Bahkan Demokrasi Punya Rasa ‘Cinta’ yang Pahit

Noer Huda By Noer Huda
2 Min Read

jlk – Dunia ini seringkali dipenuhi dengan kata-kata manis yang terkesan menawan, namun terkadang, balik dari keindahan itu terselip bahaya yang mengintai.

Sebagai seorang yang melihat ke belakang, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mengingatkan, bahwa di balik tabir kata “demokrasi” tersimpan sejumlah ancaman yang seringkali diabaikan.

Sejenak, mari kita tengok ke Ukraina pada tahun 2004. Mereka melompat ke dalam pelukan demokrasi, namun ternyata, pelukan itu seolah berubah menjadi belenggu yang mengikat.

Ketegangan politik terus merajalela di antara faksi-faksi pro-Eropa dan pro-Rusia. Demokrasi? Ah, itu seperti makan es krim di musim dingin – terlihat menyegarkan tetapi pada akhirnya malah membuat beku.

- Advertisement -

Lalu, melangkahlah ke Mesir pasca-revolusi tahun 2011. Mereka mengusung bendera demokrasi setelah menggulingkan Hosni Mubarak, tetapi seperti pepatah mengatakan, “jalan ke neraka dibangun dengan niat baik.”

Peralihan tersebut justru diikuti oleh ketidakstabilan politik yang tak terkendali. Mereka memilih pemimpin, namun malah disergap oleh pemberontakan dan kemudian dihantam oleh kudeta militer pada tahun 2013.

Ironisnya, pemerintahan yang dipilih langsung oleh rakyat, berakhir dalam cengkeraman tentara. Sungguh, seperti menari di atas bara api, penuh dengan bahaya yang tidak terduga.

Bayangkan, seperti memasak nasi di panci, demokrasi kadang-kadang bisa meledak di wajah Anda tanpa peringatan.

Begitu juga dengan Ukraina dan Mesir, yang pada awalnya berjuang untuk kebebasan dan demokrasi, akhirnya terjerat dalam pusaran ketidakpastian dan represi politik.

- Advertisement -

Inilah bahaya dari ideologi demokrasi. Seolah-olah ia adalah obat mujarab untuk semua penyakit politik, tetapi terkadang, efek sampingnya lebih mematikan daripada penyakit itu sendiri.

Seperti seorang kesatria yang menemukan bahwa pedangnya yang tajam juga bisa menusuk dirinya sendiri.

Sungguh ironis, bukan? Demokrasi, yang seharusnya menjadi simbol kebebasan dan kemajuan, kadang-kadang berubah menjadi petaka yang menanti di balik pintu.

- Advertisement -

Maka, wahai para pengagum demokrasi, berhati-hatilah, karena di dalam kebebasan yang kamu cari, mungkin tersembunyi kepahitan yang tak terduga.

Share This Article