Pengangguran Gen-Z ASEAN Tertinggi dalam Sejarah, Kenapa?

rasyiqi By rasyiqi - Writer, Digital Marketer
4 Min Read
a man standing in front of a window looking out

jfid – Ah, pengangguran. Isu yang bisa membuat kepala pusing hingga berasa kayak nonton film horor tanpa henti. Di ASEAN, angka pengangguran ternyata bukan hanya angka yang membosankan—ia adalah kisah penuh warna tentang perjuangan generasi muda kita.

Jadi, mari kita telusuri, di mana posisi Gen-Z dan Milenial dalam peta pengangguran ASEAN ini? Siapkan popcorn, karena kita akan menyelam ke dalam data yang bikin penasaran ini!

Gen-Z

Gen-Z, generasi yang dikenal dengan kecepatan jari di smartphone dan kemampuan multitasking yang mengagumkan, menghadapi tantangan besar dalam dunia kerja. Meski sering dicitrakan sebagai generasi yang kreatif dan tech-savvy, kenyataannya hampir 10 juta Gen-Z di ASEAN masih menganggur.

Di Indonesia, misalnya, sekitar 22,25% dari total 44,47 juta anak muda usia 15-24 tahun belum menemukan pekerjaan. Ini adalah angka yang bikin kita semua bertanya-tanya, apakah Gen-Z benar-benar memiliki “privilege” yang mereka butuhkan untuk sukses?

- Advertisement -

Di balik citra Gen-Z yang ceria dan selalu update, banyak dari mereka yang sebenarnya berjuang keras untuk bertahan hidup. Perbedaan antara apa yang kita lihat di media sosial dan kenyataan hidup sehari-hari bisa sangat mencolok.

Gen-Z tidak hanya butuh pekerjaan; mereka butuh pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan dan aspirasi mereka, sesuatu yang sering kali tidak tersedia.

Milenial

Lalu bagaimana dengan Milenial, yang mungkin sudah lebih berpengalaman? Sayangnya, mereka juga tidak terhindar dari tantangan pengangguran.

Dalam banyak kasus, Milenial yang sudah memasuki pasar kerja harus berhadapan dengan ketidakpastian dan kesulitan. Banyak dari mereka yang mengeluhkan kurangnya kesempatan yang sesuai dengan pendidikan dan pengalaman mereka.

Misalnya, di Malaysia dan Filipina, Milenial menghadapi masalah serupa dengan Gen-Z. Di Malaysia, sekitar 10,3% dari populasi usia 15-24 tahun tidak memiliki pekerjaan, yang berarti sekitar 1,3 juta orang dalam usia produktif belum mendapatkan pekerjaan.

- Advertisement -

Filipina tidak jauh berbeda, dengan tingkat pengangguran mencapai 11,1% di kalangan anak muda. Dan jangan lupakan Vietnam, di mana 10,4% dari populasi usia 15-24 tahun juga menghadapi pengangguran.

Negara Maju vs Negara Berkembang

Jika kita membandingkan negara maju dan berkembang di ASEAN, perbedaannya sangat mencolok. Singapura dan Brunei Darussalam, yang termasuk dalam kategori negara maju, memiliki tingkat pengangguran yang relatif rendah.

Singapura, dengan tingkat pengangguran hanya 5,1%, dan Brunei Darussalam yang berada di angka 3,4% menunjukkan stabilitas ekonomi yang lebih baik dibandingkan negara-negara berkembang.

- Advertisement -

Sebaliknya, negara berkembang seperti Indonesia dan Filipina menghadapi tantangan yang lebih besar. Indonesia, dengan tingkat pengangguran tertinggi di ASEAN sebesar 5,2%, menunjukkan kesulitan besar dalam menciptakan lapangan kerja yang memadai.

Filipina menyusul dengan angka 5,1%, mencerminkan masalah yang serupa. Vietnam, meskipun lebih baik, masih menghadapi tantangan dengan tingkat pengangguran 2,1%.

Apa yang Bisa Dilakukan?

Jadi, apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah ini? Pemerintah di seluruh ASEAN perlu fokus pada menciptakan lebih banyak lapangan kerja yang berkualitas, bukan hanya mengandalkan pertumbuhan ekonomi semata.

Pendekatan yang lebih inklusif dan adaptif terhadap kebutuhan Gen-Z dan Milenial sangat penting. Selain itu, pelatihan keterampilan yang relevan dan akses pendidikan yang lebih baik bisa menjadi kunci untuk mengurangi angka pengangguran di kalangan generasi muda.

Tantangan besar di hadapan kita adalah menyeimbangkan citra yang diciptakan oleh media sosial dengan realitas di lapangan. Gen-Z dan Milenial perlu dilihat sebagai lebih dari sekadar angka pengangguran—mereka adalah aset yang sangat berharga bagi masa depan ASEAN.

Memastikan bahwa mereka mendapatkan dukungan dan kesempatan yang mereka butuhkan adalah langkah penting menuju masa depan yang lebih cerah bagi seluruh kawasan.

Share This Article