Apakah Kita Benar-Benar Bebas?

rasyiqi By rasyiqi - Writer, Digital Marketer
3 Min Read
woman spreading hair at during sunset

jlk – Kau dan aku, kita semua, berada di tengah-tengah pertarungan filosofis yang tak berujung. Pertarungan antara determinisme dan kebebasan. Sebuah perdebatan yang telah menarik minat filosofis selama berabad-abad¹.

Determinisme, pandangan filosofis yang menyatakan bahwa segala peristiwa dan tindakan dalam alam semesta ditentukan oleh kondisi dan sebab-akibat yang ada sebelumnya.

Ada dua jenis determinisme, determinisme keras dan determinisme lunak. Determinisme keras berpendapat bahwa nasib manusia sepenuhnya ditentukan oleh faktor-faktor tak terelakkan, seperti lingkungan, genetika, dan hukum-hukum alam.

Sementara determinisme lunak, juga dikenal sebagai kompatibilisme, berpendapat bahwa meskipun ada faktor-faktor yang menentukan, manusia masih memiliki kebebasan yang cukup untuk bertindak sesuai dengan keinginan dan tujuan mereka.

- Advertisement -

Di sisi lain, ada kebebasan. Perspektif kebebasan berpendapat bahwa manusia memiliki kebebasan untuk memilih dan bertindak tanpa dibatasi oleh faktor-faktor deterministik¹. Ada dua jenis kebebasan, kebebasan absolut dan kebebasan terbatas.

Kebebasan absolut adalah pandangan bahwa manusia memiliki kebebasan mutlak untuk bertindak sesuai keinginan mereka, tanpa adanya pembatasan atau determinisme apa pun.

Sementara kebebasan terbatas mengakui bahwa ada pembatasan dan keterbatasan dalam kebebasan manusia, seperti tanggung jawab moral dan norma-norma sosial¹.

Namun, apakah kita benar-benar bebas?

Jangan-jangan kita hanyalah boneka yang ditarik oleh tali-tali takdir dan kita benar-benar memiliki kebebasan untuk memilih, ataukah pilihan kita hanyalah ilusi yang diciptakan oleh otak kita.

- Advertisement -

Mungkinkah kita benar-benar memiliki kebebasan untuk bertindak, ataukah tindakan kita hanyalah hasil dari rangkaian sebab-akibat yang tak terhindarkan.

Pertanyaan-pertanyaan ini telah menjadi bahan perdebatan selama berabad-abad, dan belum ada jawaban yang pasti. Perdebatan ini telah mendorong kita untuk merenungkan tentang sifat manusia, tanggung jawab moral, dan hubungan antara tindakan manusia dengan kondisi-kondisi yang menentukan.

Jadi, apakah kita benar-benar bebas? Jawabannya mungkin tergantung pada bagaimana kita mendefinisikan “kebebasan”. Jika kebebasan diartikan sebagai kemampuan untuk bertindak tanpa adanya pembatasan atau determinisme, maka mungkin kita bisa dikatakan bebas.

- Advertisement -

Namun, jika kebebasan diartikan sebagai kemampuan untuk bertindak tanpa adanya sebab-akibat, maka mungkin kita tidak benar-benar bebas.

Namun, satu hal yang pasti, perdebatan ini akan terus berlanjut. Karena, seperti yang dikatakan oleh filsuf Prancis Jean-Paul Sartre, “Kita selalu bebas untuk memilih, tetapi kita tidak bisa melarikan diri dari tanggung jawab atas pilihan kita.”

Dan di sinilah kita berada, di tengah-tengah perdebatan yang tak berujung, mencoba untuk memahami arti kebebasan dan determinisme. Dan mungkin, hanya mungkin, jawabannya ada di dalam diri kita sendiri. Karena, seperti yang dikatakan oleh filsuf Yunani kuno Socrates, “Orang bijak adalah orang yang tahu bahwa dia tidak tahu.”

Jadi, apakah kita benar-benar bebas? Mungkin jawabannya ada di dalam diri kita sendiri. Dan mungkin, hanya mungkin, jawabannya adalah… kita tidak pernah benar-benar bebas.

Share This Article