jlk – Di tengah hiruk-pikuk Moskow yang tak pernah tidur, sebuah drama berdarah terentang layaknya lakon Shakespeare yang tragis.
Crocus City Hall, yang seharusnya menjadi panggung kesenian, berubah menjadi panggung pembantaian.
Empat teroris, dengan paspor Tajikistan yang mungkin lebih banyak capnya daripada stempel klub malam lokal, menyerbu dan mengubah pertunjukan menjadi tragedi.
Kedutaan AS di Moskow, beberapa hari sebelum serbuan, mengeluarkan peringatan yang seolah-olah bisa membaca masa depan.
Mereka meminta warga AS untuk menjauhi kerumunan, seakan memiliki bola kristal yang menunjukkan kejadian mengerikan yang akan terjadi. Apakah ini kebetulan, ataukah ada skenario yang lebih besar di balik layar?
Ukraina, yang dalam beberapa bulan terakhir terlihat seperti pion yang terjepit di antara raja dan ratu dalam permainan catur geopolitik, diduga kuat sebagai dalang di balik serbuan.
Namun, apakah benar mereka yang mengorkestrasi, ataukah mereka hanya alat bagi kepentingan yang lebih besar?
ISIS, yang sering dijadikan bintang tamu dalam berbagai tragedi teror, kali ini diduga sebagai pelaku di balik serbuan.
Namun, narasi ini terasa seperti film lama yang diputar kembali. Apakah mungkin, di balik topeng ISIS, tersembunyi wajah-wajah yang lebih dikenal?
Dalam artikel ini, kita akan menyelami lebih dalam peristiwa serbuan ke Crocus City Hall, mengupas lapis demi lapis teori konspirasi, dan mencari tahu apakah ada kebenaran yang tersembunyi di balik tragedi ini.