Mengapa Tentara Mongol Menyerang Daulah Abbasiyah?

Noer Huda By Noer Huda
11 Min Read
Mengapa Tentara Mongol Menyerang Daulah Abbasiyah?
Mengapa Tentara Mongol Menyerang Daulah Abbasiyah?

jlk – Tahun 1258, tragedi besar menimpa Baghdad, pusat Kerajaan Abbasiyah. Tentara Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan, yang notabene cucu dari Genghis Khan, ngelilingi dan ngancurin kota tersebut sampai habis.

Khalifah Al-Mustasim yang saat itu jadi pemimpin umat Islam dibunuh dengan cara yang nyeremin banget. Jutaan orang di Baghdad kehilangan nyawa atau diculik.

Tempat-tempat penting seperti perpustakaan, masjid, dan istana yang jadi simbol peradaban Islam dibakar. Kejadian ini dianggep banyak orang sebagai titik akhir Zaman Keemasan Islam.

Tapi, apa sih yang bikin tentara Mongol sampe segitunya menyerang Kerajaan Abbasiyah? Kenapa mereka bisa sebrutal itu? Dan apa aja dampak dari serangan mereka buat dunia Islam dan dunia pada umumnya?

- Advertisement -

Kejayaan yang Mulai Luntur

Kerajaan Abbasiyah memerintah dunia Islam mulai tahun 750 sampai 1258, ngambil alih dari Kerajaan Umayyah yang dianggap nggak sah oleh mayoritas umat Islam. Mereka pindah ibu kota dari Damaskus ke Baghdad, yang kemudian berkembang jadi kota paling gede dan canggih di masanya.

Di bawah asuhan Abbasiyah, dunia Islam maju banget di berbagai bidang seperti ilmu pengetahuan, seni, sastra, arsitektur, dan perdagangan.

Mereka juga sukses menaklukkan dan menyebarkan Islam ke berbagai daerah, mulai dari Afrika Utara, Spanyol, Asia Tengah, sampe India.

Namun, kejayaan Abbasiyah nggak bertahan lama. Mulai abad ke-10, kekuasaan mereka mulai dikikis oleh berbagai pemberontakan, perpecahan, dan invasi. Beberapa daerah yang sebelumnya patuh, seperti Mesir, Spanyol, dan Persia, milih pisah dan bikin dinasti mereka sendiri.

Abbasiyah juga harus ngadepin ancaman dari bangsa Turki Seljuk, yang jadi sekutu sekaligus saingan. Turki Seljuk, yang awalnya adalah bangsa nomaden dari Asia Tengah yang kemudian masuk Islam, jadi tentara bayaran bagi Abbasiyah.

- Advertisement -

Tapi, mereka juga sering minta hak politik dan wilayah, bahkan kadang-kadang ngancam kota Baghdad.

Di abad ke-13, kekuasaan Abbasiyah semakin lemah. Mereka cuma menguasai wilayah Iraq dan sekitarnya, sementara wilayah lain di bawah pengaruh Turki Seljuk atau dinasti lain. Khalifah Abbasiyah juga kehilangan otoritas dan kewibawaan sebagai pemimpin umat Islam.

Mereka lebih banyak ngurusin hal duniawi, kayak bangun istana mewah, kumpulin harta, dan bersenang-senang.

- Advertisement -

Mereka juga sering bergantung pada pejabat, panglima, dan ulama, yang seringkali salah gunain kekuasaan. Jadi, Kerajaan Abbasiyah jadi lemah dan gampang diserang dari luar.

Penakluk yang Tak Terbendung

Di sisi lain, di timur Asia muncul kekuatan baru yang mengguncang dunia, yaitu tentara Mongol dipimpin Genghis Khan.

Dia berhasil nyatukan berbagai suku nomaden yang tadinya bermusuhan, dan membentuk kerajaan yang luas dan kuat.

Tentara Mongol terkenal dengan kecepatan, kekuatan, dan kekejaman mereka. Mereka pake kuda sebagai kendaraan perang, busur panah sebagai senjata utama, dan strategi yang cerdik dan fleksibel.

Mereka juga nggak segan-segan membantai, merampok, dan membakar apa pun di depan mereka.

Genghis Khan mulai kampanye penaklukannya di awal abad ke-13, berhasil mengalahkan berbagai kerajaan dan imperium, seperti China, Khwarezmia, Rusia, dan Asia Tengah.

Dia juga kirim utusan ke berbagai negara, termasuk Kerajaan Abbasiyah, buat tawarin perdamaian dan perdagangan dengan syarat mereka akui kekuasaan Mongol.

Tapi, banyak negara yang nolak tawaran ini, bahkan ada yang menghina dan bunuh utusan Mongol. Ini bikin Genghis Khan marah dan bersumpah buat balas dendam.

Setelah Genghis Khan meninggal tahun 1227, kerajaan Mongol dibagi jadi empat khanat, masing-masing dipimpin oleh putra atau cucunya. Salah satu yang paling penting adalah Ilkhanat, dipimpin oleh Hulagu Khan, cucu Genghis Khan.

Hulagu Khan bertanggung jawab atas penaklukan wilayah Timur Tengah, termasuk Kerajaan Abbasiyah.

Dia pimpin tentara Mongol yang berjumlah sekitar 150.000 orang, dari berbagai suku dan bangsa, kayak Turki, Persia, Armenia, Georgia, dan lain-lain. Dia juga dibantu oleh beberapa sekutu, kayak Kerajaan Armenia dan Georgia, yang juga musuh Abbasiyah.

Hulagu Khan punya beberapa alasan buat nyerang Kerajaan Abbasiyah. Pertama, dia pengen membalas dendam atas pembunuhan utusan Mongol yang dikirim ke Baghdad beberapa tahun sebelumnya.

Kedua, dia pengen nguasain wilayah Timur Tengah yang strategis dan kaya, sebagai bagian dari ekspansi Mongol. Ketiga, dia pengen nguasain pusat kekuasaan Islam, yang dia anggep sebagai ancaman buat Mongol.

Keempat, dia pengen nyebarkan agama dan budaya Mongol ke wilayah lain. Kelima, dia pengen ngumpulin harta dan sumber daya buat perang dan pembangunan di kerajaannya.

Hulagu Khan mulai kampanyenya di Timur Tengah tahun 1256, dengan nyerang beberapa kota dan benteng yang menolak tunduk.

Dia berhasil ngalahin beberapa kerajaan kecil dan dinasti lokal, kayak Kerajaan Lurs, Kerajaan Ismailiyah, dan Kerajaan Armenia.

Dia juga dapet bantuan dari beberapa negara yang mau jadi sekutu atau vasal Mongol, kayak Kerajaan Georgia, Kerajaan Cilicia, dan Kerajaan Rum.

Dia juga ngirim utusan lagi ke Baghdad, buat tawarin perdamaian dengan syarat yang sama, tapi lagi-lagi ditolak.

Jadi, tahun 1258, Hulagu Khan mutusin buat nyerang Baghdad dengan kekuatan penuh. Dia ngumpulin tentara dari berbagai suku dan bangsa, termasuk beberapa pasukan Kristen yang juga benci sama Islam.

Dia juga bawa alat perang canggih, kayak katapel, meriam, dan mesiu, yang belum pernah diliat sebelumnya di Timur Tengah.

Dia juga pake strategi yang cerdik, kayak ngalihin sungai Tigris buat ngurangin pertahanan kota, nyerang dari beberapa arah sekaligus, dan nyebarkan propaganda buat bikin tentara dan penduduk panik.

Pengepungan dan Penyerangan Baghdad

Tanggal 29 Januari 1258, tentara Mongol mulai ngelilingi Baghdad dari semua arah. Mereka ngadepin sedikit perlawanan dari tentara Abbasiyah, yang jumlahnya cuma sekitar 50.000 orang, dan kebanyakan nggak terlatih dan nggak motivasi.

Tentara Mongol juga berhasil nguasain beberapa kota satelit dan desa sekitar Baghdad, yang jadi sumber makanan dan air buat mereka.

Mereka juga berhasil ngancurin beberapa benteng dan posisi pertahanan Abbasiyah, yang bikin jalur masuk ke kota jadi lebih gampang.

Selama beberapa hari, tentara Mongol terus nyerang tembok kota dengan alat perang mereka, sementara tentara Abbasiyah cuma bisa nonton dan nembakin panah dari jauh.

Beberapa kali, tentara Abbasiyah nyoba nyerang balik atau minta bantuan dari sekutu-sekutu mereka, tapi gagal. Mereka juga nyoba negosiasi dengan Hulagu Khan, buat minta ampun atau tawarin harta, tapi ditolak.

Akhirnya, tanggal 10 Februari 1258, tembok kota jebol, dan tentara Mongol masuk ke dalam Baghdad dengan kejam.

Mereka ngebunuh siapa pun yang mereka temuin, baik tentara, pendeta, wanita, anak-anak, orang tua, bahkan hewan.

Mereka juga ngerampok apa pun yang berharga, kayak emas, perak, permata, sutra, buku, seni, dan lain-lain. Mereen juga ngebakar rumah, toko, masjid, perpustakaan, dan istana, yang bikin kota jadi puing-puing.

Khalifah Al-Mustasim, yang sebelumnya nyembunyi di istananya, akhirnya ditangkep sama tentara Mongol.

Dia dihadapin sama Hulagu Khan, yang nanya kenapa dia nolak tawaran perdamaian dan ngancam Mongol. Khalifah cuma bisa nangis dan minta ampun, tapi Hulagu Khan nggak kasih ampun.

Dia perintahin khalifah dibunuh dengan cara yang sadis, kayak dimasukin ke dalam karung terus dipukul sampai mati, atau dilempar dari menara. Ini simbol kemenangan Mongol atas Islam, dan akhir dari Kerajaan Abbasiyah.

Dampak Serangan Mongol

Serangan Mongol ke Baghdad punya dampak yang besar dan jangka panjang buat dunia Islam dan dunia pada umumnya. Pertama, ini nandain akhir dari Zaman Keemasan Islam, yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan, seni, sastra, arsitektur, dan perdagangan.

Banyak ilmuwan, seniman, penulis, dan pedagang yang mati atau lari ke tempat lain, yang bikin ilmu pengetahuan dan budaya Islam stagnan atau mundur. Banyak karya ilmiah, sastra, dan seni yang hilang atau rusak, yang nggak bisa diganti lagi.

Kedua, ini ngelemahin otoritas dan kewibawaan Islam sebagai agama dan peradaban. Banyak umat Islam yang kehilangan iman atau pindah agama, karena mereka nganggep ini sebagai hukuman dari Tuhan atau kegagalan Islam.

Banyak juga yang beralih ke sekte-sekte Islam yang lebih ekstrem atau mistis, yang nggak percaya sama otoritas ulama atau khalifah. Ini bikin Islam jadi lebih terpecah dan konflik internal.

Ketiga, ini ngubah peta politik dan sosial Timur Tengah. Banyak wilayah yang sebelumnya di bawah pengaruh Abbasiyah jadi lepas atau jadi bagian dari kerajaan atau dinasti baru, yang lebih fokus pada kepentingan lokal atau etnis.

Banyak juga yang jadi vasal atau sekutu Mongol, yang ngadopsi beberapa budaya dan agama mereka. Ini bikin Timur Tengah jadi lebih beragam dan kompleks, tapi juga lebih rentan terhadap konflik dan invasi.

Keempat, ini ngebuka jalan buat penyebaran dan pengaruh Mongol di dunia Islam dan dunia pada umumnya. Mongol berhasil nguasain wilayah yang luas, dari China sampai Eropa Timur, yang bikin mereka jadi kekuatan dunia yang dominan.

Mereka juga ngebawa banyak inovasi dan ide dari satu wilayah ke wilayah lain, yang bikin dunia jadi lebih terkoneksi dan terbuka. Tapi, mereka juga ngebawa banyak kehancuran dan penderitaan, yang nggak bisa dilupakan sama korban dan keturunan mereka.

Kelima, ini ngeinspirasi banyak cerita, legenda, dan mitos tentang kekejaman dan kebesaran Mongol, yang masih populer sampai sekarang.

Banyak orang yang masih inget atau belajar tentang serangan Mongol ke Baghdad sebagai contoh dari kejamnya perang dan pentingnya perdamaian. Banyak juga yang nganggep ini sebagai pelajaran tentang kesombongan, keangkuhan, dan kesalahan manusia, yang bisa nyebabin kehancuran dan kematian.

Kesimpulan

Serangan Mongol ke Baghdad adalah salah satu peristiwa paling tragis dan penting dalam sejarah dunia, yang punya dampak yang besar dan jangka panjang.

Ini bukan cuma tentang kemenangan atau kekalahan dalam perang, tapi juga tentang hilangnya ilmu pengetahuan, budaya, dan peradaban yang berharga. Ini juga tentang perubahan dalam agama, politik, sosial, dan budaya, yang masih berpengaruh sampai sekarang.

Ini adalah pelajaran tentang kekejaman manusia, tapi juga tentang kemampuan manusia buat bangkit dari kehancuran dan membangun kembali. Ini adalah cerita tentang akhir dari satu era, tapi juga awal dari era baru, yang masih ditulis dan diceritakan sampai sekarang.

Share This Article