Anak SMP Hina Palestina di Restoran Cepat Saji: Antara Ketidaktahuan dan Kurangnya Pendidikan

rasyiqi By rasyiqi - Writer, Digital Marketer
3 Min Read
Anak SMP Hina Palestina di Restoran Cepat Saji: Antara Ketidaktahuan dan Kurangnya Pendidikan
Anak SMP Hina Palestina di Restoran Cepat Saji: Antara Ketidaktahuan dan Kurangnya Pendidikan

Jalan-jalan ke restoran cepat saji, biasanya kita harapkan anak-anak menikmati makanan cepat saji favoritnya. Namun, siapa sangka, belakangan ini ada kejadian yang bikin geleng-geleng kepala dan mengernyitkan dahi.

Anak SMP yang seharusnya polos dan penuh keceriaan malah membuat lelucon tidak pantas tentang penderitaan anak-anak Palestina.

Di restoran cepat saji, mereka dengan santainya menghina kondisi yang dialami oleh anak-anak di Palestina, dan tentu saja, video ini langsung viral di media sosial

Kejadian ini tidak hanya mencoreng wajah keluarga, tetapi juga menjadi tamparan keras bagi institusi pendidikan.

- Advertisement -

Bayangkan, di saat dunia berusaha untuk meningkatkan kesadaran tentang kemanusiaan, ada saja anak-anak yang bertindak seolah-olah penderitaan orang lain hanyalah bahan guyonan.

“Masalahnya bukan di makanan yang cepat saji, tapi di otak yang terlalu lambat memahami empati,” mungkin itu yang terlintas di benak kita ketika menyaksikan video ini.

Sekolah dan Orang Tua, Bisa Apa?

Pertama, mari kita bicara soal sekolah. Pendidikan seharusnya bukan hanya soal matematika dan bahasa, tapi juga tentang nilai-nilai kemanusiaan.

Ketika anak-anak ini dengan santai melecehkan penderitaan orang lain, jelas ada yang salah dalam proses pendidikan karakter di sekolah mereka.

Apakah pendidikan moral sudah dianggap selesai hanya dengan satu jam pelajaran agama dalam seminggu? Atau mungkin sekolah lebih fokus pada nilai ujian daripada membentuk manusia yang berempati?

- Advertisement -

Orang tua juga tidak luput dari kritik. Bagaimana bisa anak-anak ini tumbuh dengan perspektif yang begitu dangkal terhadap penderitaan manusia?

Bukankah rumah adalah sekolah pertama bagi anak-anak? Mungkin, dalam kesibukan mencari nafkah dan mengejar karier, ada yang terlupakan, yaitu mengajarkan anak-anak tentang bagaimana menjadi manusia yang baik.

Seperti kata pepatah, “buah jatuh tak jauh dari pohonnya,” jika anak berperilaku buruk, kita harus melihat pohonnya.

- Advertisement -

Humor yang Tidak Lucu dan Akibatnya

Lelucon memang bagian dari hidup, tapi ada batasnya. Menggunakan penderitaan anak-anak sebagai bahan tertawaan bukan hanya tidak lucu, tapi juga menunjukkan betapa rendahnya pemahaman kita tentang kemanusiaan.

Seperti yang terjadi, aksi ini memicu kemarahan publik dan bahkan menggerakkan sejumlah mahasiswa untuk menggeruduk restoran cepat saji tersebut sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina.

Satu hal yang pasti, anak-anak ini kini menjadi contoh buruk tentang bagaimana humor yang tidak pada tempatnya bisa berakibat fatal.

Mungkin sudah saatnya kita semua introspeksi, dari rumah hingga sekolah, agar generasi muda kita tidak tumbuh menjadi individu yang kurang empati.

Dan ingat, cepat saji itu untuk makanan, bukan untuk pemikiran dan perilaku kita. Jangan sampai kita malah menjadi generasi yang ‘cepat saji’ dalam segala hal, kecuali dalam hal berempati dan memahami penderitaan orang lain.

Topik:
Share This Article