jlk – Siapa sangka, di tengah pusaran pandemi COVID-19, teknologi menjadi sosok penyelamat yang tak terduga bagi kita semua. Seolah menjadi tali pengaman di acara ekstrim kehidupan ini, teknologi informasi melangkah ke panggung utama dengan gemilang.
Ingat momen ketika kita semua merasa terpisah oleh jarak sosial? Internet tampil sebagai pahlawan tak terkalahkan.
Dari rapat bisnis hingga kelas daring, dari saling berbagi di media sosial hingga menemukan informasi terkini tentang COVID-19, internet menjadi jalan satu-satunya untuk tetap terhubung dengan dunia luar.
Tidak hanya itu, teknologi informasi merambah ke dunia kesehatan dengan semangat revolusioner. Alat tes cepat, aplikasi pelacakan kontak, hingga robot penyemprot desinfektan—semuanya bekerja bersama dalam menghadapi musuh tak terlihat.
Teknologi ini seperti pasukan pemberani yang siap beraksi di garis depan, membantu masyarakat dan pemerintah untuk merespons dengan cepat.
Tapi, ada sisi gelap di balik kilau teknologi ini. Kesenjangan digital masih seperti bayangan yang menghantui, khususnya di pelosok negeri ini.
Bagaimana mungkin tali pengaman ini menjadi efektif jika tidak semua orang bisa merengkuhnya?
Di daerah terpencil, akses internet masih menjadi barang mewah, membuat mereka kesulitan mendapatkan informasi terkini dan bergabung dalam dunia pendidikan daring.
Untuk menghadapi tantangan ini, kita butuh satu kata: kolaborasi. Pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat perlu bersatu demi menutup kesenjangan digital.
Kita harus membuat teknologi informasi menjadi pahlawan yang merangkul semua lapisan masyarakat, menjadikannya tali pengaman yang melindungi kita semua dari gejolak pandemi ini.
Jadi, di tengah gelombang tak pasti ini, mari bersama-sama menjadikan teknologi informasi sebagai teman setia, tali pengaman yang tidak pernah lepas dari genggaman kita.