jlk – Dalam dunia yang semakin global, tak ada satu negara pun yang bisa berdiri sendiri. Setiap kejadian di satu titik dunia, bisa berdampak ke titik lainnya, termasuk Indonesia.
Salah satu contoh nyata adalah nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terus melemah.
Penyebabnya? Meningkatnya ketegangan antara Israel dan Iran di Timur Tengah.
Rupiah dan Dolar: Sebuah Pertarungan Tak Seimbang
Pada Jumat, 19 April 2024, nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS hingga menembus Rp16.284 ribu per dolar AS. Angka ini jauh dari asumsi makro pemerintah yang berada di kisaran 82 dolar AS per barel.
Namun, apa sebenarnya yang terjadi? Mengapa rupiah terus melemah? Jawabannya terletak pada konflik yang sedang memanas di Timur Tengah.
Konflik Timur Tengah: Api yang Tak Kunjung Padam
Konflik di Timur Tengah antara Iran dan Israel sedang memanas. Iran melancarkan serangan dengan lebih dari 300 drone dan rudal ke Israel sebagai respons terhadap serangan brutal Israel di Kedutaan Besar Iran di Damaskus.
Konflik ini bukan hanya soal dua negara yang bertikai, tapi juga soal stabilitas global. Sebab, Iran merupakan salah satu produsen minyak terbesar secara global.
Pada 2023, rata-rata Iran mampu memproduksi minyak mencapai 2,99 juta barel per hari.
Dampak Domino bagi Ekonomi Indonesia
Konflik Iran dan Israel berpotensi berdampak signifikan pada ekonomi global, termasuk Indonesia.
Gangguan pasokan minyak bisa menyebabkan lonjakan harga minyak dunia. Hal ini dapat berdampak merambat pada ekonomi global, termasuk Indonesia, yang sangat bergantung pada impor minyak.
Selain itu, konflik ini juga dinilai akan mengganggu neraca perdagangan Indonesia. Jika sentimen atau perang ini berlangsung dalam periode yang tidak sebentar, maka periode harga minyak yang tinggi tentu akan terjadi.
Waspada dan Siaga
Pemerintah Indonesia harus memperkuat fundamental ekonomi. Caranya dengan meningkatkan ekspor atau devisa negara yang lebih banyak dari sektor-sektor seperti pariwisata.
Kemudian dari sisi peningkatan ekspor dari barang komoditas nonmigas. Dan yang satu lagi adalah kita harus mengurangi ketergantungan dari pihak luar.
Dengan demikian, kita bisa berharap bahwa meski badai konflik Timur Tengah mengguncang, Indonesia masih bisa berdiri teguh. Karena, seperti pepatah lama, “bersiaplah untuk hari hujan”. Dan hari ini, tampaknya, hujan sedang mengguyur kita.