Kisanak, Ada pepatah yang mengatakan, “Uang adalah akar dari segala kejahatan”. Pepatah ini mungkin tidak sepenuhnya salah, mengingat banyaknya konflik, kejahatan, dan ketidakadilan yang terjadi karena uang.
Uang bisa membuat orang menjadi rakus, korup, egois, dan lupa diri. Uang bisa memecah belah persaudaraan, persahabatan, dan persatuan. Uang bisa menimbulkan ketimpangan, kemiskinan, dan kesengsaraan.
Namun, apakah uang sendiri yang bersalah? Ataukah manusia yang salah menggunakannya? Uang hanyalah alat, bukan tujuan. Uang hanyalah kertas, bukan dewa. Uang hanyalah simbol, bukan substansi.
Uang seharusnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan, bukan keinginan. Uang seharusnya digunakan untuk berbagi, bukan menimbun. Uang seharusnya digunakan untuk membangun, bukan menghancurkan.
Sayangnya, banyak manusia yang lupa akan fungsi dan makna uang yang sebenarnya. Mereka menjadikan uang sebagai tujuan hidup, bukan sarana hidup. Mereka menjadikan uang sebagai dewa, bukan kertas.
Mereka menjadikan uang sebagai substansi, bukan simbol. Mereka menggunakan uang untuk memenuhi keinginan, bukan kebutuhan. Mereka menggunakan uang untuk menimbun, bukan berbagi. Mereka menggunakan uang untuk menghancurkan, bukan membangun.
Akibatnya, dunia pun menjadi kacau balau. Nilai tukar mata uang dunia menjadi tidak stabil, terpengaruh oleh berbagai faktor global. Inflasi meningkat tajam, menyebabkan harga barang dan jasa melambung tinggi.
Krisis ekonomi mengancam, menyebabkan resesi dan depresi. Geopolitik menjadi panas, menyebabkan perang dan konflik. Deglobalisasi menjadi kenyataan, menyebabkan isolasi dan proteksionisme.
Apakah ini yang kita inginkan? Apakah ini yang kita harapkan? Apakah ini yang kita impikan? Tentu tidak. Kita semua menginginkan dunia yang damai, sejahtera, dan harmonis.
Kita semua mengharapkan dunia yang adil, makmur, dan berdaya saing. Kita semua mengimpikan dunia yang indah, bahagia, dan berkelanjutan.
Seperti kata Bob Marley, “Uang tidak bisa membeli kehidupan”. Uang hanya bisa membeli barang, bukan jiwa.
Uang hanya bisa membeli kesenangan, bukan kebahagiaan. Uang hanya bisa membeli kekuasaan, bukan kebebasan. Uang hanya bisa membeli prestise, bukan martabat. Uang hanya bisa membeli kehancuran, bukan kehidupan. Demikian Kisanak…!!