Update Merger Nobu & MNC Bank, Ketika Modal Inti Tercapai

Alvin Karunia By Alvin Karunia
8 Min Read
update, publication, blog
Photo by viarami on Pixabay

Dua bank milik konglomerat ini berencana merger untuk memenuhi ketentuan modal inti minimum, namun prosesnya berjalan alot. Apa yang menjadi kendala dan harapan dari rencana merger ini?

Merger antara Bank MNC (BABP) milik Hary Tanoesoedibjo dan Bank Nobu (NOBU) milik James Riady menjadi salah satu isu hangat di industri perbankan. Rencana merger ini sudah berlangsung sejak tahun 2022, namun hingga kini belum terealisasi.

Padahal, kedua bank ini berencana merger untuk memenuhi ketentuan modal inti minimum sebesar Rp 3 triliun yang diberlakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2023. Modal inti adalah modal yang dimiliki bank untuk menopang risiko kredit, operasional, dan pasar.

Per Desember 2022, modal inti Bank MNC baru mencapai Rp 2,49 triliun, sementara Bank Nobu hanya Rp 1,71 triliun.

- Advertisement -

Namun, pada April 2023, Bank MNC mengumumkan telah memenuhi modal inti mencapai Rp 3,37 triliun, setelah melakukan penawaran umum terbatas (PUT) dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) sebesar Rp 1,5 triliun.

Sementara itu, Bank Nobu juga telah memenuhi modal inti Rp 3 triliun, setelah melakukan penambahan modal tanpa HMETD sebesar Rp 1,5 triliun pada Juni 2023. Dengan demikian, kedua bank ini sudah memenuhi syarat modal inti minimum secara individu.

Lantas, apakah rencana merger ini masih berlanjut? OJK menyatakan, merger antara Bank MNC dan Bank Nobu masih berproses sesuai komitmen kedua pemegang saham. OJK menargetkan, merger ini akan rampung pada Agustus 2023.

Namun, hingga saat ini, belum ada pengumuman resmi dari kedua bank terkait proses merger tersebut. OJK mengakui, proses merger ini berjalan alot, karena ada negosiasi yang alot terkait kepemilikan saham dan manajemen bank hasil merger.

“Memang untuk menghasilkan bank hasil merger yang baik, tentu perlu dilakukan persiapan yang baik pula agar bank merger dapat beroperasi dengan baik, sehingga tidak berdampak negatif, baik terhadap bank tersebut maupun industri perbankan,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae.

- Advertisement -

Dian menambahkan, rencana merger ini merupakan wujud komitmen dari pemegang saham secara business to business (BtB) dalam rangka mendukung konsolidasi serta penguatan industri perbankan. OJK berharap, merger ini dapat meningkatkan efisiensi, sinergi, dan daya saing bank hasil merger.

“Kami berharap, bank hasil merger dapat menjadi bank yang lebih kuat, sehat, dan berdaya saing tinggi, serta dapat memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional,” ujar Dian.

Apa yang diharapkan dari merger Bank MNC dan Bank Nobu?

Merger antara Bank MNC dan Bank Nobu diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kedua bank, baik dari sisi bisnis maupun operasional. Salah satu manfaat yang diharapkan adalah peningkatan skala ekonomi dan pangsa pasar.

- Advertisement -

Berdasarkan laporan keuangan per September 2023, Bank MNC memiliki total aset sebesar Rp 24,7 triliun, sementara Bank Nobu memiliki total aset sebesar Rp 20,9 triliun.

Jika merger, total aset bank hasil merger akan mencapai Rp 45,6 triliun, yang akan menempatkan bank tersebut di peringkat ke-23 dari 115 bank umum di Indonesia.

Selain itu, bank hasil merger juga akan memiliki jaringan yang lebih luas, dengan total 209 kantor cabang dan 1.079 ATM.

Bank hasil merger juga akan memiliki basis nasabah yang lebih besar, dengan total 2,4 juta nasabah. Dengan demikian, bank hasil merger dapat meningkatkan penetrasi pasar dan pelayanan kepada nasabah.

Selain skala ekonomi dan pangsa pasar, merger antara Bank MNC dan Bank Nobu juga diharapkan dapat meningkatkan efisiensi operasional. Hal ini dapat dicapai dengan melakukan rasionalisasi biaya, seperti biaya tenaga kerja, biaya administrasi, dan biaya operasional lainnya.

Dengan efisiensi operasional, bank hasil merger dapat meningkatkan kinerja keuangan, seperti laba bersih, return on asset (ROA), return on equity (ROE), dan rasio biaya pendapatan operasional (BOPO). Kinerja keuangan yang baik akan meningkatkan nilai perusahaan dan kepercayaan investor.

Apa yang menjadi kendala dari merger Bank MNC dan Bank Nobu?

Meski diharapkan dapat memberikan manfaat, merger antara Bank MNC dan Bank Nobu juga menghadapi beberapa kendala, baik dari sisi internal maupun eksternal. Salah satu kendala internal adalah negosiasi yang alot terkait kepemilikan saham dan manajemen bank hasil merger.

Menurut sumber Bisnis.com, salah satu poin yang menjadi perdebatan adalah siapa yang akan menjadi komisaris utama dan direksi utama bank hasil merger. Kedua pemegang saham, yaitu Hary Tanoesoedibjo dan James Riady, dikabarkan sama-sama ingin menduduki posisi tersebut.

Selain itu, ada juga perbedaan visi dan misi antara kedua bank, yang berpengaruh terhadap strategi bisnis dan operasional bank hasil merger. Bank MNC memiliki fokus pada segmen ritel dan UMKM, sementara Bank Nobu memiliki fokus pada segmen korporasi dan komersial.

Kendala eksternal yang dihadapi merger antara Bank MNC dan Bank Nobu adalah kondisi ekonomi dan perbankan yang kurang kondusif. Pandemi Covid-19 telah berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, permintaan kredit, kualitas aset, dan likuiditas perbankan.

Hal ini dapat mempengaruhi prospek bisnis dan kinerja keuangan bank hasil merger. Selain itu, persaingan perbankan juga semakin ketat, baik dari bank konvensional maupun bank digital. Bank hasil merger harus mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan preferensi nasabah.

Bagaimana prospek merger Bank MNC dan Bank Nobu ke depan?

Merger antara Bank MNC dan Bank Nobu masih menunggu keputusan akhir dari kedua pemegang saham. Jika merger terlaksana, bank hasil merger diharapkan dapat menjadi bank yang lebih kuat, sehat, dan berdaya saing tinggi.

Namun, jika merger batal, kedua bank harus mencari strategi lain untuk mempertahankan eksistensi dan pertumbuhan bisnisnya. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah melakukan kerja sama strategis dengan pihak lain, seperti bank, fintech, atau perusahaan lain.

Selain itu, kedua bank juga harus terus meningkatkan kualitas pelayanan, produk, dan inovasi, agar dapat memenuhi kebutuhan dan harapan nasabah. Kedua bank juga harus terus menjaga kesehatan dan kepatuhan perbankan, agar dapat mengelola risiko dan menjaga kepercayaan publik.

Merger antara Bank MNC dan Bank Nobu menjadi salah satu contoh dari dinamika industri perbankan di Indonesia. Merger ini menunjukkan bahwa konsolidasi dan penguatan perbankan menjadi salah satu agenda penting bagi pemangku kepentingan, baik regulator, pemegang saham, maupun nasabah.

Merger ini juga menunjukkan bahwa perbankan di Indonesia masih memiliki potensi dan tantangan yang besar. Potensi datang dari besarnya pasar dan kebutuhan perbankan di Indonesia, sementara tantangan datang dari kondisi ekonomi dan persaingan perbankan yang semakin ketat.

Bagaimana nasib merger antara Bank MNC dan Bank Nobu ke depan? Kita tunggu saja.

Share This Article