Meta adalah nama baru dari Facebook, yang diumumkan oleh Zuckerberg pada Oktober 20214. Nama ini mencerminkan visi perusahaan untuk menciptakan metaverse, yaitu ruang virtual bersama yang melibatkan teknologi augmented reality (AR) dan virtual reality (VR).
Dalam metaverse, orang dapat berinteraksi, bermain, belajar, bekerja, dan menciptakan dalam lingkungan digital yang imersif dan realistis.
Meta bukan hanya sekadar perubahan nama. Ini juga merupakan pergeseran fokus perusahaan dari media sosial ke metaverse. Zuckerberg percaya bahwa metaverse adalah masa depan internet, yang akan membuka peluang baru bagi kreativitas, konektivitas, dan ekonomi.
Dia juga ingin memposisikan Meta lebih dari sekadar platform media sosial, tetapi sebagai pemimpin dan inovator dalam menciptakan dunia digital yang saling terhubung.
Namun, perubahan merek ini tidak terlepas dari tantangan dan kontroversi. Meta menghadapi berbagai masalah, seperti penanganan misinformasi, kesehatan mental pengguna, privasi data, persaingan dengan pesaing, dan regulasi pemerintah.
Banyak ahli dan analis yang skeptis terhadap visi metaverse Zuckerberg, dan menganggapnya sebagai pengalihan dari masalah yang sedang dihadapi perusahaan.
Beberapa juga mengkritik bahwa metaverse adalah mimpi buruk distopia, yang akan mengisolasi orang dari dunia nyata dan membuat mereka tergantung pada teknologi.
Meskipun demikian, Meta berhasil memulihkan nilai sahamnya, yang sempat anjlok pada 2021. Pada 2023, harga saham Meta mendekati titik tertinggi sepanjang masa, mencapai US$414,76 per saham pada 31 Desember 2023.
Peningkatan ini mencerminkan kepercayaan investor terhadap potensi metaverse dan strategi jangka panjang Meta. Karena Zuckerberg memiliki sekitar 13% saham Meta, kekayaannya pun ikut melonjak seiring dengan kenaikan harga saham.