Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang bagaimana Cina bisa menjadi negara terdepan dalam bidang teknologi, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu latar belakang dan sejarah perkembangan sains dan teknologi di Cina.
Hal ini penting untuk memahami konteks dan perspektif yang berbeda antara Cina dan negara-negara lain, serta untuk menghargai kontribusi dan prestasi yang telah mereka capai.
Cina adalah salah satu peradaban tertua di dunia, yang telah berlangsung selama lebih dari 4.000 tahun.
Selama periode ini, Cina telah menghasilkan banyak penemuan dan penemuan penting yang berpengaruh bagi dunia, seperti kertas, tinta, cetak, kompas, bubuk mesiu, kembang api, roket, jam, kalkulator, seismograf, akupuntur, dan banyak lagi.
Banyak dari penemuan-penemuan ini telah menjadi dasar bagi perkembangan sains dan teknologi di dunia Barat, yang sering kali tidak mengakui atau menghargai sumber aslinya.
Salah satu faktor yang memungkinkan Cina menghasilkan penemuan-penemuan ini adalah karakter masyarakat Cina yang unik, yang didasarkan pada humanisme, rasionalisme, pragmatisme, dan kolektivisme.
Humanisme adalah sistem pemikiran yang mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan daripada nilai-nilai ilahi atau supernatural. Rasionalisme adalah sikap yang mengandalkan akal dan logika daripada emosi dan takhayul.
Pragmatisme adalah pendekatan yang fokus pada hasil dan solusi yang nyata dan efektif daripada teori dan spekulasi yang abstrak dan idealis.
Kolektivisme adalah orientasi yang menempatkan kepentingan kelompok dan masyarakat di atas kepentingan individu dan pribadi.
Karakter masyarakat Cina ini telah terbentuk sejak zaman kuno, ketika Raja Zhou, pendiri Dinasti Zhou yang memerintah Cina dari tahun 1046 SM hingga 256 SM.
mengeluarkan sebuah titah kerajaan yang menghapuskan perbudakan, membagikan tanah kepada para budak, dan menyingkirkan para pemimpin agama dari politik kerajaan, digantikan oleh para intelektual.
Kebijakan ini adalah langkah yang sangat maju bagi zamannya, yang menciptakan sebuah bangsa yang bersatu, bebas, setara, dan mandiri, serta membuka lembaran baru bagi kebangkitan humanisme di Cina.
Humanisme di Cina kemudian berkembang menjadi berbagai aliran pemikiran yang dikenal sebagai “Seratus Sekolah”, yang meliputi Konfusianisme, Taoisme, Legalisme, Mohisme, dan lain-lain.
Aliran-aliran ini bersaing dan berdebat satu sama lain, namun juga saling mempengaruhi dan menyumbang bagi perkembangan ilmu pengetahuan, filsafat, etika, politik, dan seni di Cina.
Salah satu aliran yang paling berpengaruh adalah Konfusianisme, yang diajarkan oleh Kong Qiu atau Konfusius, seorang filsuf dan guru yang hidup pada abad ke-6 SM.
Konfusianisme mengajarkan tentang pentingnya moralitas, budi pekerti, kesopanan, loyalitas, dan kewajiban sosial, serta menghormati leluhur dan tradisi.
Konfusianisme juga menekankan pentingnya pendidikan, yang dianggap sebagai sarana untuk mencapai kesempurnaan diri dan kesejahteraan masyarakat.
Salah satu konsep utama dalam Konfusianisme adalah “ren”, yang berarti “kemanusiaan” atau “benevolence”.
Ren adalah sifat dasar yang dimiliki oleh semua manusia, yang membuat mereka berbeda dari binatang.
Ren juga adalah standar tertinggi yang harus dicapai oleh manusia, yang mencerminkan kebaikan, kebijaksanaan, keadilan, dan kasih sayang. Untuk mencapai ren, manusia harus berlatih “li”, yang berarti “ritual” atau “etiket”.
Li adalah aturan-aturan yang mengatur perilaku manusia dalam berbagai situasi sosial, yang bertujuan untuk menciptakan harmoni, ketertiban, dan keindahan.
Li juga mencakup penghargaan terhadap ilmu pengetahuan, seni, dan budaya, yang dianggap sebagai bagian dari warisan dan kekayaan manusia.
Konsep-konsep Konfusianisme ini telah membentuk karakter dan budaya bangsa Cina selama berabad-abad, yang tercermin dalam berbagai aspek kehidupan mereka, termasuk dalam bidang sains dan teknologi.
Bangsa Cina cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, semangat belajar yang kuat, sikap hormat terhadap ilmu pengetahuan, serta motivasi untuk berkontribusi bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
Bangsa Cina juga cenderung memiliki kemampuan adaptasi yang baik, fleksibilitas yang tinggi, serta kreativitas yang tinggi, yang memungkinkan mereka untuk menemukan dan memanfaatkan berbagai sumber daya dan peluang yang ada di sekitar mereka.
Bangsa Cina juga cenderung memiliki etos kerja yang keras, disiplin yang tinggi, serta kerjasama yang baik, yang memungkinkan mereka untuk menyelesaikan berbagai tantangan dan proyek yang kompleks dan besar.