilangan makna dasar, meskipun dengan penekanan yang berbeda. Fleksibilitas ini memungkinkan variasi ekspresif tanpa harus melanggar aturan tata bahasa yang kaku.

Bukti Nyata Bahasa Indonesia di Panggung Global

Pengakuan UNESCO terhadap Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi pada November 2023 bukanlah sekadar penghargaan simbolis. Ini adalah pengakuan formal terhadap peran bahasa kita dalam percakapan global. Status ini berarti:

  • Semua dokumen resmi UNESCO harus tersedia dalam Bahasa Indonesia
  • Bahasa Indonesia bisa digunakan dalam semua pertemuan dan sidang resmi UNESCO
  • Peningkatan legitimasi diplomatik bagi Indonesia

Fakta bahwa Bahasa Indonesia sekarang diajarkan di 57 negara—dari Australia yang memasukkan BI ke kurikulum sekolah dasar, hingga universitas-universitas ternama di Jepang, Korea Selatan, dan Mesir—menunjukkan bahwa kesederhanaan bahasa kita justru menjadi daya tarik, bukan kelemahan.

Program BIPA telah menjadi ujung tombak diplomasi budaya Indonesia. Di University of Southern Queensland, Australia, misalnya, mahasiswa tidak hanya belajar bahasa, tetapi juga memahami bagaimana kesederhanaan struktural BI mencerminkan nilai-nilai inklusivitas dan egalitarianisme masyarakat Indonesia.

Mengapa Mereka Menyukai Bahasa Indonesia

Testimoni dari pembelajar asing mengungkapkan mengapa mereka tertarik dengan Bahasa Indonesia:

“Belajar Bahasa Indonesia seperti menemukan oasis di padang pasir kerumitan tata bahasa. Saya bisa fokus pada berkomunikasi, bukan pada menghafal aturan,” kata Maria Schneider, mahasiswa asal Jerman yang belajar di Program BIPA.

“Dalam waktu tiga bulan, saya sudah bisa melakukan percakapan sehari-hari. Ini tidak mungkin saya lakukan dengan bahasa lain dalam waktu yang sama,” tambah James Thompson dari Amerika Serikat.

Perbandingan Bahasa Indonesia vs Bahasa Lain

Mari kita lihat perbandingan konkret dalam tabel berikut:

Aspek Tata BahasaBahasa IndonesiaBahasa InggrisBahasa Prancis
Konjugasi Kata KerjaTidak adaRumit (16 bentuk untuk setiap kata kerja)Sangat rumit (lebih dari 20 bentuk)
ArtikelTidak adaAda (a, an, the)Ada dengan gender (le, la, les)
Kesesuaian Ejaan dan UcapanSangat tinggi (95% konsisten)Rendah (hanya 40% konsisten)Sedang (75% konsisten)
Tingkat TuturMinimalSedangRumit (vous/tu)

Dampak Sosial dan Budaya dari Kesederhanaan Bahasa

Kesederhanaan Bahasa Indonesia bukan hanya tentang kemudahan belajar, tetapi juga tentang fungsi pemersatu. Dengan memilih bahasa yang relatif mudah dipelajari oleh semua suku bangsa di Indonesia, para pendiri bangsa telah membuat keputusan bijak yang mendukung persatuan nasional.

Bayangkan jika bahasa dengan sistem tingkatan yang kompleks seperti Bahasa Jawa yang memiliki setidaknya tiga tingkat tutur (ngoko, madya, krama) dipaksakan sebagai bahasa nasional. Bisa jadi ini akan menciptakan hambatan komunikasi dan memperkuat stratifikasi sosial.

Bahasa Indonesia justru berfungsi sebagai equalizer—menempatkan semua penutur pada posisi yang setara, terlepas dari latar belakang etnis, sosial, atau pendidikan mereka.

Masa Depan Bahasa Indonesia

Meskipun memiliki fondasi yang kuat, Bahasa Indonesia menghadapi tantangan di era globalisasi:

  • Invasi kosakata asing: Perlu upaya lebih sistematis dalam menciptakan padanan istilah asing
  • Pengaruh bahasa gaul: Perlu keseimbangan antara fleksibilitas dan standarisasi
  • Digitalisasi: Perlunya pengembangan tools bahasa yang memadai untuk teknologi AI dan pemrosesan bahasa alami

Namun, peluangnya jauh lebih besar. Dengan status UNESCO dan jaringan BIPA yang terus berkembang, Bahasa Indonesia berpotensi menjadi bahasa kerja yang penting di kawasan Asia Tenggara dan di antara negara-negara non-blok.

Kesederhanaan yang Memberdayakan

Bahasa Indonesia membuktikan bahwa dalam dunia yang semakin kompleks, kesederhanaan justru menjadi kekuatan. Struktur bahasa yang mudah dipelajari bukanlah tanda kemiskinan linguistik, melainkan bukti efisiensi dan kepraktisan.

Kesederhanaan ini telah menjadi senjata rahasia Indonesia dalam diplomasi budaya, menarik minat dunia untuk tidak hanya belajar bahasa, tetapi juga memahami budaya dan nilai-nilai yang dikandungnya.

Dalam kata-kata linguist terkemuka, “Bahasa yang paling baik bukanlah bahasa yang paling rumit, melainkan bahasa yang paling efektif dalam menyampaikan makna dan mempersatukan penuturnya.” Dalam hal ini, Bahasa Indonesia telah membuktikan keunggulannya.

Dengan bangga kita bisa mengatakan: inilah bahasa kita, sederhana namun mendalam, mudah namun kaya, lokal namun mendunia. Bahasa Indonesia—bukti bahwa yang sederhana bisa menjadi luar biasa.

Topik:
Share This Article