Salah satu faktor yang sering dikaitkan dengan rumah berhantu adalah sejarah atau latar belakang rumah tersebut. Misalnya, rumah yang pernah menjadi lokasi pembunuhan, bunuh diri, atau kekerasan.
Rumah yang pernah menjadi tempat ritual, pemujaan, atau penyembahan. Rumah yang pernah menjadi tempat penyiksaan, penjara, atau rumah sakit.
Rumah yang pernah menjadi tempat perang, bencana, atau tragedi. Rumah yang pernah menjadi tempat tinggal atau kematian orang-orang yang terkenal, berpengaruh, atau berkuasa.
Faktor-faktor ini diyakini dapat meninggalkan jejak, energi, atau aura yang dapat menarik atau mempengaruhi hantu. Hantu mungkin tertarik untuk tinggal di rumah tersebut karena merasa memiliki ikatan, kesamaan, atau tujuan dengan rumah tersebut.
Hantu mungkin juga ingin mengirimkan pesan, membalas dendam, atau menyelesaikan urusan yang belum selesai dengan rumah tersebut. Hantu mungkin juga terjebak, tersesat, atau tidak sadar bahwa mereka sudah meninggal dan tidak bisa meninggalkan rumah tersebut.
Ada banyak alat, metode, atau teknik yang diklaim dapat mendeteksi atau berkomunikasi dengan hantu. Misalnya, alat-alat seperti EMF meter, termometer, kamera, perekam suara, atau Ouija board.
Metode-metode seperti EVP (Electronic Voice Phenomenon), ITC (Instrumental Transcommunication), atau psikometri. Teknik-teknik seperti medium, paranormal, atau hipnotis.
Jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan ini juga tidak mudah. Ada banyak kontroversi, perdebatan, atau kritik yang muncul terkait dengan alat-alat, metode-metode, atau teknik-teknik ini.
Ada yang menganggap alat-alat, metode-metode, atau teknik-teknik ini sebagai pseudosains, yaitu ilmu palsu yang tidak memiliki dasar atau metodologi yang ilmiah.
Ada yang menganggap alat-alat, metode-metode, atau teknik-teknik ini sebagai placebo, yaitu efek psikologis yang dipengaruhi oleh harapan atau keyakinan seseorang.
Salah satu cara yang sering dilakukan oleh orang-orang yang percaya dengan rumah berhantu adalah dengan melakukan ritual, doa, atau upacara tertentu. Misalnya, dengan membakar dupa, menabur garam, menyemprot air suci, atau membaca ayat-ayat suci.
Cara-cara ini diyakini dapat membersihkan, melindungi, atau menenangkan rumah dari pengaruh atau gangguan hantu. Cara-cara ini juga diyakini dapat mengusir, menghalau, atau menghentikan hantu yang tidak diinginkan atau jahat.
Namun, ada juga yang menganggap cara-cara ini sebagai sia-sia, tidak berguna, atau bahkan berbahaya. Ada yang menganggap cara-cara ini sebagai pemborosan, penipuan, atau eksploitasi.
Ada yang menganggap cara-cara ini sebagai penghinaan, penghujatan, atau penistaan. Ada yang menganggap cara-cara ini sebagai provokasi, tantangan, atau pengundang hantu.
Salah satu kutipan yang terkenal tentang cara-cara ini adalah dari Albert Einstein, yang berkata: “Insanity is doing the same thing over and over again and expecting different results.
” Artinya, kegilaan adalah melakukan hal yang sama berulang-ulang dan mengharapkan hasil yang berbeda. Kutipan ini menunjukkan bahwa kita tidak boleh terjebak dalam rutinitas, kebiasaan, atau tradisi yang tidak memberikan hasil yang positif atau memuaskan. Kita harus berani mencoba hal-hal baru, berbeda, atau lebih baik.