jlk – Di suatu tempat yang jauh di Afghanistan, ada sebuah generasi yang hilang dalam labirin waktu sebuah generasi anak perempuan yang dilarang bersekolah.
Mereka adalah para pemimpi yang terjebak dalam mimpi buruk yang tak kunjung usai, di mana buku-buku pelajaran digantikan dengan kunci-kunci yang menggembok pintu pengetahuan.
Mari kita mulai dengan kisah Zainab, seorang gadis 13 tahun yang cerdas dan berbakat. Setiap pagi, dia bangun untuk salat subuh dan bersiap-siap untuk sekolah yang tak akan pernah dia datangi lagi.
Omelet paginya kini hanya menjadi pengingat pahit akan hari-hari ketika dia masih bisa belajar dan bermimpi.
Pilihan yang tersisa bagi Zainab dan teman-temannya adalah madrasah, yang sayangnya tidak menyediakan pendidikan akademik yang menyeluruh.
Ayah Zainab, Shaheer, dengan tegas menyatakan bahwa madrasah bukanlah pengganti sekolah yang layak. “Mereka hanya mengajarkan tentang agama,” ujarnya.
Taliban, yang kembali berkuasa pada Agustus 2021, sempat berjanji akan memperbolehkan perempuan bersekolah dan bekerja. Namun, janji itu segera terbukti kosong.
Sekarang, perempuan tidak boleh meninggalkan rumah tanpa pendamping laki-laki atau pergi ke taman umum sebuah langkah mundur yang signifikan bagi hak-hak perempuan
Meski terbatas, Zainab dan teman-temannya tetap mencari cara untuk belajar dan berkembang. Zainab, yang suka menggambar, menyalurkan kekecewaannya melalui seni. Gambar-gambarnya, yang dulunya suram, kini menggambarkan hal-hal indah dan masa depan yang lebih cerah.
Zainab memiliki pesan untuk dunia: “Bantu anak-anak perempuan Afghanistan mendapatkan kembali hak mereka.”Anak-anak ini berbakat dan hanya membutuhkan kesempatan untuk membuktikannya.