jlk – Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, ada cerita yang mengalun bak desir ombak di pesisir Jawa Tengah. Selat Muria, yang konon pernah membelah daratan, kini hanya tinggal kenangan dalam lipatan sejarah.
Namun, seperti drama televisi yang kehabisan ide cerita, muncul gosip bahwa Selat Muria akan “comeback” dan Demak akan berubah menjadi lautan baru.
Salahuddin Husein, sang dosen Teknik Geologi dari UGM, dengan bijak menepis anggapan tersebut. Beliau menjelaskan bahwa Demak, Juwana, dan Pati, yang dulunya adalah panggung bagi Selat Muria, kini telah berubah menjadi dataran rendah yang subur.
Proses geologi, seperti erosi yang terjadi di Perbukitan Kendeng dan Rembang, serta sedimentasi dari Sungai Tuntang, Serang, dan Juwana, telah mengubah peta secara harfiah dan metaforis.
Banjir yang terjadi di wilayah tersebut bukanlah pertanda akan munculnya kembali selat legendaris, melainkan akibat dari proses sedimentasi yang berulang.
Salahuddin mengibaratkan banjir sebagai tamu tak diundang yang sering berkunjung, membawa oleh-oleh berupa sedimen yang pada akhirnya membentuk dataran rendah.
Perubahan lingkungan, seperti pertumbuhan permukiman, juga memberikan kontribusi pada kerentanan wilayah terhadap banjir.
Penggunaan air tanah dan pembangunan infrastruktur menyebabkan pemadatan lahan, yang seperti remaja yang tumbuh terlalu cepat, tanah pun menjadi kompak dan turun, meningkatkan risiko banjir.
Salahuddin menyarankan agar pemerintah melakukan kajian ulang kapasitas tanggul dan redesain normalisasi sungai. Seperti mengatur ulang lemari yang penuh, kita perlu menata kembali sistem pengelolaan air untuk menghindari banjir ekstrim.
Selat Muria mungkin telah berlayar jauh meninggalkan kita, namun pesannya tetap abadi: alam memiliki cara sendiri untuk mengatur keseimbangannya.
Dengan kebijaksanaan dan teknologi, kita dapat belajar hidup berdampingan dengan alam, bukan sebagai musuh, melainkan sebagai sahabat yang saling menghargai.
Dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa Demak dan sekitarnya akan tetap menjadi daratan yang ramah, bukan lautan yang ganas. Dan Selat Muria? Ia akan tetap menjadi legenda yang kita kenang, bukan kenyataan yang kita hadapi.