jlk – Sejarah adalah guru yang baik, tetapi juga bisa menjadi guru yang licik. Banyak tokoh sejarah yang dianggap sebagai pahlawan, pemimpin, atau penemu yang hebat, tetapi ternyata memiliki sisi gelap yang tersembunyi atau terlupakan.
Mereka mungkin dicintai oleh banyak orang setelah kematian mereka, tetapi jika kita menggali lebih dalam, kita akan menemukan fakta-fakta yang mengejutkan, mengecewakan, atau bahkan menjijikkan tentang mereka.
Artikel ini akan membahas beberapa contoh tokoh sejarah yang dicintai setelah kematian, tetapi kemudian diekspos sebagai tidak begitu baik.
Mithridates VI: Raja yang Beracun
Mithridates VI adalah raja kerajaan Pontus Yunani-Persia antara 120 – 63 SM. Ia dikenal sebagai musuh besar Republik Romawi, yang berperang melawannya dalam tiga perang Mithridatik.
Ia juga dikenal sebagai ahli racun, yang mengembangkan kekebalan terhadap berbagai jenis racun dengan mengonsumsi dosis kecil secara teratur.
Ia bahkan menciptakan ramuan yang disebut mithridatium, yang diyakini dapat melindungi dirinya dari segala macam racun.
Namun, di balik kehebatan dan ketangguhannya, Mithridates VI ternyata adalah seorang tiran yang kejam dan bengis. Ia membunuh ayahnya sendiri, Mithridates V, untuk merebut takhta.
Ia juga membunuh saudara-saudaranya, istri-istrinya, anak-anaknya, dan kerabatnya yang dianggap sebagai ancaman atau pengkhianat.
Ia bahkan memerintahkan pembantaian massal terhadap warga Romawi dan Italia yang tinggal di Asia Kecil, yang diperkirakan mencapai 80.000 jiwa.
Ironisnya, ia sendiri tidak bisa mati dengan racun yang ia kuasai, karena kekebalannya yang terlalu tinggi. Ia akhirnya bunuh diri dengan cara ditusuk oleh seorang pengawal setianya.
Ratu Elizabeth II: Ratu yang Kontroversial
Ratu Elizabeth II adalah ratu Kerajaan Inggris dan Persemakmuran yang berkuasa sejak 1952 hingga kematiannya pada tahun 2022.
Ia dicintai oleh banyak orang, baik di dalam maupun di luar negerinya, sebagai simbol stabilitas, tradisi, dan keanggunan.
Ia juga dihormati sebagai kepala negara tertua dan terlama di dunia, yang mengalami berbagai peristiwa penting dalam sejarah, seperti Perang Dingin, dekolonisasi, globalisasi, dan revolusi digital.
Namun, di balik popularitas dan prestasinya, Ratu Elizabeth II juga memiliki sisi kontroversial yang sering dikritik atau dipertanyakan.
Salah satunya adalah peran kerajaan dalam masalah-masalah politik, sosial, dan ekonomi yang dihadapi oleh negara-negara anggota Persemakmuran, terutama yang pernah menjadi jajahan Inggris.
Banyak yang menilai bahwa kerajaan tidak cukup peduli atau bertanggung jawab atas dampak negatif dari penjajahan, seperti ketidakadilan, kemiskinan, konflik, dan pelanggaran hak asasi manusia.
Selain itu, Ratu Elizabeth II juga dikritik karena gaya hidupnya yang mewah dan boros, yang bertentangan dengan kondisi rakyatnya yang banyak mengalami kesulitan akibat krisis ekonomi, pandemi, dan Brexit.
Bahkan, ada yang menuntut agar kerajaan dihapuskan dan digantikan dengan sistem republik.
Mikhail Gorbachev: Pemimpin yang Reformis
Mikhail Gorbachev adalah mantan pemimpin Uni Soviet yang berkuasa dari 1985 hingga 1991. Ia dikenal sebagai tokoh reformis, yang berusaha membawa perubahan besar-besaran dalam sistem politik, ekonomi, dan sosial di negaranya.
Ia memperkenalkan konsep glasnost (keterbukaan) dan perestroika (pembangunan kembali), yang bertujuan untuk meningkatkan demokrasi, hak asasi manusia, transparansi, dan efisiensi.
Ia juga berperan penting dalam mengakhiri Perang Dingin dengan Amerika Serikat, dengan menandatangani perjanjian pengurangan senjata nuklir dan menarik pasukan Soviet dari Afghanistan.
Namun, di balik niat baik dan visinya, Mikhail Gorbachev ternyata adalah pemimpin yang gagal dan tidak populer di kalangan rakyatnya sendiri.
Reformasi yang ia lakukan justru menimbulkan berbagai masalah dan krisis, seperti inflasi, kelangkaan, korupsi, ketidakstabilan, dan disintegrasi.
Ia juga tidak bisa mengatasi tantangan dan tekanan dari berbagai pihak, baik dari dalam maupun dari luar negera.
Ia harus menghadapi pemberontakan dari republik-republik Soviet yang ingin merdeka, kudeta dari konservatif yang ingin mempertahankan komunisme, dan persaingan dari rival-rival politiknya, seperti Boris Yeltsin.
Akhirnya, ia harus mengundurkan diri dan menyaksikan runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991.
Jiang Zemin: Tokoh Utama dalam Sejarah Tiongkok
Jiang Zemin adalah tokoh utama dalam sejarah Tiongkok, yang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis Tiongkok dari 1989 hingga 2002, Presiden Tiongkok dari 1993 hingga 2003, dan Ketua Komisi Militer Pusat dari 1989 hingga 2004.
Ia dikenal sebagai pemimpin yang pragmatis, fleksibel, dan visioner, yang mampu memimpin Tiongkok dalam masa transisi dan transformasi.
Ia melanjutkan kebijakan reformasi dan keterbukaan yang dimulai oleh Deng Xiaoping, dan membawa Tiongkok menjadi negara adidaya ekonomi, politik, dan militer di dunia.
Ia juga memperluas hubungan dan kerjasama Tiongkok dengan negara-negara lain, terutama dengan Amerika Serikat.
Namun, di balik kesuksesan dan pengaruhnya, Jiang Zemin juga memiliki sisi negatif yang sering diabaikan atau ditutupi.
Salah satunya adalah keterlibatannya dalam penindasan brutal terhadap gerakan demokrasi di Lapangan Tiananmen pada tahun 1989, yang menewaskan ribuan orang dan melukai puluhan ribu orang lainnya.
Selain itu, Jiang Zemin juga dituduh sebagai dalang di balik kampanye penganiayaan terhadap Falun Gong, sebuah kelompok keagamaan yang dianggap sebagai ancaman oleh rezim komunis.
Menurut laporan Amnesty International, sejak tahun 1999, lebih dari 100.000 praktisi Falun Gong ditangkap, disiksa, dipenjara, dan bahkan dibunuh karena organ tubuhnya.
Jiang Zemin meninggal pada tahun 2022, tetapi warisan dan kontroversinya masih berlanjut hingga kini.
Artikel ini telah membahas beberapa tokoh sejarah yang dicintai setelah kematian, tetapi kemudian diekspos sebagai tidak begitu baik. Mereka adalah Mithridates VI, Ratu Elizabeth II, Mikhail Gorbachev, dan Jiang Zemin.
Mereka memiliki prestasi dan kontribusi yang besar dalam bidang mereka masing-masing, tetapi juga memiliki kelemahan dan kesalahan yang fatal.
Artikel ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang lebih objektif dan kritis tentang tokoh-tokoh sejarah, tanpa mengabaikan fakta-fakta yang tidak menyenangkan atau tidak populer.
Demikian Kisanak.