Menurut data yang dikumpulkan oleh BBC, lebih dari 30 negara telah memberikan bantuan militer ke Ukraina, termasuk €1 miliar (Rp15,6 triliun) dari UE dan US$1,7 miliar (Rp26,58 triliun) dari AS.
Pasokan sejauh ini terbatas pada senjata, amunisi, dan peralatan pertahanan seperti sistem rudal anti-tank dan anti-pesawat.
Pasokan itu termasuk Javelin, yang merupakan senjata anti-tank yang digunakan di bahu yang menembakkan roket pencari panas;
Stinger, yang merupakan senjata antipesawat portabel yang dulu banyak digunakan di Afghanistan melawan pesawat Uni Soviet; dan Starstreak, sistem pertahanan udara portabel buatan Inggris.
Selain itu, Barat juga memberikan bantuan non-militer seperti bahan bakar, makanan, obat-obatan, perlengkapan medis, dan perlindungan tubuh.
Barat juga memberikan dukungan politik dan diplomatik kepada Ukraina, seperti memberikan sanksi ekonomi kepada Rusia, mengutuk agresi Rusia, dan menegaskan komitmen untuk menjaga kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina.
Namun, Ukraina menginginkan lebih dari itu. Ukraina juga menginginkan peralatan militer ofensif yang lebih berat seperti tank, pesawat tempur, pesawat tanpa awak, dan sistem pertahanan udara rudal canggih untuk menghadapi meningkatnya serangan udara dan rudal jarak jauh Rusia yang menargetkan cadangan bahan bakar strategis Ukraina serta logistik penting lainnya.
Ukraina juga menginginkan bantuan militer yang lebih besar dan lebih cepat dari Barat, mengingat bahwa Rusia memiliki keunggulan jumlah dan kualitas pasukan, persenjataan, dan amunisi.