jlk – Teknologi kecerdasan buatan (AI) kini menjadi sosok yang semakin mendominasi berbagai sektor kehidupan.
Sementara kemajuan ini membawa inovasi, kekhawatiran pun muncul terutama terkait dampak negatifnya pada dunia pekerjaan.
Goldman Sachs mencatat bahwa AI berpotensi mempengaruhi 300 juta pekerjaan di seluruh dunia, sementara McKinsey memperkirakan lebih dari 12 juta pekerjaan di Amerika Serikat akan tergantikan pada tahun 2030.
Tantangan besar muncul ketika kita bertanya, profesi mana yang paling rentan dan mungkin digantikan oleh kehadiran AI?
Sebuah wawancara dengan pakar oleh Business Insider memberikan gambaran yang jelas, mengungkap 10 profesi yang berada di garis depan risiko penggantian oleh AI.
- Pekerja Media:
Dari iklan hingga jurnalis, pekerjaan yang menangani informasi dalam jumlah besar mungkin tergantikan oleh kemampuan AI dalam membaca, menulis, dan memahami data berbasis teks. Beberapa media seperti CNET dan BuzzFeed sudah mulai menggunakan konten buatan AI sebagai eksperimen. - Pekerja Teknologi:
Profesi seperti programmer, software engineer, data analyst, dan koder, yang saat ini tengah populer, dapat menjadi target AI. ChatGPT dan berbagai tool AI lainnya telah terbukti sangat efisien dalam mengelola dan menganalisis data. Mark Muro dari Brookings Institute bahkan menyatakan bahwa pekerjaan yang sekarang memerlukan tim developer mungkin hanya akan memerlukan satu orang saja di masa depan. - Guru:
Kehadiran ChatGPT mengundang kekhawatiran di kalangan guru, yang merasa bahwa teknologi ini dapat dimanfaatkan oleh murid untuk menyontek. Namun, Pengcheng Shi dari Rochester Institute of Technology berpendapat bahwa guru seharusnya lebih fokus pada pemikiran kreatif mereka, sementara ChatGPT dapat membantu dalam proses pengajaran. - Market Research Analyst:
Analis riset pasar juga tidak luput dari ancaman AI. Keunggulan AI dalam menganalisis data dan meramalkan hasil di masa depan membuat pekerjaan ini berada di ambang ketidakpastian. - Pekerja Legal:
Paralegal dan asisten legal yang terlibat dalam analisis data untuk menghasilkan opini hukum juga berada di bawah ancaman. Laporan dari Goldman Sachs menyebutkan bahwa pekerja legal di AS dapat terkena dampak signifikan dari penerapan AI. - Pekerjaan Keuangan:
Analis keuangan dan penasihat keuangan pribadi mungkin melihat perubahan besar dengan kemunculan AI. Kemampuan AI dalam mengidentifikasi tren di pasar dan memberikan analisis menyeluruh dapat merubah dinamika pekerjaan keuangan. - Graphic Designer:
DALL-E, sebuah tool AI pengolah gambar, memiliki potensi untuk mengubah industri desain grafis. Meskipun tidak hanya soal otomatisasi, dampak demokratisasi dan kompetisi dapat memengaruhi tingkat penghasilan dalam sektor ini. - Trader:
Industri Wall Street, mulai dari trading hingga bank investasi, dapat mengalami otomatisasi pekerjaan yang sebelumnya dilakukan oleh pekerja manusia. ChatGPT diyakini dapat menggantikan beberapa pekerjaan yang biasanya dipegang oleh tenaga kerja berpengalaman. - Akuntan:
Profesi yang selama ini dianggap stabil, yaitu akuntan, juga terancam oleh AI. Kemampuan AI dalam melakukan analisis data dapat membuat beberapa fungsi pekerjaan intelektual, termasuk akuntan, menjadi sasaran utama. - Customer Service:
Trend penggunaan chatbot dan teknologi canggih dalam layanan pelanggan terus berkembang. Gartner bahkan memprediksi bahwa chatbot akan menjadi saluran utama customer service di 25% perusahaan pada tahun 2027.
Dalam menghadapi era AI, manusia diharapkan untuk beradaptasi dan mengembangkan keterampilan yang tidak dapat digantikan oleh teknologi.
Meskipun beberapa profesi mungkin terancam, perubahan ini juga membuka peluang baru dan mengajak kita untuk merenung tentang evolusi dunia kerja yang tak terhindarkan.