jlk – Basuluak, sebuah tradisi yang telah berlangsung ratusan tahun di Sumatra Barat, adalah ritual mengasingkan diri selama bulan Ramadan. Tradisi ini dilakukan oleh sebagian masyarakat di Sumatra Barat, terutama oleh jemaah tarekat Naqsabandiyah.
Di sebuah surau di Kota Padang, sejumlah perempuan lansia tampak berzikir di dalam sebuah ruangan yang disekat menggunakan kain.
Mereka tengah melaksanakan tradisi ‘mengasingkan diri’ yang dikenal dengan sebutan basuluak. “Anak muda sekarang mereka sibuk berjoget saja,” tukas Bayar, salah seorang peserta basuluak.
Basuluak adalah sebuah proses spiritual yang dilakukan selama 40 hari, dimulai sebelum puasa pertama. Selama bulan puasa, para peserta basuluak mengasingkan diri di surau, menghabiskan waktu mereka untuk berzikir dan bertaaruf.
Bayar, seorang peserta basuluak berusia 70 tahun, merasakan banyak manfaat selama mengikuti tradisi tersebut, terutama karena dia bisa melakukan seluruh ibadah selama satu bulan penuh.
Namun, tradisi ini tampaknya mulai memudar. Sejumlah surau di Sumatra Barat kini tak lagi melaksanakan tradisi ini, dan tak banyak generasi muda yang tertarik untuk melestarikan basuluak.
Ghost Mode: Transformasi Diri Menuju Self-Improvement
Ghost Mode, di sisi lain, adalah sebuah konsep modern dalam self-improvement. Ini adalah proses sederhana berupa enam langkah untuk masuk ke mode ‘hantu’ dan fokus pada diri sendiri untuk peningkatan diri yang cepat.
Ghost Mode bukanlah tentang mengasingkan diri secara fisik seperti Basuluak, tetapi lebih kepada mengasingkan diri dari distraksi dan hiruk pikuk kehidupan sehari-hari. Tujuannya adalah untuk mencapai tujuan pribadi dan profesional dengan lebih efektif.
Ghost Mode dan Basuluak, meski berbeda dalam banyak hal, keduanya menekankan pentingnya fokus dan dedikasi dalam mencapai tujuan. Baik itu tujuan spiritual dalam Basuluak, atau tujuan pribadi dan profesional dalam Ghost Mode, keduanya memerlukan komitmen, disiplin, dan pengorbanan.
Kesimpulan
Baik Basuluak maupun Ghost Mode, keduanya menawarkan cara unik untuk fokus dan mencapai tujuan. Meski berbeda dalam pendekatan dan konteks, keduanya memiliki tujuan yang sama: transformasi diri. Mungkin, ada pelajaran yang bisa kita ambil dari kedua tradisi ini.
Mungkin, kita bisa menggabungkan kedua pendekatan ini untuk menciptakan cara baru dalam self-improvement. Mungkin, inilah saatnya kita memasuki mode ‘Basuluak Ghost’.