jfid – Gempa bumi bukanlah hal asing bagi Taiwan. Di negara pulau ini, getaran tanah bukanlah sekadar cerita horor yang kadang-kadang muncul di layar TV atau dalam mimpi buruk kita. Ini adalah kenyataan hidup yang harus dihadapi secara berkala.
Namun, gempa yang terjadi pada Rabu, 3 April 2024, bukanlah gempa biasa. Dengan magnitudo 7,4, gempa tersebut tak hanya mengejutkan, tapi juga meratakan puluhan bangunan di sisi timur pulau ini, merenggut sembilan nyawa dalam prosesnya.
Di tengah gemuruh tanah yang bergoyang, industri chip semikonduktor Taiwan, terutama Taiwan Semiconductor Manufacturing Co. (TSMC), merasakan dampaknya secara langsung. TSMC, yang menjadi tulang punggung produksi chip utama untuk raksasa teknologi seperti Apple Inc.
dan Nvidia Corp, terpaksa menghentikan produksi mereka. Tak hanya TSMC, tapi juga United Microelectronics Corp (UMC), harus menghentikan mesin di beberapa pabrik mereka dan bahkan mengevakuasi fasilitas di pusatnya di Hsinchu dan Tainan.
Ketika TSMC berhenti, seolah dunia teknologi terhenti sejenak. Pasokan chip semikonduktor yang menjadi fondasi dari segala perangkat canggih dari smartphone hingga kecerdasan buatan (AI), terancam terputus.
Bayangkan ini seperti skenario film fiksi ilmiah yang menjadi kenyataan. Tanpa chip, perangkat pintar kita tak lebih dari sekadar benda mati tanpa kecerdasan.
Namun, di balik kerugian yang dirasakan, kita juga dapat melihat betapa rapuhnya rantai pasokan global kita. Sebagian besar chip semikonduktor yang kita gunakan sehari-hari diproduksi dan dirakit di Taiwan.
Ketika gempa bumi mengguncang pulau itu, kita semua merasakan dampaknya, dari konsumen hingga produsen. Pabrik-pabrik semikonduktor di Taiwan, yang beroperasi dalam presisi tinggi, terancam oleh setiap getaran kecil yang dapat menghancurkan seluruh batch produk.
Namun, di tengah kekacauan dan ketidakpastian, ada sinar harapan. TSMC dan perusahaan teknologi lainnya di Taiwan segera bangkit kembali.
Meskipun proses evaluasi dampak dari gempa masih berlangsung, staf TSMC mulai kembali ke lokasi kerja mereka. Namun, perusahaan menegaskan bahwa mereka masih memeriksa dampak gempa tersebut.
Tentu saja, dampak gempa ini tidak bisa diabaikan. Proses produksi chip semikonduktor membutuhkan operasi tanpa henti selama 24 jam, minggu demi minggu.
Penghentian produksi di kawasan industri utara Taiwan berarti ada risiko kerusakan pada beberapa chip kelas atas yang sedang dalam proses produksi.
Ini bukanlah situasi yang diinginkan oleh siapa pun, terutama dalam dunia teknologi yang terus bergerak maju.
Namun, gempa bumi ini juga memberi kita pelajaran penting. Taiwan, dengan semua kekurangannya, tetap menjadi sumber utama chip semikonduktor untuk aplikasi canggih kita. Tetapi, kebergantungan pada satu titik pusat produksi membawa risiko besar.
Para eksekutif industri dan pejabat pemerintah telah lama menyuarakan bahaya pemusatan produksi semikonduktor di Taiwan. Negara ini tidak hanya rentan terhadap bencana alam, tetapi juga menjadi pusat ketegangan geopolitik.
Mungkin saatnya bagi kita untuk mempertimbangkan kembali strategi rantai pasokan global kita. Mungkin saatnya untuk merencanakan diversifikasi produksi, untuk mengurangi risiko kerusakan yang ditimbulkan oleh bencana alam atau ketegangan politik.
Sebuah pelajaran berharga yang terungkap dalam gemuruh getaran tanah Taiwan, bahwa ketika kita bergantung terlalu banyak pada satu sumber, kita rentan terhadap setiap goncangan yang datang.