Bermaaf-maafan Saat Lebaran: Tradisi atau Kewajiban?

tartila By tartila
2 Min Read

Lebaran atau Idul Fitri merupakan momen yang sangat ditunggu oleh umat Muslim di seluruh dunia. Setelah satu bulan penuh melaksanakan ibadah puasa, Idul Fitri dirayakan sebagai hari kemenangan. Di Indonesia, Idul Fitri tidak hanya menjadi momen kemenangan, tetapi juga menjadi momen berkumpulnya sanak keluarga dan berbagai tradisi turun-temurun.

Tradisi Lebaran di Indonesia

Salah satu tradisi yang menjadi ciri khas perayaan Lebaran di Indonesia adalah tradisi bermaaf-maafan. Tradisi ini biasanya dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari budaya sungkem, yaitu budaya meminta maaf kepada orangtua dengan cara duduk di lantai, sedangkan orang tua duduk di atas kursi¹, hingga mengadakan halalbihalal, yaitu kegiatan maaf-memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan.

Namun, pertanyaan yang sering muncul adalah, apakah bermaaf-maafan saat Lebaran itu harus?

Menurut beberapa sumber, bermaaf-maafan saat Lebaran hukumnya tidak harus, tidak sunah, namun juga tidak dilarang. Islam memerintahkan umatnya untuk meminta maaf kapan saja begitu berbuat kesalahan, bukan menunggu Lebaran. Namun, bermaaf-maafan saat Lebaran pun tidak ada larangan. Ini adalah tradisi baik yang tidak ada dalil yang melarangnya.

- Advertisement -

Saling memaafkan di hari Lebaran adalah salah satu cara untuk menunjukkan bahwa seseorang telah berada di posisi derajat muttaqin sebagai perwujudan hasil puasanya. Sedangkan salah satu tanda orang yang bertakwa adalah orang yang suka memaafkan kesalahan orang lain.

Tradisi bermaaf-maafan saat Lebaran tidak sekadar budaya, namun juga memiliki makna yang mendalam. Itu karena dosa-dosa yang dilakukan sepanjang tahun diampuni oleh Allah melalui maaf memaafkan antara sesama manusia. Menjadi manusia pemurah dengan memaafkan sesama umat merupakan amal shaleh yang dianjurkan dalam Islam.

Share This Article