jlk – Pengadilan, sebuah arena di mana keadilan diadili dan hukum ditegakkan.
Namun, apa jadinya jika pengadilan berubah menjadi “home of auction” daripada “home of justice”? Mari kita lihat melalui lensa Teori Permainan.
Teori Permainan, sebuah teori yang menjelaskan bagaimana interaksi antaraktor yang bersifat rasional dalam mengambil suatu keputusan.
Aktor-aktor ini memilih strategi yang akan berdampak terhadap aktor lain, dengan tujuan memaksimalkan keuntungan mereka.
Sebagai contoh, bayangkan dua tahanan, A dan B. Mereka diinterogasi secara terpisah. Jika keduanya tidak mengaku, mereka berdua akan bebas.
Namun, jika salah satu mengaku dan yang lain tidak, yang mengaku akan dihukum dua tahun dan yang tidak mengaku akan dihukum lima tahun.
Jika keduanya mengaku, mereka berdua akan dihukum tiga tahun.
Dalam skenario ini, kerja sama antaragen sangat penting dalam menentukan pilihan secara rasional.
Namun, kerja sama ini sulit terjadi karena jika salah satu tahanan mengaku, maka tahanan yang tidak mengaku akan dihukum berat.
Oleh sebab itu, pilihan yang paling rasional adalah kedua tahanan sama-sama mengaku.
Sekarang, bayangkan jika persidangan adalah sebuah “game”. Hakim, jaksa, dan pengacara adalah para “pemain”.
Mereka semua memiliki tujuan mereka sendiri dan strategi mereka sendiri untuk mencapai tujuan tersebut.
Dalam konteks ini, Teori Permainan dapat memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana “game” ini dimainkan dan bagaimana hasilnya dapat mempengaruhi keadilan dan hukum.
Namun, perlu diingat bahwa dalam “game” ini, yang dipertaruhkan bukanlah poin atau hadiah, melainkan keadilan dan hak asasi manusia.
Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk memastikan bahwa “game” ini dimainkan dengan adil dan transparan.
Dalam kata-kata yang bijak dari seorang filosof terkenal, “Ketika orang bertanya kepadaku pertanyaan bodoh, kewajibanku untuk memberikan komentar sarkastik.”
Jadi, jika Anda bertanya-tanya apakah ada cara untuk memastikan bahwa “game” ini dimainkan dengan adil, jawabannya adalah, tentu saja, ada.
Namun, itu membutuhkan usaha dan komitmen dari kita semua.
Jadi, mari kita terus berjuang untuk keadilan dan hukum, dan mari kita terus mempertanyakan dan menantang sistem yang ada.
Karena, seperti yang dikatakan oleh seorang penulis terkenal, “Aku tidak mengatakan bahwa aku membencimu, yang aku katakan adalah bahwa kamu benar-benar adalah hari Senin dalam hidupku.”
Semoga memberikan tuan wawasan baru tentang bagaimana Teori Permainan dapat diterapkan dalam konteks persidangan.
Ingatlah selalu bahwa dalam setiap “game”, yang paling penting bukanlah menang atau kalah, melainkan bagaimana kita bermain.