jlk – Pemerintah Amerika Serikat (AS) baru-baru ini mengumumkan pemberian sanksi terhadap peretas China yang diduga menargetkan infrastruktur penting negara tersebut serta bekerja untuk agen mata-mata pemerintah China.
Perusahaan Sains dan Teknologi Xiaoruizhi Ltd, yang disebut sebagai kedok Kementerian Keamanan Negara China, dituduh berfungsi sebagai kedok untuk operasi siber yang berpotensi membahayakan.
Sanksi yang diberikan mencakup penunjukan dua warga negara China, Zhao Guangzong dan Ni Gaobin, yang berhubungan dengan perusahaan Wuhan, atas operasi siber yang menargetkan sektor infrastruktur penting AS seperti pertahanan, ruang angkasa, dan energi.
Jaksa Agung AS, Merrick Garland, menyebut operasi peretasan ini sebagai bukti tujuan yang ingin dicapai pemerintah China untuk menargetkan dan mengintimidasi para pengkritiknya.
Menanggapi pengumuman ini, Menteri Luar Negeri China, Lin Jian, mengatakan bahwa masalah keamanan siber tidak boleh dipolitisasi dan semua pihak harus bekerja sama untuk menjaga perdamaian dan keamanan di dunia maya.
Inggris juga mengumumkan sanksi mereka sendiri terhadap peretas yang didukung negara China, yang disebut telah menargetkan lembaga demokrasi dan lembaga pemilu di negara tersebut.
Para pejabat Inggris mengklaim bahwa peretasan ini mungkin mendapatkan akses terhadap informasi tentang puluhan juta pemilih Inggris dan telah melakukan spionase dunia maya terhadap anggota parlemen kritis terhadap Beijing.
Dalam konteks ini, perdana menteri Inggris, Rishi Sunak, menegaskan bahwa China berperilaku semakin tegas di luar negeri dan merupakan ancaman terbesar bagi keamanan ekonomi Inggris.
Sunak menyatakan bahwa langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah bertujuan untuk melindungi kepentingan nasional.