Belajar dari Rumah dengan Teknologi

Noer Huda By Noer Huda
3 Min Read
man and woman in white hijab
Photo by Ed Us on Unsplash

jlk – Dalam era serba digital ini, kita dihadapkan pada petualangan baru dalam dunia pendidikan. Pandemi COVID-19 telah memaksa kita untuk menjalani hari-hari di mana ruang kelas berubah menjadi layar laptop, dan guru menjadi ‘pahlawan digital’ yang berusaha menyatukan siswa dari kejauhan.

Siapa sangka, rumah yang biasanya hanya dijadikan tempat beristirahat, kini menjadi panggung utama pembelajaran.

Teknologi, dengan aplikasi seperti Zoom, WhatsApp, dan Google Classroom, menjadi sahabat setia para pelajar yang harus menjalani pendidikan dari rumah. Tidak ada lagi kehadiran fisik di kelas, hanya keberadaan virtual yang mempertemukan guru dan murid.

Namun, di balik kilau teknologi, terdapat realitas pahit yang patut dicatat. Tidak semua pelajar memiliki tiket masuk yang sama ke dunia maya pembelajaran.

- Advertisement -

Sebagian dari mereka terjebak dalam masalah sinyal yang ngambek, perangkat yang usang, atau paket internet yang bikin dompet kempes.

Skenario ini membuka pintu lebar-lebar untuk kesenjangan pendidikan, membuat jurang antara pelajar berkecukupan dan kurang beruntung semakin melebar.

Dalam melawan tantangan ini, pemerintah dan pihak-pihak terkait harus segera membangun benteng pertahanan.

Subsidi kuota internet, pemberian perangkat canggih dengan harga ramah pelajar, atau bahkan mendirikan menara telekomunikasi di pelosok-pelosok terpencil menjadi langkah konkrit yang harus diambil.

Tak hanya itu, guru dan pelajar pun harus berubah menjadi pahlawan yang beradaptasi.

- Advertisement -

Guru harus menjadi sutradara yang piawai, merancang materi yang bukan hanya memberi pengetahuan, tetapi juga memikat hati. Di sisi lain, pelajar harus menjadi penjelajah mandiri, bersikap disiplin, dan bertanggung jawab atas proses pembelajarannya.

Namun, di tengah tantangan yang ditemui, terdapat oasis peluang yang menggoda. Pendidikan jarak jauh bukan sekadar pembelajaran melalui layar, melainkan pintu gerbang bagi pengembangan keterampilan abad ke-21.

Literasi digital, kemampuan berkomunikasi, kolaborasi, dan kreativitas menjadi skil-skill pahlawan masa depan yang bisa diasah melalui teknologi.

- Advertisement -

Berdasarkan perjalanan yang dipicu oleh pandemi ini, pendidikan jarak jauh bukanlah rintangan, melainkan tantangan. Rumah bukan lagi sekadar tempat beristirahat, tetapi panggung epik petualangan pendidikan kita.

Maka, mari kita menyongsong masa depan dengan semangat petualang, bersiap menghadapi berbagai rintangan, dan meraih peluang yang terbentang luas di era digital ini.

Share This Article