Rupiah Menguat Jelang Akhir Pekan, Dolar AS Tertekan Data Ekonomi AS

Alvin Karunia By Alvin Karunia
4 Min Read
Rupiah Menguat Jelang Akhir Pekan, Dolar AS Tertekan Data Ekonomi AS
Rupiah Menguat Jelang Akhir Pekan, Dolar AS Tertekan Data Ekonomi AS

jlk – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat sepanjang pekan ini.

Di pasar spot, rupiah ditutup pada level Rp 15.624 per dolar AS pada Jumat (16/2), menguat 0,07% dalam sepekan.

Sedangkan di Jisdor Bank Indonesia (BI), rupiah menguat 0,19% dalam sepekan ke level Rp 15.654 per dolar AS.

Penguatan rupiah dipicu oleh beberapa faktor, baik dari eksternal maupun internal.

- Advertisement -

Dari eksternal, rupiah mendapat dukungan dari koreksi indeks dolar AS yang melemah seiring dengan data ekonomi AS yang mengecewakan.

Data penjualan ritel AS pada Januari 2024 turun 0,3% secara bulanan, lebih rendah dari perkiraan kenaikan 0,5%.

Data ini menunjukkan perlambatan konsumsi di AS, yang merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi negara tersebut.

Selain itu, data klaim pengangguran awal AS pada pekan lalu juga turun menjadi 187.000 klaim, level terendah sejak September 1969.

Data ini menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS masih kuat, namun juga menimbulkan kekhawatiran tentang tekanan inflasi yang bisa memicu kenaikan suku bunga The Fed yang lebih agresif.

- Advertisement -

Dari internal, rupiah mendapat sentimen positif dari hasil Pemilu Presiden 2024 yang berpotensi berlangsung hanya satu putaran.

Hasil yang diumumkan oleh berbagai lembaga survei menunjukkan bahwa pasangan calon nomor urut 01, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, unggul atas pasangan nomor urut 02, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming, dengan selisih suara yang cukup signifikan.

Hal ini mengurangi ketidakpastian politik dan menunjukkan stabilitas demokrasi di Indonesia.

- Advertisement -

“Sehingga mengurangi ketidakpastian dan juga pelaksanaan Pemilu yang aman turut menjadi sentimen baik di pasar,” kata Alwy Assegaf, Research And Development PT Handal Semesta Berjangka, kepada Kontan.co.id, Jumat (16/2).

Namun, penguatan rupiah masih terbatas oleh beberapa risiko yang masih mengintai.

Salah satunya adalah perang di Ukraina yang bisa memicu sanksi tambahan dari AS dan sekutunya terhadap Rusia, yang berpotensi mengganggu stabilitas geopolitik global.

Selain itu, investor juga masih menantikan data tenaga kerja non-farm payrolls AS edisi Februari 2024 yang akan dirilis pada Sabtu (17/2) dini hari.

Data ini akan menjadi indikator penting bagi kebijakan moneter The Fed ke depan.

Untuk pekan depan, analis memperkirakan rupiah masih cenderung tertekan oleh dolar AS yang masih kuat didorong oleh data ekonomi yang solid dan nada hawkish pejabat The Fed akhir-akhir ini.

Lukman Leong, Pengamat Mata Uang dan Komoditas, memproyeksikan rupiah akan diperdagangkan di rentang Rp 15.500 – Rp 15.850 per dolar AS sepanjang pekan depan.

Share This Article