jlk – Emas, logam mulia yang selalu menarik perhatian para investor, kembali menguat dalam beberapa hari terakhir.
Setelah sempat menyentuh level terendah tiga minggu di sekitar $1.973 per troy ounce, harga emas spot (XAU/USD) berhasil pulih dan mencatat kenaikan untuk hari kedua berturut-turut pada hari Kamis, 22 Februari 2024.
Apa yang mendorong kenaikan harga emas? Salah satu faktor utama adalah sikap dovish atau longgar dari Federal Reserve, bank sentral Amerika Serikat.
Dalam risalah rapat kebijakan moneter terakhirnya yang dirilis pada hari Rabu.
Fed menegaskan bahwa akan mempertahankan suku bunga acuan mendekati nol dan program pembelian aset senilai $120 miliar per bulan hingga perekonomian AS pulih dari dampak pandemi Covid-19.
Sikap Fed ini menekan nilai dolar AS, yang bergerak berlawanan arah dengan harga emas.
Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap sekeranjang mata uang utama, turun 0,3% pada hari Kamis dan berada di bawah level 90.
Dolar AS juga melemah terhadap rupiah, yang menguat 0,2% menjadi Rp 14.050 per dolar AS.
Selain itu, harga emas juga mendapat dukungan dari sentimen risiko yang menurun di pasar saham global.
Indeks Dow Jones Industrial Average dan S&P 500 di Wall Street ditutup melemah pada hari Rabu, sementara indeks Nikkei 225 di Tokyo dan Hang Seng di Hong Kong juga berakhir di zona merah pada hari Kamis.
Ketidakpastian mengenai pemulihan ekonomi global, penyebaran varian baru virus corona, dan ketegangan geopolitik antara AS dan China menjadi beberapa faktor yang memicu aksi jual di pasar saham.
Dengan kondisi seperti ini, emas menjadi salah satu aset yang dicari para investor sebagai perlindungan nilai atau safe haven.
Emas juga dianggap sebagai hedge atau lindung nilai terhadap inflasi, yang dikhawatirkan akan meningkat akibat stimulus fiskal dan moneter yang besar-besaran.
Namun, apakah kenaikan harga emas akan berlanjut?
Dari sisi teknikal, harga emas masih menghadapi resistensi kuat di sekitar area $2.032, di mana terdapat garis tren menurun yang ditarik dari level tertinggi tahun lalu dan rata-rata pergerakan sederhana (SMA) 50-hari.
Jika harga emas berhasil menembus resistensi ini, maka potensi kenaikan lebih lanjut ke arah $2.065 akan terbuka.
Sebaliknya, jika harga emas gagal menembus resistensi ini dan berbalik turun, maka support terdekat berada di level $2.005, diikuti oleh $1.990.
Jika harga emas terus melemah dan menembus support ini, maka kemungkinan akan kembali ke level $1.975, di mana terdapat SMA 200-hari.
Secara fundamental, harga emas juga akan dipengaruhi oleh data ekonomi yang akan dirilis dalam beberapa hari ke depan, terutama data inflasi AS yang dijadwalkan keluar pada hari Selasa, 27 Februari 2024.
Data ini akan memberikan petunjuk mengenai tekanan harga di AS dan ekspektasi pasar terhadap kebijakan Fed.
Jika data inflasi AS lebih tinggi dari perkiraan, maka dolar AS bisa menguat dan menekan harga emas.
Sebaliknya, jika data inflasi AS lebih rendah dari perkiraan, maka dolar AS bisa melemah dan mendukung harga emas.
Demikianlah artikel yang saya tulis tentang harga emas. Semoga bermanfaat dan informatif. Terima kasih telah membaca.