jlk – Di tengah hiruk-pikuk pasar global, harga minyak dunia tergelincir layaknya seorang peselancar yang kehilangan papan di ombak besar.
Brent dan WTI, dua surfer terkenal di lautan minyak, masing-masing kehilangan 55 dan 57 sen dari nilai mereka. Penyebabnya? Permintaan Cina yang melemah, seolah-olah naga ekonomi Asia ini memutuskan untuk diet ketat dari minyak mentah.
Sementara itu, OPEC+ berperan sebagai instruktur kebugaran yang ketat, memperpanjang pengurangan produksi minyak secara sukarela.
Mereka berharap dengan mengurangi asupan, pasar akan kembali bugar dan harga minyak akan melonjak seperti denyut nadi setelah latihan kardio.
Namun, impor minyak mentah Cina meningkat dalam dua bulan pertama pada 2024 dibanding periode yang sama pada 2023.
Ini seperti seseorang yang mengatakan ingin menurunkan berat badan tapi masih menyelinap makan cokelat di tengah malam.
Analis di ANZ Research menulis bahwa perpanjangan pengurangan produksi oleh OPEC+ dapat memperketat pasar.
Ini ibarat mengatakan bahwa mengurangi jumlah kursi di permainan musikal kursi akan membuat persaingan menjadi lebih sengit.
Dalam dunia yang penuh ironi ini, kita melihat bagaimana sebuah negara yang haus energi tiba-tiba menjadi pemilih, dan sebuah kartel minyak yang biasanya dituduh memonopoli pasar, kini menjadi penyelamat yang tidak terduga.
Mungkin inilah saatnya kita mempertimbangkan kembali hubungan kita dengan minyak, dan mulai mencari alternatif yang lebih berkelanjutan.
Seperti kata pepatah lama:
“Jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang,” terutama jika keranjang itu bocor.