Anda mungkin pernah melihat orang-orang kaya yang berpenampilan sederhana, bahkan cenderung polos.
Mereka tidak menunjukkan merek atau logo barang-barang yang mereka pakai, baik itu pakaian, tas, sepatu, atau aksesori.
Mereka tidak membutuhkan anggapan “wah” dari orang lain, karena mereka bisa menunjukkan kesuksesan mereka dengan pencapaian lain.
Mereka juga tidak ingin terlihat norak atau tidak etis di tengah krisis ekonomi yang dialami banyak orang. Mereka lebih memilih low profile, tapi tetap berkelas.
Fenomena ini disebut sebagai quiet luxury fashion, yaitu gaya berbusana yang menyembunyikan kemewahan di balik kesederhanaan.
Ini adalah tren yang berkembang di kalangan high class (kalangan atas atau orang kaya), yang berbeda dengan middle class (kalangan menengah) yang berlomba-lomba mengenakan barang mewah.
Quiet luxury fashion menunjukkan bahwa orang kaya tidak perlu dianggap kaya dari barang yang digunakan, melainkan dari kualitas dan nilai yang ada di dalamnya.
Mengapa Baju Mahal Cenderung Polos?
Ada beberapa alasan mengapa baju mahal cenderung polos, antara lain:
Efektivitas waktu dan penyederhanan pengambilan keputusan
Orang-orang kaya biasanya memiliki banyak kesibukan dan tanggung jawab, sehingga mereka tidak ingin membuang-buang waktu untuk memilih pakaian yang akan mereka kenakan.
Mereka lebih suka menggunakan pakaian yang sederhana, polos, dan seragam, agar tidak perlu berpikir terlalu banyak.
Contohnya adalah Mark Zuckerberg, pendiri Facebook, yang hampir selalu mengenakan kaos abu-abu polos di berbagai acara.
Ia mengatakan bahwa ia memilih mengenakan kaos abu-abu polos karena mempertimbangkan efektivitas waktu saat memilih pakaian
Mengutamakan kualitas dan kenyamanan
Orang-orang kaya tidak sembarangan dalam memilih pakaian yang akan mereka kenakan. Mereka lebih memperhatikan kualitas dan kenyamanan dari pakaian tersebut, daripada sekedar merek atau logo.
Mereka juga tidak mudah terpengaruh oleh tren fesyen yang berubah-ubah, melainkan lebih memilih gaya yang timeless dan elegan.
Meskipun terlihat sederhana dan polos, pakaian yang mereka kenakan biasanya memiliki kualitas yang bagus, bahan yang nyaman, dan potongan yang pas.
Contohnya adalah Elon Musk, pendiri Tesla dan SpaceX, yang sering menggunakan blazer yang sama di berbagai acara. Blazer tersebut ternyata buatan Alexander McQueen, seharga US$ 828 atau Rp 11,95 juta.
Menjaga privasi dan keamanan
Orang-orang kaya juga memiliki pertimbangan lain dalam berbusana, yaitu menjaga privasi dan keamanan mereka.
Mereka tidak ingin menarik perhatian yang tidak diinginkan, seperti pencuri, perampok, penculik, atau paparazzi.
Mereka juga tidak ingin menimbulkan iri atau dengki dari orang lain, yang bisa berujung pada permusuhan atau konflik.
Mereka lebih suka berbusana sederhana dan polos, agar tidak terlihat mencolok atau menyombongkan diri.
Contohnya adalah Kate Middleton, istri dari Pangeran William, yang sering memakaikan busana yang sama berkali-kali pada anak-anaknya, George dan Charlotte.
Ia melakukannya untuk melindungi anak-anaknya dari perhatian media, dan menghindari kemungkinan gila belanja bagi masyarakat.
Bagaimana Baju Mahal Tetap Terlihat Berkelas?
Meskipun baju mahal cenderung polos, bukan berarti mereka tidak terlihat berkelas. Ada beberapa cara yang dilakukan oleh orang-orang kaya untuk tetap terlihat berkelas, antara lain:
Memilih merek-merek ternama yang tidak menonjolkan logo
Orang-orang kaya tetap menggunakan merek-merek ternama untuk pakaian mereka, tapi mereka memilih yang tidak menonjolkan logo atau corak.
Mereka lebih suka merek-merek yang low key, tapi tetap memiliki kualitas dan prestise yang tinggi. Contohnya adalah Brunello Cucinelli, merek asal Italia yang dikenal sebagai “raja kasir”.
Kaos abu-abu polos yang sering dipakai Mark Zuckerberg ternyata merupakan rancangan Brunello Cucinelli, yang dibanderol US$ 295 atau sekitar Rp 4,2 juta.
Merek ini juga digemari oleh banyak tokoh terkenal, seperti Jeff Bezos, Barack Obama, dan Oprah Winfrey.
Memadukan pakaian dengan aksesori yang tepat
Orang-orang kaya juga pandai dalam memadukan pakaian mereka dengan aksesori yang tepat, agar tidak terlihat monoton atau membosankan. Mereka menggunakan aksesori yang sesuai dengan gaya, warna, dan kesempatan yang mereka hadapi.
Mereka juga tidak berlebihan dalam menggunakan aksesori, melainkan cukup yang menambah kesan elegan dan profesional.
Contohnya adalah Warren Buffet, investor dan filantropis terkaya di dunia, yang sering mengenakan dasi bergaris atau bercorak sederhana, yang cocok dengan kemeja putih Polos nya.
Menampilkan sikap dan perilaku yang berkelas
Orang-orang kaya juga menyadari bahwa berbusana bukanlah satu-satunya cara untuk terlihat berkelas.
Mereka juga menampilkan sikap dan perilaku yang berkelas, yang mencerminkan kepribadian dan karakter mereka.
Mereka bersikap sopan, ramah, rendah hati, dan bijaksana dalam berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang lain. Mereka juga berprestasi, berkontribusi, dan bermanfaat bagi masyarakat.
Mereka tidak hanya kaya secara materi, tapi juga secara rohani. Contohnya adalah Bill Gates, pendiri Microsoft dan filantropis terbesar di dunia, yang sering mengenakan kemeja polos dan sweater, tapi memiliki sikap dan perilaku yang berkelas.
Kesimpulan
Baju mahal cenderung polos adalah fenomena quiet luxury fashion, yaitu gaya berbusana yang menyembunyikan kemewahan di balik kesederhanaan.
Ini adalah tren yang berkembang di kalangan high class, yang berbeda dengan middle class yang berlomba-lomba mengenakan barang mewah.
Alasan mengapa baju mahal cenderung polos antara lain adalah efektivitas waktu dan penyederhanan pengambilan keputusan, mengutamakan kualitas dan kenyamanan, serta menjaga privasi dan keamanan.
Cara agar baju mahal tetap terlihat berkelas antara lain adalah memilih merek-merek ternama yang tidak menonjolkan logo, memadukan pakaian dengan aksesori yang tepat, serta menampilkan sikap dan perilaku yang berkelas.
Dengan demikian, baju mahal cenderung polos bukan berarti tidak berkelas, melainkan justru menunjukkan kelas yang sebenarnya.