jlk – Rusia adalah negara yang dikenal sebagai salah satu produsen dan pengekspor minyak terbesar di dunia.
Minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM) merupakan sumber pendapatan utama bagi perekonomian Rusia, sekaligus alat diplomasi dan pengaruh politiknya di kancah internasional.
Namun, di balik kekuatan dan kekayaan minyaknya, Rusia juga menghadapi berbagai tantangan dan paradoks yang menarik untuk dikaji.
Larangan Ekspor BBM: Solusi atau Masalah?
Pada awal Maret 2024, pemerintah Rusia mengumumkan bahwa mereka akan memberlakukan larangan ekspor BBM selama enam bulan, mulai dari 1 Maret hingga 31 Agustus.
Keputusan ini diambil untuk menjaga kestabilan harga di pasar domestik, yang mengalami kenaikan akibat permintaan yang meningkat menjelang musim semi dan liburan, serta jadwal perbaikan kilang minyak.
Namun, larangan ekspor BBM ini juga menimbulkan dampak negatif bagi Rusia sendiri, maupun bagi negara-negara lain yang bergantung pada impor BBM dari Rusia.
Di sisi Rusia, larangan ekspor BBM berpotensi mengurangi pendapatan negara dari sektor migas, yang mencapai sekitar 40% dari total pendapatan negara.
Selain itu, larangan ekspor BBM juga dapat mengganggu hubungan dagang dan politik Rusia dengan negara-negara mitra, terutama di kawasan Afrika dan Timur Tengah, yang merupakan tujuan utama ekspor BBM Rusia.
Di sisi negara-negara importir, larangan ekspor BBM Rusia dapat menyebabkan kelangkaan dan kenaikan harga BBM di pasar lokal mereka.
Hal ini dapat memicu krisis ekonomi dan sosial, serta meningkatkan ketegangan geopolitik di kawasan tersebut.
Misalnya, Nigeria, Libya, dan Tunisia, yang merupakan negara-negara Afrika terbesar yang mengimpor BBM dari Rusia, mengalami protes dan kerusuhan akibat kenaikan harga BBM yang drastis.
Sementara itu, Uni Emirat Arab, yang juga merupakan importir BBM Rusia, mengancam akan memutuskan hubungan diplomatik dengan Rusia jika larangan ekspor BBM tidak dicabut.