jlk – Di tengah hiruk-pikuk dunia arkeologi yang sering kali kering dan penuh debu, muncul sebuah saga yang mengguncang jagat penelitian: Polemik Situs Gunung Padang.
Sebuah kisah yang melibatkan piramida, klaim kontroversial, dan tentu saja, batu-batu besar yang menantang waktu.
Prolog: Piramida atau Punden Berundak? Situs Gunung Padang, yang terletak di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur Jawa Barat, adalah bangunan punden berundak yang megah.
Dengan ukuran yang besar dan usia yang diklaim mencapai 10.000 tahun, situs ini menjadi bintang di panggung arkeologi Indonesia. Namun, sebuah artikel ilmiah yang berani menyebutnya sebagai piramida tertua di dunia, berusia 20 ribu tahun, telah dicabut.
Para ahli berpendapat bahwa struktur yang dianggap piramida itu sejatinya adalah sisa-sisa gunung berapi alami dengan situs arkeologi di permukaannya.
Babak Pertama: Misteri dan Kontroversi Kisah Gunung Padang dimulai dengan laporan pertama oleh Nicolaas Johannes Krom pada tahun 1914, yang menggambarkan empat teras batu kasar di puncaknya.
Namun, seperti drama yang baik, situs ini sempat terlupakan selama beberapa dekade hingga ditemukan kembali pada tahun 1979. Penelitian lebih lanjut mengungkapkan bahwa situs ini dibangun sekitar 8.000 SM, menjadikannya salah satu situs megalitikum terbesar di dunia.
Babak Kedua: Kerusakan dan Pelestarian Tidak ada cerita tanpa konflik, dan Gunung Padang pun menghadapinya. Kerusakan eksternal akibat aktivitas wisata yang tidak terkendali, serta kerusakan internal dari tumbuhan liar dan erosi, telah merusak situs ini.
Namun, seperti pahlawan yang tidak kenal lelah, upaya konservasi terus dilakukan untuk menjaga keutuhan situs bersejarah ini.
Epilog: Rute Menuju Misteri Bagi para petualang yang ingin menyaksikan langsung keagungan Gunung Padang, perjalanan mereka akan dimulai dari Jakarta menuju Puncak Bogor, lalu melanjutkan ke Kota Cianjur.
Dari sana, dua jalur menanti: Pal Dua atau Tegal Sereh, keduanya berakhir di Dusun Gunung Padang. Bagi yang tidak membawa kendaraan pribadi, angkutan umum siap mengantar hingga Cipanggulan, dan ojek akan menjadi pilihan terakhir menuju situs.
Dalam perjalanan ini, kita diajak untuk merenung: Apakah Gunung Padang adalah piramida kuno atau hanya punden berundak?
Apakah kita, sebagai manusia, terlalu cepat memberi label pada misteri yang belum terpecahkan? Satu hal yang pasti, Gunung Padang tetap berdiri, sebagai monumen bagi masa lalu yang masih menyimpan banyak rahasia.
Refleksi Batu Situs Gunung Padang adalah lebih dari sekadar tumpukan batu; ia adalah cermin bagi keingintahuan manusia yang tak pernah padam.
Di antara batu-batu tersebut, kita menemukan diri kita: mencari, bertanya, dan terus berusaha memahami warisan yang ditinggalkan oleh mereka yang berjalan di bumi ini sebelum kita.
Dan mungkin, suatu hari, kita akan menemukan jawaban yang kita cari, tersembunyi di balik batu dan legenda.