Tren Baru di Korea Selatan: Wanita Lebih Memilih Karier daripada Anak

zajpreneur By zajpreneur
8 Min Read
a black and white photo of a person holding a baby's hand

jlk – Jika Anda pernah berkunjung ke Korea Selatan, Anda mungkin akan terkesan dengan berbagai hal yang ditawarkan oleh negara ini.

Mulai dari keindahan alam, kekayaan budaya, kemajuan teknologi, hingga kelezatan kuliner. Namun, ada satu hal yang mungkin tidak Anda sadari saat berada di sana: anak-anak.

Ya, anak-anak. Makhluk kecil yang biasanya menjadi sumber kebahagiaan, kegembiraan, dan harapan bagi banyak orang.

Ternyata, di Korea Selatan, anak-anak semakin jarang ditemukan. Bukan karena mereka disembunyikan atau dikurung di rumah, melainkan karena mereka semakin sedikit dilahirkan.

- Advertisement -

Menurut data statistik pemerintah, tingkat kesuburan atau jumlah rata-rata kelahiran per wanita di Korea Selatan menyusut menjadi 0,72 pada tahun 2023.

Angka ini jauh di bawah 2,1 anak yang dibutuhkan untuk mempertahankan populasi suatu negara. Jika tren ini terus berlanjut, diperkirakan populasi Korea Selatan akan berkurang setengahnya pada tahun 2100.

Lalu, mengapa wanita Korea Selatan tidak ingin punya anak? Apa yang menyebabkan mereka mengambil keputusan yang tampaknya bertentangan dengan naluri biologis dan sosial mereka? Apakah ada alasan ilmiah di balik fenomena ini?

Alasan Ekonomi

Salah satu alasan utama yang sering dikemukakan oleh wanita Korea Selatan yang memilih untuk tidak memiliki anak adalah alasan ekonomi.

Biaya hidup di Korea Selatan tergolong tinggi, terutama di kota-kota besar seperti Seoul. Menurut sebuah survei yang dilakukan oleh Korea Institute for Health and Social Affairs, biaya rata-rata untuk membesarkan seorang anak di Korea Selatan mencapai 289 juta won (sekitar Rp 3,8 miliar) hingga usia 18 tahun.

- Advertisement -

Biaya ini belum termasuk biaya pendidikan, yang juga sangat mahal di Korea Selatan. Menurut data OECD, Korea Selatan adalah negara dengan pengeluaran pendidikan tertinggi di dunia, yaitu sekitar 8,6 persen dari PDB.

Selain biaya sekolah formal, banyak orang tua Korea Selatan juga mengeluarkan uang untuk biaya les tambahan, seperti bahasa asing, musik, olahraga, dan lain-lain.

Dengan biaya hidup dan pendidikan yang tinggi, banyak wanita Korea Selatan yang merasa tidak mampu atau tidak mau mengorbankan kesejahteraan finansial mereka untuk memiliki anak.

- Advertisement -

Apalagi, jika mereka harus menghadapi persaingan yang ketat di dunia kerja, yang masih didominasi oleh laki-laki. Menurut data World Economic Forum, Korea Selatan berada di peringkat 108 dari 156 negara dalam hal kesetaraan gender.

Alasan Sosial

Share This Article