Baterai LFP dan NMC memiliki perbedaan dalam hal performa, ukuran, berat, harga, masa pakai, dan keamanan.
Berikut adalah perbandingan antara kedua jenis baterai tersebut:
- Performa: Baterai NMC memiliki kapasitas energi yang lebih tinggi daripada baterai LFP, sehingga dapat mencapai jarak tempuh yang lebih jauh. Baterai NMC juga dapat bekerja dengan baik pada kondisi musim dingin, sedangkan baterai LFP kurang optimal pada suhu rendah¹. Namun, baterai LFP memiliki keunggulan dalam hal fast charging, karena dapat diisi ulang lebih cepat dan lebih sering daripada baterai NMC.
- Ukuran dan berat: Baterai LFP lebih besar dan lebih berat daripada baterai NMC, karena memiliki densitas energi yang lebih rendah. Baterai LFP hanya menghasilkan listrik 125 watt hour per kg, sedangkan baterai NMC menghasilkan 300 watt hour per kg. Hal ini berpengaruh pada desain dan bobot mobil listrik yang menggunakan baterai LFP.
- Harga: Baterai LFP lebih murah daripada baterai NMC, karena bahan bakunya lebih melimpah dan lebih mudah didaur ulang. Rata-rata, harga baterai LFP berkisar USD70-80 per KWH, atau lebih murah 20 – 30 persen dari harga baterai NMC yang rata-rata USD90 – 100 per KWH.
- Masa pakai: Baterai LFP lebih tahan lama daripada baterai NMC, karena dapat diisi ulang hingga 3000 kali siklus pengisian, dibandingkan baterai NMC yang hanya 1000 – 2000 kali. Baterai LFP juga lebih stabil dan tidak mudah mengalami degradasi kapasitas seiring waktu.
- Keamanan: Baterai LFP lebih aman daripada baterai NMC, karena tidak mudah terbakar bila mengalami kebocoran, benturan, atau panas berlebih. Baterai LFP memiliki suhu sewa sulut yang mencapai 270 derajat celcius, sedangkan baterai NMC hanya 150 derajat celcius. Baterai LFP juga tidak mengandung kobalt, yang merupakan logam beracun dan berbahaya bagi lingkungan.
Pilihan Baterai untuk Mobil Listrik
Pemilihan baterai untuk mobil listrik tergantung pada kebutuhan dan preferensi konsumen, serta strategi dan inovasi produsen.
Beberapa produsen mobil listrik, seperti Tesla, BYD, dan Volkswagen, telah menggunakan baterai LFP untuk model tertentu, terutama yang ditujukan untuk pasar China, yang merupakan pasar mobil listrik terbesar di dunia.
Menurut Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, Tesla masih menggunakan baterai NMC untuk produk yang standar tinggi, sedangkan baterai LFP hanya untuk produk yang standar menengah.
Bahlil juga menegaskan bahwa industri nikel Indonesia tetap kompetitif meski persaingan baterai dengan lithium dari China semakin kuat.
Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian Taufiek Bawazier mengatakan bahwa pemerintah akan mendukung pengembangan baterai mobil listrik yang sesuai dengan kondisi geografis dan iklim Indonesia.
Taufiek menambahkan bahwa baterai LFP lebih cocok untuk Indonesia, karena lebih tahan panas dan lebih mudah didaur ulang.
Namun, tidak semua ahli setuju dengan pendapat Taufiek. Menurut Prof. Dr. Ir. Khairurrijal, M.Sc., pakar baterai dari Institut Teknologi Bandung (ITB), baterai NMC lebih unggul dalam hal kepadatan energi, sehingga dapat memberikan jarak tempuh yang lebih jauh dan kecepatan yang lebih tinggi.
Khairurrijal juga mengatakan bahwa baterai NMC lebih cocok untuk aplikasi seperti kendaraan listrik dan elektronik konsumen, sedangkan baterai LFP lebih ideal untuk aplikasi yang mengutamakan daya tahan dan umur panjang.
Kesimpulan
Baterai LFP dan NMC memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga tidak ada yang bisa dikatakan lebih unggul secara mutlak.
Pemilihan baterai untuk mobil listrik harus disesuaikan dengan faktor-faktor seperti performa, ukuran, berat, harga, masa pakai, keamanan, dan kondisi lingkungan.
Konsumen dan produsen mobil listrik harus mempertimbangkan semua aspek tersebut sebelum memutuskan jenis baterai yang paling sesuai untuk kebutuhan dan tujuan mereka.